NovelToon NovelToon
Perjodohan Tidak Sesuai Naskah

Perjodohan Tidak Sesuai Naskah

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:564
Nilai: 5
Nama Author: Romanova

Yue menerima perjodohan itu dengan satu kata singkat. "Ya."

Bukan karena cinta, jauh dari itu. Dia hanya berpikir hidupnya akan seperti kisah di film atau novel yang sering dia tonton, klasik, klise, dan penuh drama. Seorang pria kaya raya yang dingin dan tak acuh, yang diam-diam mencintai wanita lain, dan hanya menikah karena tekanan keluarga. Lalu Yue akan menjalani hidup sebagai istri formal, tidak dicintai, tapi tetap hidup mewah. Simple.

Satu-satunya alasan Yue setuju hanyalah karena satu kata sakral, UANG. Dia realistis, bukan romantis. Tapi yang terjadi, sungguh berbeda.

Pria itu, Raymon Sanchez tidak sesuai skrip. Sejak hari pertama mereka bertemu, bukan tatapan datar yang dia terima, melainkan pandangan tajam seolah dia adalah teka-teki yang ingin dia pecahkan. Bukan sikap acuh, tapi perhatian yang menusuk hingga ke tulang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Romanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Balasan

Malam ini, bulan purnama menggantung sempurna di langit, terang, bulat, dan terlalu tenang untuk malam yang sedang menyimpan badai.

Cahaya bulan menyusup masuk melalui celah tirai kamar, memantul lembut di permukaan lantai marmer dan menyelimuti ranjang tempat Yue tertidur.

Dia terbaring dalam balutan selimut tipis, napasnya tenang, wajahnya damai meski mata bengkak masih tampak samar di bawah cahaya pucat.

Di seberang ruangan, Raymon duduk di sofa panjang, masih mengenakan kemeja meski dua kancing teratas telah dibuka.

Sebelah lengannya disampirkan ke sandaran, sementara tangan lainnya memegang gelas kristal berisi wine merah pekat yang tampak menyala dalam cahaya temaram.

Dia tak menyentuh ponselnya sejak mereka tiba di rumah. Tapi malam ini, dia terlalu sadar akan satu hal.

Yue menangis, dan dia tidak bisa menghapusnya dengan pelukan saja.

Matanya terus memandangi wanita itu, dengan rasa bersalah, dengan rasa ingin melindungi yang terlalu pekat hingga berbahaya.

Raymon menyesap sedikit wine, lalu meletakkan gelas itu di meja rendah di sampingnya.

Dia mengambil ponsel dari saku celana, membukanya perlahan. Matanya menatap satu nama di daftar kontak, lama. Kemudian dia tekan.

Hanya satu kali dering, dan suara berat di seberang langsung menjawab.

"Ya, Tuan?"

Raymon bersandar, suaranya rendah, nyaris tanpa emosi.

"Siapkan tiga nama untuk aku lihat di meja kerja besok pagi. Gevan, Lili, dan Helena. Cari semuanya, dari cctv mall dekat perusahaan."

Ada keheningan sejenak, lalu suara itu menjawab,

"Dimengerti. Dengan cara bersih atau-"

"Dengan pesan." potong Raymon dingin. "Cukup untuk membuat mereka sadar, tapi tidak cukup untuk membuat istriku khawatir."

Dia menatap kembali ke arah tempat tidur, bibirnya melengkung datar.

"Biarkan mereka tahu, apa rasanya jadi pecundang dalam diam."

Klik. Telepon ditutup.

Raymon kembali duduk tenang di sofa, mengambil gelas winenya lagi.

Dia menyesap perlahan, dan untuk sesaat, wajahnya tidak menunjukkan amarah hanya ketenangan.

Tapi di dalam benaknya, sudah ada tiga permainan yang siap dijalankan.

Raymon perlahan berdiri dari sofa, tubuh tingginya bergerak tanpa suara di tengah keheningan malam.

Jari-jarinya membuka sisa kancing kemeja satu per satu, lalu menariknya lepas dari tubuh gerakan yang biasa dia lakukan dengan tergesa, tapi malam ini semua terasa berbeda.

Ada sesuatu yang jauh lebih lembut, lebih pelan, lebih pribadi.

Kemeja itu dia letakkan di ujung ranjang, dan tanpa banyak suara, dia naik ke sisi tempat tidur, ke samping istrinya yang masih terlelap dalam dunia yang untuk sesaat terlihat damai.

