NovelToon NovelToon
Dibayar Oleh CEO Kejam

Dibayar Oleh CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:360
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

CERITA UNTUK ***++
Velove, perempuan muda yang memiliki kelainan pada tubuhnya yang dimana dia bisa mengeluarkan ASl. Awalnya dia tidak ingin memberitahu hal ini pada siapapun, tapi ternyata Dimas yang tidak lain adalah atasannya di kantor mengetahuinya.
Atasannya itu memberikan tawaran yang menarik untuk Velove asalkan perempuan itu mau menuruti keinginan Dimas. Velove yang sedang membutuhkan biaya untuk pengobatan sang Ibu di kampung akhirnya menerima penawaran dari sang atasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Sekarang sudah jam sembilan pagi, tapi di dalam kamar sebuah unit apartemen belum juga muncul tanda-tanda kehidupan di dalam sana. Velove masih memejamkan matanya di atas kasur, begitupun dengan Dimas yang saat ini tengah menenggelamkan wajahnya pada dada si perempuan.

Memang semalam setelah mereka berdua makan malam, Dimas dan juga Velove tidak langsung pergi ke kamar untuk tidur, kedua orang itu malah menghabiskan waktu untuk menonton film sampai larut malam.

Velove mulai merasa bosan dengan posisinya dan juga pegal karena lengan kekar Dimas terletak di atas pinggangnya, perempuan itu akhirnya membuka matanya yang terpejam.

Butuh waktu beberapa saat untuk Velove mengembalikan kesadaran penuh dan juga menyesuaikan cahaya lampu kamar yang masuk ke matanya, dengan perlahan perempuan itu memindahkan lengan Dimas dari pinggangnya dan menjauhkan tubuhnya dari lelaki itu.

“Disini aja.” Velove sedikit terkejut ketika Dimas kembali menarik tubuhnya untuk mendekat, ternyata lelaki itu sudah terbangun.

“Udah siang, Pak.” Balas perempuan itu seraya berusaha untuk melepaskan diri dari sang atasan.

Bukannya terlepas, pelukan Dimas pada tubuh Velove malah semakin mengerat. “Emangnya kamu mau kemana? Ini kan libur.” Dimas berucap dengan mata yang masih terpejam dan juga suara serak khas bangun tidurnya.

“Saya mau masak, Pak Dimas emang nggak mau sarapan?”

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh sang sekretaris membuat lelaki itu mengelengkan kepalanya. “Kita sarapan di luar aja nanti.“

“Kalo nanti namanya makan siang, bukan sarapan lagi. Lepas deh Pak, saya kesusahan buat napas nih.” Perempuan itu mengeluh karena memang dekapan lelaki itu sangat erat padanya.

Mau tidak mau Dimas melepaskan tubuh perempuan itu dari dekapannya, Velove yang sudah terbebas segera beranjak dari kasur dan membuka gorden yang ada di dalam kamar itu agar sinar matahari bisa masuk, lalu dirinya berjalan ke arah saklar lampu untuk mematikannya.

Kemudian perempuan itu masuk ke dalam kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya, tidak butuh waktu lama untuk perempuan itu menghabiskan waktu di dalam sana. Setelah selesai, Velove keluar dari dalam kamar mandi dan mendapati Dimas yang masih menggulung dirinya dengan selimut seraya memainkan ponselnya.

Velove membawa langkahnya untuk mendekat ke meja nakas, dia mengambil dompet dan juga ponselnya yang ada di sana. “Saya mau ke minimarket dulu.” Ucap Velove seraya menyalakan ponselnya.

“Minimarket yang dimana?” Dimas bertanya setelah dia mengalihkan pandangannya dari ponsel ke perempuan itu.

“Yang deket sini aja.” Balas Velove.

“Biar saya anter, kita ke supermarket aja sekalian.” Lelaki itu mematikan ponsel miliknya dan beranjak dari atas kasur.

Velove yang mendengar hal itu segera menolaknya dengan gelengan kepala. “Nggak, nggak usah. Biar saya sendiri aja ke minimarket, lagian saya belum mandi kalo harus ke supermarket.”

“Nggak usah mandi, saya juga nggak bakalan mandi.”

“Nggak mau ah, saya malu kalo ke supermarket.” Perempuan itu kembali menolak.

