"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Eiser berjalan menuju penjara bawah tanah. Dia harus menyelesaikan semuanya sekarang. Dia tidak ingin pengawal kerajaan itu berlama lama dimansionnya.
Dia menganggap mereka sebagai mata mata yang diperintah oleh Ibu tirinya. Eiser mengepalkan sebelah tangannya dengan erat.
'Aku tidak akan berurusan lagi dengannya.' ujarnya.
Tepat di depan kurungan penjara itu, dia bisa melihat anak Baron Davino ketakutan bahkan mengompol di dalam celananya. Eiser tidak bersimpati dengannya, bagi Eiser setiap perbuatan pasti ada balasannya.
"Tanda tangan sekarang.." ucap Eiser dingin.
"Ayahku mati dan masih punya harta.." gumamnya.
"Aku bilang, tanda tangan sekarang!" tegas Eiser.
Sedetik kemudian Pria itu menoleh, dia tertawa dan berkata. "Hahaha! ayahku mati, tapi masih memiliki harta? Bukankah itu menakjubkan?"
"Dia membuat kesepakatan denganku," ujarnya.
"Kesepakatan? Oh ya! Kau memeras harta ayahku!"
Eiser hanya diam menatapnya.
"Aku tidak akan menandatangani surat itu! Harta itu milik ayahku! Dan dia sudah mati sekarang, harta itu secara resmi menjadi milikku!!" serunya.
"Kau sudah tidak punya harapan lagi." ucap Eiser.
"Ahahaa!" Pria itu tertawa karena stress.
"Jika kau menyumbangkan hartamu, ku rasa Tuhan akan mengampuni dosa dosamu di dunia ini." ujarnya.
"Sialan! pengampunan seperti apa untuk seorang pendosa sepertiku?" tanyanya.
"Bahkan seorang pendosa sekalipun menginginkan dirinya bisa masuk ke dalam surga, ingat saja ini.. sebelum air hujan turun, dia juga berasal dari awan hitam yang gelap." jawabnya.
"Cih sialan.." umpatnya, dia diam sejenak kemudian kembali berkata.
"Ayahku bunuh diri, bukan aku yang membunuhnya."
Eiser terdiam sejenak. "Tapi semua bukti sudah jelas, dan semua bukti tertuju padamu."
"Ya, aku tau.. aku hanya ingin memberitahu ini padamu sebelum aku benar benar mati," balasnya.
"Aku pikir, sepertinya kau akan menjadi anak yang baik untuk orangtuamu dikehidupan selanjutnya."
"Heh! Lalu. apa kau kesini untuk menghiburku?" tanya pria itu.
"Tanda tangan," Eiser mengulurkan berkas itu.
"Benar, kau kesini untuk itu.."
Akhirnya anak itu menandatangani berkasnya. Dia pun menuliskan sesuatu di sana. 'Semoga dengan harta ini semua anak di panti asuhan bisa hidup dengan baik, dan doakan aku.. di kehidupan selanjutnya nanti aku bisa hidup dengan baik juga.'
Eiser menghela nafas lega. Urusannya sudah selesai.
Tak lama kemudian, para pengawal kerajaan mulai bergerak membawa pria itu. Dia sudah iklhas dengan takdirnya. Dia menangisi semua perbuatannya.
Kalea juga melihatnya dari jendela kamar, disana dia juga melihat Eiser berdiri tegap mengantar pria itu.
"Bukankah dia membenci anak baron itu?" tanyanya.
"Eh? Benar juga ya, mengapa Tuan Eiser berdiri disana, seolah dia sedang mengantar tamu pergi dengan rasa hormatnya, Tuan Eiser tidak pernah begitu loh, apa dia dapat pengecualian darinya?" Fiona juga heran.
Kalea tersenyum. 'Apapun itu, hanya Eiser yang bisa melakukannya.'
"Kau tersenyum nona?" tanya Fiona.
"Memangnya tidak boleh?" Kalea memberi pertanyaan lagi. Kemudian bersenandung kecil sambil menikmati dessert manis buatan Karmila. "Hmm, enak!"
Sementara itu, di wilayah Gior. Wilayah yang terkenal dengan pendeteksi sihir yang hebat. Mereka memiliki cincin permata untuk mendeteksi suatu sihir itu. Dan, Dyroth ialah bagian dari sihir di dunia itu.
Kehadirannya sangat di perlukan untuk mendeteksi si penyihir. Namun siapa sangka, sehebat hebatnya dia, dia juga tak dapat melacak penyihir kegelapan yang ada di depannya sekarang.
"Namaku Selena," ujarnya.
"Ya," sahut Dyroth dingin.
"Sepertinya kau membenci perjodohan ini," ucapnya lagi.
"Aku tidak membencinya, tapi aku tidak tertarik untuk itu," balasnya.
Dyroth melirik jam tangannya, seolah pertemuan itu menguras waktunya yang beharga. Selena mengulum senyuman kecil, dia tidak begitu peduli dengan Dyroth. Wanita itu hanya tertarik dengan cincin permatanya.