Yue tidak bergerak, hanya napasnya yang naik turun perlahan.

Wajahnya sudah tak selelah siang tadi, tapi masih tampak seperti seseorang yang baru saja berperang dengan kenangan.

Raymon memiringkan tubuhnya, menopang kepala dengan satu tangan sambil menatap wajah istrinya dalam diam.

Dia bisa saja menyentuhnya. Bisa memeluk, mencium, memanjakan. Tapi tidak malam ini.

Malam ini, dia hanya ingin menjaga.

Seolah jika dia cukup dekat, cukup diam, cukup hadir, maka semua luka Yue akan sembuh perlahan tanpa paksa, tanpa tekanan, tanpa paksaan bahwa dia harus kuat.

Jari-jari Raymon menyibak satu helai rambut dari wajah Yue.

Lalu dia membisik, nyaris tak terdengar.

"Aku tak akan membiarkan mereka menyentuhmu lagi." dan kalimat itu, bukan hanya janji.

Itu peringatan, untuk siapa pun yang pernah berani membuat wanita ini menangis.

Raymon menarik selimut menutupi tubuh Yue lebih rapat, lalu menyusul berbaring di sampingnya tak menyentuh, tapi cukup dekat hingga dia bisa merasakan napas istrinya.

Pukul 4 pagi.

Cahaya remang dari luar jendela mulai menggantikan pekatnya malam, tapi kamar mereka masih diselimuti keheningan.

Yue terbangun perlahan, kelopak matanya membuka dengan berat.

Tenggorokannya terasa kering dan haus. Tapi saat dia hendak bangkit, tubuhnya langsung menyadari satu hal.

Ada tangan yang melingkar erat di perutnya.

Hangat, berat dan tegas.

Dan di tengkuknya, terasa napas pelan yang ritmenya stabil, menyapu kulitnya setiap beberapa detik.

Raymon.

Suaminya sedang memeluknya dari belakang, tubuh tinggi dan hangat itu menyatu di sepanjang punggungnya, seperti mencoba menciptakan dinding perlindungan yang tak bisa ditembus oleh siapa pun bahkan oleh luka masa lalu.

Yue diam sesaat, memejamkan mata lagi.

Napasnya ikut menyesuaikan ritme dengan pria yang tengah memeluknya.

Ada bagian dari dirinya yang ingin tetap diam di sana, dalam dekapan itu. Namun rasa haus mulai tak bisa diabaikan.

Pelan-pelan dia mencoba menarik diri, sedikit saja. Namun, seolah sadar bahkan dalam tidur, Raymon mengeratkan pelukannya.

"Mau kemana sayang?" gumamnya dalam tidur, suara seraknya nyaris seperti bisikan tapi mengguncang hati Yue seketika.

Yue membeku.

Bukan karena takut, tapi karena untuk pertama kalinya, nada itu terdengar seperti ketakutan seorang anak kecil yang tidak ingin kehilangan.

"Ray." bisik Yue, menoleh sedikit ke arah bahunya.

"Aku cuma mau ambil air minum."

Raymon mendekatkan wajahnya ke tengkuknya, napasnya menghangatkan kulit Yue. Matanya masih terpejam, tapi nadanya setengah sadar.

"Biar aku ambil."

"Tidak perlu, aku bisa sendir-"

Tapi pelukannya kembali mengencang sedikit.

"Jangan bilang bisa sendiri, aku tahu itu. Tapi biarkan aku tetap di sana, walau cuma untuk ambil segelas air."

Yue menatap ke depan, ke arah gelapnya kamar, hatinya berdebar aneh.

"Baiklah." bisiknya akhirnya.

Raymon membuka matanya setengah, menggeser tubuhnya perlahan, dan benar-benar bangun.

Tanpa kemeja, rambut berantakan, dan wajah masih mengantuk, tapi langkahnya menuju segelas air yang memang sudah di siapkan di atas nakas.

Yue menatap punggungnya, lalu tersenyum tipis.

Untuk pria yang tak pernah membiarkan siapa pun menyentuh hidupnya terlalu dalam, Raymon ternyata bisa menjadi tempat paling lembut untuk kembali.

Bahkan pukul empat pagi, bahkan hanya untuk segelas air.

Tbc

1
Syaquilla Mbull
author aku suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!