Bukannya menjawab, Dimas malah membawa langkah kakinya untuk semakin mendekat ke arah perempuan itu. Velove sontak terkejut saat lelaki itu malah mendekap dirinya dan menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher perempuan itu.

“Pak Dimas ngapain? Lepas ihh!” Velove berusaha melepaskan diri dari dekapan lelaki itu.

“Kamu kenapa malu ke supermarket? Kamu gak kelihatan kayak belum mandi, badan kamu juga nggak bau, malah wangi.”

Velove merasakan hembusan napas hangat Dimas yang menyapa kulit lehernya karena memang lelaki itu berbicara tepat di perpotongan lehernya.

“Ya udah iya, sana deh Pak Dimas cuci muka sama sikat gigi dulu.” Velove kembali melepaskan diri dari lelaki itu.

Untungnya sekarang Dimas langsung melepaskan dekapannya terhadap Velove, sebelum pergi ke kamar mandi, lelaki itu menyempatkan diri untuk mengecup sekilas bibir perempuan itu dan langsung berlari dari sana sebelum Velove mengamuk padanya.

Velove yang mendapatkan serangan mendadak dari Dimas pada bibirnya, terkesiap sesaat sebelum kemudian dia kembali tersadar. “Pak Dimas!!” Suara perempuan itu meninggi melihat Dimas yang sudah kabur masuk ke dalam kamar mandi.

Perempuan itu mengelap dengan kasar bibirnya yang tadi dikecup oleh Dimas, tapi reaksi jujur dari dirinya terasa jelas karena pipinya yang mulai memanas, mungkin kalau saat ini Velove sedang berada di depan cermin, perempuan itu bisa dengan jelas melihat semburat merah di sana.

Selain suara shower yang terdengar dari dalam kamar mandi, suara tawa lelaki itu juga terdengar dari dalam sana, hal itu membuat Velove mendengus kesal. “Pak Dimas jangan ketawa-ketawa di dalem kamar mandi, nanti ada yang ikut-ikutan.” Velove berucap dengan suara yang meninggi agar Dimas di dalam sana bisa mendengar suaranya.

Bukannya menghentikan tawa yang menurut Velove menyebalkan itu, Dimas malah semakin keras tertawa seakan mengejek Velove. Malas mendengar suara tawa Dimas, perempuan itu memilih untuk berjalan ke pintu kamar dan meraih daun pintu itu untuk membukanya, lalu keluar dari dalam sana.

Seraya menunggu Dimas selesai di dalam kamar mandi, Velove memutuskan untuk menyapu apartemen itu terlebih dulu. Yang Velove tahu, biasanya Dimas selalu memanggil orang kepercayaannya untuk membersihkan apartemen miliknya ketika mereka sedang bekerja, tapi sepertinya jika di hari libur lelaki itu tidak memanggil orang suruhannya, entahlah, Velove tidak mungkin menanyakan soal hal itu pada Dimas.

Baru setengah ruangan yang Velove sapu, atasannya itu sudah keluar dari dalam kamar dengan kunci mobil dan juga ponsel yang ada di tangannya. “Nggak udah disapu, nanti saya suruh Bibi yang ada di rumah buat ke sini.” Ucap lelaki itu seraya berjalan menghampiri sang sekretaris.

“Tanggung, kata Ibu saya kalo nyapu harus yang bersih biar suaminya nggak berewokan.”

“Kamu nggak suka laki-laki yang kayak gitu?” Tanya Dimas.

Pertanyaan Dimas itu dibalas dengan gelengan oleh Velove. “Bukan nggak suka sih, apa ya namanya—eum kayak keliatan nggak bersih aja.”

Dimas lantas mengangguk paham. “Ya udah nanti kamu bantuin saya cukuran.” Ucap lelqki itu dengan santai seraya berlalu dari hadapan Velove dan duduk di sofa untuk menunggu perempuan itu selesai menyapu.

Sedangkan Velove di tempatnya menghentikan kegiatannya sesaat. Apa kata lelaki itu tadi? Apa Velove tidak salah dengar?

“Emangnya Pak Dimas nggak bisa sendiri?”

“Saya pengen kamu yang bantuin.” Balas lelaki itu.

Velove hanya menghela napasnya jengah, kembali melanjutkan kegiatannya agar cepat selesai. Sebenarnya rambut-rambut yang tumbuh di wajah lelaki ini belum bisa disebut berewok karena memang belum setumbuh itu.