'Ingatanku belum pulih seutuhnya, hanya saja.. aku yakin cincin permata itu mempunyai kekuatan yang luar biasa,' pikirnya.
Dyroth menyadari tatapan Selena, kemudian dengan santai menunjukkan cincin itu padanya. "Apa kau ingin mencobanya?" tanya Dyroth datar.
"Aku?" Selena terlihat bingung.
"Ya" jawab Dyroth, melepaskan cincin itu dan diberikan pada Selena.
Selena sedikit khawatir, dia tidak begitu yakin dengan cincin itu. 'Jika cincin ini terbuat dari batu kegelapan, aku bisa saja mati tanpa membuka portalnya,' ujarnya dalam hati.
"Kenapa kau terlihat khawatir? apa kau pikir permata itu.. batu kegelapan?" tanya Dyroth.
"Apa?" Selena tersentak.
"Melihatmu kaget begitu, sepertinya kau juga tau soal batu kegelapan," timpalnya.
"Tidak begitu.." Selena membuat alasan.
'Sial, apa aku ketahuan?' Selena takut dan khawatir, dia bersiap menggunakan kekuatannya untuk menyerang dengan sebelah tangannya dibawah meja.
"Jangan sungkan begitu, semua orang sudah tau batu kegelapan, tapi cincin ini berbeda, ia hanyalah sihir yang bekerja untuk mendeteksi kekuatan sihir lainnya," ujarnya.
"Be-begitu ya.." Selena tertawa kecil, mengembalikan cincin itu pada Dyroth.
"Melihat cincin ini tidak bereaksi apa pun, itu artinya kau tidak pernah menggunakan sihir ya?" tanyanya.
"Apa?" berhenti sejenak. "Ya.. belum pernah."
"Menakjubkan, kau hidup didunia yang penuh sihir, tapi kau tidak menggunakannya sama sekali, kau pasti memiliki alasan untuk tidak menggunakannya," timpal Dyroth lagi.
"Ya, kau benar," ucapnya. ' Karena aku.. mengumpulkan kekuatanku,' pikir Selena.
Suasana kembali hening.
Dyroth melirik Selena sekali lagi. Jika dilihat baik baik, wanita itu terlihat lemah dan tak berdaya. Dia memiliki rambut yang bewarna hitam panjang, namun Dyroth sadar itu bukan warna rambut aslinya.
'Itu bukan warna asli rambutnya ya?' pikirnya sendiri, kemudian melihat arah cincinnya yang tidak mampu mendeteksi kekuatan wanita itu.
Dyroth tersenyum, cincin yang dia gunakan sekarang bukanlah cincin utamanya. Ini ialah cincin dari sekian cincin lainnya. Cincin utamanya ada pada Kalea, dia memberi sebagian sihirnya itu pada Kalea. Tidak ada yang bisa menerima kekuatan sihirnya, namun tubuh Kalea.. mampu menerima kekuatannya!
Itulah alasan mengapa Dyroth melindungi Kalea, dan berharap suatu hari nanti mereka bisa bersama sama.
Waktu demi waktu terlewati, pertemuan mereka pun berakhir begitu saja. "Kalau begitu, aku pamit duluan"
"Apa?" Selena bingung.
"Tenang saja, aku akan bilang kepada orangtuaku, kau tidak menerima perjodohan ini karena aku bukanlah tipe pria idamanmu," ucap Dyroth santai.
"Hah? Kapan aku begitu?" Selena tidak terima.
"Lantas. Apa kau mau menerimanya?"
"Aku.. menerimanya sejak awal," ucapnya yakin. 'Dia memiliki kekuatan yang berbeda, dan dengan menjadi bagian dari sihirnya, aku bisa mengumpulkan energi sihirku lebih cepat!'
"Heh," Dyroth kesal, saat itu dia sudah berdiri tegap sambil menatap Selena yang masih duduk manis di bangku itu.
'Tatapannya berubah,' Selena bisa melihatnya.
"Jangan bilang kau menerimanya sejak awal, karena aku tidak berpikiran begitu," ucapnya dingin.
"Maksudmu?" Selena bingung.
"Sihirmu memang tidak terdeteksi berbahaya, tapi kau sedang berbohong sekarang, kau berbohong soal jati dirimu, dan kau menerima perjodohan ini dengan motif dibaliknya," tegas Dyroth.
Selena terdiam seribu bahasa.
"Aku tidak tau motifnya apa, tapi aku akan segera tau nanti, dan saat itu tiba.. aku harap kau menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya di depanku," ucapnya.
Dyroth kembali bergerak, meninggalkan Selena tanpa tau jati diri wanita itu yang sebenarnya.
Disisi lainnya, Selena tampak menunduk ke bawah, dia terdiam tanpa berkata kata. Namun siapa sangka dia sedang tersenyum lebar dan semakin tertarik dengan Dyroth. Sedetik setelah Dyroth hilang dipandangannya, dia merubah kembali tampilannya, rambutnya berubah warna merah kembali.
"Hahaaha! Menarik sekali, ini sangat menarik!" Selena tertawa tak tertahankan.
.
.
.
Bersambung!