Hanya saja beberapa hari yang lalu Velove sempat menyuruh Dimas untuk mencukur bulu-bulu halus di wajahnya itu karena Velove merasa tidak nyaman saat lelaki itu bermain di dadanya dan bulu-bulu halus yang ada di wajah Dimas terasa menusuk-nusuk kulitnya.

“Udah selesai?” Tanya Dimas seraya mematikan ponsel miliknya saat melihat Velove yang berjalan ke arahnya.

Velove yang ditanya seperti itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Melihat perempuan itu menganggukkan kepala, lantas membuat Dimas beranjak dari sofa dan berjalan ke arah pintu apartemen yang diikuti oleh Velove dari belakang.

“Nanti sekalian ambil laundry-an di bawah ya, Pak.” Ucap Velove seraya menutup kembali pintu unit apartemen Dimas.

Lelaki yang kini berjalan di depan Velove hanya menganggukan kepalanya, lalu perempuan itu berjalan lebih cepat agar bisa menyamain langkahnya dengan langkah kaki Dimas. Mereka berdua berjalan beriringan di dalam lorong menuju ke lift.

***

“Yakin cuma mau belanja segini?” Tanya Dimas seraya menatap ke arah troli yang sedang dia dorong.

Velove yang mendengarnya lantas mengangguk. “Iya, lagian kita cuma berdua doang di apartemen, terus juga kadang kita makan di luar.”

“Ya udah, kamu nggak ada yang mau dibeli?” Dimas menatap ke arah Velove yang ada di sebelahnya.

Kini perempuan itu menggelengkan kepalanya. “Nggak ada, saya lagi nggak pengen beli apa-apa.”

“Nggak beli cemilan?” Ah, Dimas sepertinya memperhatikan Velove yang suka sekali memakan cemilan ketika sedang berada di apartemen.

Lagi-lagi Velove menggelengkan kepalanya. “Yang dapet dari Bandung waktu itu aja belum abis, lagian kalo abis tinggal beli di minimarket aja.” Balas Velove seraya melangkah melewati rak-rak yang ada di sana.

“Beli sekarang aja, saya yang traktir.”

“Nggak ma—“

Belum sempat perempuan itu meneruskan kalimatnya, tangan Velove sudah terlebih dulu diseret oleh Dimas menuju rak cemilan yang ada di sana. “Pilih mau yang mana.”

“Kan saya uda—“

“Cepet pilih, Vel. Abis itu kita langsung pulang ke apartemen, kamu belum mandi kan?”

Mendengar pertanyaan Dimas di akhir kalimatnya membuat mata perempuan itu membulat, dengan cepat Velove mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk memastikan jika tidak ada orang yang mendengar ucapan Dimas.

“Pak Dimas! Jangan kenceng-kenceng bilangnya, nanti kalo ada yang denger gimana?” Perempuan itu kemudian mencebikan bibirnya.

“Denger soal apa?” Dimas mengernyitkan dahinya karena tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh perempuan yang ada di depannya.

“Soal saya yang belum mandi.” Velove mengatakannya dengan sedikit berbisik.

Mendengar suara Velove yang berbisik saat mengatakan hal itu, membuat Dimas mengulum bibirnya untuk menahan tawa, entah kenapa sekretarisnya itu terlihat sangat menggemaskan saat ini. “Ya udah cepet pilih.” Lelaki itu kembali menitah.

Velove yang tidak ingin membuang waktu lebih lama, mengambil beberapa macam snack dengan asal tanpa memilihnya terlebih dulu dan memasukkannya ke dalam troli yang ada di depan Dimas.

“Udah, yuk.” Ucap perempuan itu seraya berjalan lebih dulu di depan Dimas menuju ke tempat kasir.

Sedangkan Dimas yang berada di belakang perempuan itu ikut menyusul Velove seraya mendorong troli belanjaan yang sudah hampir penuh. Entah kenapa pemandangan tubuh ramping dan tinggi Velove yang sedang berjalan di depannya saat ini terlihat begitu indah bagi Dimas.

Tunggu.

Ada apa dengan lelaki itu?

***

Kedua orang itu keluar dari dalam mobil begitu mobil tersebut sudah terparkir di parkiran basemen apartemen. Dimas dan juga Velove sama-sama berjalan ke belakang mobil itu untuk membuka bagasi yang didalamnya ada dua kantong belanjaan dan juga satu goodie bag yang berisi pakaian bersih yang tadi sempat mereka ambil di tempat laundry depan apartemen.

“Kamu bawa kantong belanjaan yang lebih ringan aja, biar kantong satunya sama goodie bag saya yang bawa.” Ujar Dimas seraya mengambil goodie bag dan juga kantong belanjaan yang lebih berat.

Velove hanya menganggukan kepalanya, menurut dengan permintaan lelaki itu tadi. Karena kedua tangan Dimas yang sudah penuh dengan kantong belanjaan dan juga pakaian mereka, maka Velove-lah yang menutup pintu bagasi mobil itu.

Perempuan itu mengikuti langkah kaki Dimas yang ada di depannya menuju ke arah lift, Velove yang peka jika Dimas tidak bisa menekan panel yang ada di depan lift, segera mengulurkan satu tangannya yang menganggur untuk menekan panel tersebut.

Kemudian lift di depan mereka terbuka, Dimas dan juga Velove masuk ke dalam sana dan perempuan itu kembali menekan panel yang ada di dalam lift agar pintu lift itu tertutup dan juga menekan panel untuk menunjukan lantai dimana unit apartemen lelaki itu berada.

“Ini kayaknya kita sarapan sekalian makan siang.” Ucap Velove ditengah keheningan di dalam sana.

Dimas yang mendengar hal itu menoleh sekilas ke arah samping dimana sang sekretaris berada. “Hitung-hitung kita lagi diet.” Balas lelaki itu dengan asal.

“Tapi nggak sehat kalo ngeskip makan pagi.”

“Satu dua kali nggak mungkin bikin kamu mati.” Lagi-lagi lelaki itu membalas ucapan Velove dengan asal-asalan.

Velove yang ada di tempatnya hanya mencebikkan bibirnya dengan kesal ketika mendengar atasannya itu yang asal bicara. Ya walaupun memang benar sih apa yang dikatakan oleh Dimas, tapi jangan sampai seperti itu juga.

Ting!

Lift yang mereka naiki sudah sampai di lantai unit apartemen Dimas berada, Velove keluar lebih dulu dari dalam sana dan berjalan lebih dulu di lorong apartemen, meninggalkan Dimas di belakang yang kedua tangannya penuh dengan barang bawaan.

Velove lantas menekan panel untuk memasukan passcode unit apartemen itu dan membuka pintu tersebut, perempuan itu menahan sebentar pintu itu agar Dimas bisa masuk ke dalamnya.

Dimas langsung menuju ke dapur untuk meletakan kantong belanjaan tadi di atas meja makan dan pakaian dari laundry yang ada di dalam goodie bag yang dia bawa, dia letakan di atas kursi yang ada di sana. Sedangkan Velove kembali menutup pintu unit apartemen yang tadi terbuka, lalu menyusul Dimas yang ada di dapur.

Perempuan itu ikut meletakan kantong belanjaannya di atas meja seperti apa yang Dimas lakukan. “Pak Dimas mandi dulu sana, biar saya yang masak.” Ucap Velove.

“Saya mau bantuin kamu masak.”

Ucapan Dimas barusan sontak membuat perempuan itu mendongakkan kepalanya untuk menatap ke arah lelaki itu. “Nggak usah, biar saya aja.” Tolaknya, dia yakin kalau Dimas pasti akan merecokinya alih-alih membantu dirinya.

“Nggak, saya tetep mau bantu kamu.”

Pada akhirnya Velove hanya bisa menghela napas menghadapi sifat keras kepala atasannya itu. “Terserah Bapak, tapi jangan sampe ngerecokin saya.”

“Saya kan mau bantu kamu, bukan ganggu kamu.”

Sulit untuk mempercayain ucapan Dimas barusan, Velove lantas mengeluarkan barang-barang yang dia butuhkan dari kantong belanjaan yang dia bawa tadi. “Saya mau masak ayam kecap sama tumis buncis, Pak Dimas ada requestan lain nggak?”

Lelaki itu menggelengkan kepalanya. “Saya nggak suka buncis.”

“Tumis buncis buatan saya enak, Pak Dimas pasti suka.” Perempuan itu mengatakannya dengan tampang percaya diri.

“Seenak apapun saya tetep nggak suka buncis.”

Sekarang perempuan itu kembali menghela napasnya. “Ya udah nanti Pak Dimas makan ayam kecapnya aja.” Ucap Velove seraya membawa beberapa bahan ke dapur.

Tapi karena tangannya tidak cukup untuk membawa semua bahan itu, Velove meminta tolong pada Dimas untuk ikut membawakannya. “Tolong bawain daging ayam sama kecap asinnya ke sini, Pak.”

Mendengar permintaan yang dilontarkan oleh Velove, Dimas lantas bergerak untuk mengambil apa yang perempuan itu minta dan mengantarkannya pada Velove.

Kedua orang itu sibuk berkutat di dapur, ah lebih tepatnya Velove yang sibuk di dapur karena memang Dimas hanya sesekali bergerak jika Velove memintanya untuk melakukan sesuatu.

Ketika sudah hampir selesai, Velove meminta Dimas untuk meninggalkannya di sana dan pergi mandi. “Ini tinggal dikit lagi, Pak Dimas mandi aja sana.” Ucap Velove seraya mengambil alih kegiatan Dimas yang sedang mengaduk ayam kecap yang ada di dalam wajan.

“Ya udah, saya mandi dulu.” Sekarang Dimas tidak lagi banyak menolak karena memang dia juga sudah mulai merasa kegerahan karena dekat-dekat dengan kompor.

Perempuan itu menganggukan kepalanya singkat, kemudian setelahnya Dimas pergi dari sana. Velove memilih untuk melanjutkan kegiatan memasaknya seraya membereskan dapur yang tampak berantakan itu.

Tidak lama dari itu, masakan yang tadi sudah matang, begitupun dengan nasi yang ada di dalam rice cooker. Perempuan itu segera menyajikannya di atas meja yang ada di dekat dapur, begitu selesai menyajikannya. Velove kembali ke dapur untuk membereskan tempat tersebut yang tadi belum dia bereskan semuanya dan juga mencuci peralatan yang tadi dia gunakan.

Begitu selesai membereskan dan juga mencuci peralatan yang dia gunakan, perempuan itu memilih untuk duduk di kursi yang ada di meja makan seraya menunggu Dimas selesai dengan aktivistasnya di dalam kamar mandi.

Velove mendengar suara pintu kamar yang terbuka, lantas mengalihkan pandangannya ke sana. Terlihat sosok Dimas yang nampak lebih segar keluar dari dalam kamar dan berjalan ke arahnya.

“Udah selesai dari tadi?” Lelaki itu bertanya seraya menarik kursi untuk dia duduki.

Mendengar pertanyaan dari lelaki itu membuat Velove menggelengkan kepala. “Nggak, belum lama. Langsung dimakan aja Pak mumpung masih anget.”

Dimas lantas menganggukan kepalanya. “Kamu juga makan.” Ucap lelaki itu seraya meraih sendok garpu yang ada di atas piringnya dan mulai menyuapkan makanannya.

Velove juga melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh lelaki itu di tempatnya, mereka berdua makan dalam keheningan, sepertinya Dimas ataupun Velove tidak ada satupun yang berniat untuk membuka suara.

Tapi tidak lama dari itu, setelah Dimas menelan makanan yang ada di mulutnya, lelaki itu membuka suara. “Besok ikut saya.”

Velove yang sedang menunduk menikmati makanannya lantas mendongak untuk menatap ke arah lelaki itu. “Ikut kemana?” Dia bertanya dengan dahi yang mengernyit.

“Ke tempat Gym.” Balas Dimas, lalu kemudian melanjutkan kembali perkataannya. “Minggu kemarin saya gak ke tempat Gym, jadi besok kamu ikut saya ke sana.”

Karena memang minggu kemarin Dimas mengeluhkan sakit pada lengannya, jadi lelaki itu tidak bisa pergi ke sana, padahal itu sudah menjadi kegiatan rutin Dimas di hari minggu.

“Tempat Gym? Dimana?” Velove kembali bertanya.

“Di lantai dua apartemen ini.”

“Tapi saya males, Pak.” Perempuan itu berkata dengan sejujurnya.

“Pokoknya besok kamu harus ikut, nggak ada penolakan.”

Mendengar perintah dari Dimas yang tidak bisa dia bantah, perempuan itu hanya bisa mengerutkan bibirnya. Kenapa Dimas harus membicarakannya saat dia sedang makan seperti ini? Mood makannya kan jadi hilang gara-gara lelaki itu.

“Cepet abisin, abis itu kamu mandi, kamu belum mandi.”

Lihat?

Lelaki itu memang sangat menyebalkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!