NovelToon NovelToon
Ayo Kita Bercerai

Ayo Kita Bercerai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: N. Egaa

"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.

"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."

Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Setelah pemakaman selesai, kepala wilayah meminta Kalea ikut ke ruang rapat untuk menentukan hak ahli warisnya yang sekarang. Namun Kalea tidak pernah menginginkan hal itu, dia pun meminta kebijakan Eiser untuk mengurusnya.

Hal itu membuat semua orang menentangnya. "Tidak bisa! aku menentangnya!" ucap salah satu orang yang ada disana.

"Tunggu dulu Tuan, ini masih terlalu awal untuk kita membahas hak ahli warisnya disini.. Kalea juga masih syok dengan kematian ayahnya, kita harus bersabar.." ucap Marquis Era.

"Kau benar, tapi.. keputusanku sudah bulat, hak ahli waris ini harus dipegang oleh Kalea sendiri!" tegasnya.

"Maaf tuan tuan sekalian, aku menolaknya karena aku menyadari kemampuanku saat ini, aku tidak mampu menjadi pengurus wilayah Isyarh, karena itu aku minta bantuan kebijakan dari Eiser."

"Tidak bisa! aku tidak akan pernah mau menerima kebijakannya lagi di atas tanah ini!"

"Tapi tanah inikan miliknya!" sahut Kalea.

"Cih, Tuan Count sangat celaka karena dikaruniai anak yang tak berguna ini, anak perempuan hanyalah beban yang tidak bisa diharapkan selain dari menjadi pion dalam permainan politik yang penuh intrik!" ucapnya lagi.

"Hentikan! Anda sudah keterlaluan!" Marquis Era kesal dan emosi.

"Apa? Bukankah kau juga membencinya?"

"Bukan begitu!" balas Marquis Era, berhenti sejenak, kemudian kembali berbicara. "Keputusan Kalea, hanya terlalu cepat dan kurang bijak, menyerahkan segalanya pada Eiser hanya akan menambah kebencian rakyat Isyarh, seharusnya kau paham soal itu.."

"Mengapa kalian berpikir seperti itu?" tanya Kalea.

"Kebencian rakyat Isyarh terlalu mendarah daging dan tak bisa di obati lagi.." jawab Marquis Era.

"Kalian sudah tau kebenarannya kan?"

Semua orang terdiam, menundukkan kepalanya tanpa berani menjawab Kalea.

"Haaa.." Kalea mengeluh kemudian kembali berbicara lagi. "Setelah tanah ini ditaklukkan oleh Eiser, Isyarh pun diberi kemerdekaan, itu faktanya!"

"Heh! apa sekarang kau berubah pikiran Kalea?" tanya kepala wilayah itu.

"Sebelumnya aku sama seperti kalian, membencinya tanpa tau kebenaran dibalik itu semua." jawab Kalea.

"Walaupun begitu, rakyat Isyarh telah lama menderita, semua itu karena ulah mereka, penjajah dari Celeste!"

"Kenyataannya, dia juga yang membebaskan tanah Isyarh dari penjajah lainnya!" Tegas Kalea membuat semua orang kembali merenungi sikap mereka.

"Saat itu.. memang banyak orang yang terkorban, bahkan tak satu pun dari keluarga itu tidak menangis karena anaknya menjadi korban peperangan, tapi satu hal yang perlu kalian ingat kembali, tanah Isyarh jadi seperti sekarang karena siapa?" tanya Kalea, dia pun berdiri dan memandangi mereka satu persatu.

"Karena Eiser... Dia yang mengakhiri era penjajahan itu dan membawa kemerdekaan bagi tanah Isyarh ini, dia berjuang demi kebahagiaan generasi yang mendatang, itu yang harus kalian ingat darinya.."

Semua orang diam seribu bahasa.

Tak lama kemudian, Eiser dan Dyroth juga dipanggil, masuk ke dalam ruangan rapat itu. Mereka terlihat bingung dan tertanya tanya.

"Silahkan duduk Tuan.." mereka mempersilahkan Eiser untuk duduk dengan hormat.

"Silahkan duduk juga Dyroth.." ucap Marquis Era.

Kemudian mereka kembali membicarakan tentang hak ahli waris disana. "Ehem! kami telah membuat suatu keputusan tentang hak ahli waris ini, dan kami ingin.. menunjuk Tuan Eiser dengan kebijakannya mengurus wilayah Isyarh mulai sekarang.."

Eiser terlihat bingung, kemudian dia memandang ke arah Kalea. "Aku tidak perlu mengurusnya, kalian bisa mengurusnya sendiri." jawab Eiser sambil menatap Kalea.

"Begini Tuan Eiser, karena jawabanmu seperti dugaan nona Kalea. Kami sepakat untuk menunjuk seseorang menjadi wakil yang mengurus wilayah ini denganmu.."

"Siapa?"

Mereka semua memandang ke arah Dyroth. Seperti yang Dyroth pikirkan, tujuan mereka di panggil hanya untuk memilih diantara mereka berdua.

"Silahkan, aku tidak peduli siapapun yang mengurus wilayah ini. Aku hanya berdoa semoga tanah ini terus maju dan semakin jaya." jawab Eiser sambil menatap Dyroth yang duduk santai disana.

Mereka saling bertatapan. Dyroth tersenyum kemudian berkata. "Baiklah, karena kau sudah menyetujuinya, kita akan lebih sering bertemu kedepannya, dan juga aku sangat menantikan kerjasama kita yang istimewa ini.. ayo kita berjabat tangan sebagai bentuk ikatan persahabatan!" Dyroth mengulurkan tangan.

"Ah iya, tentu saja." jawab Eiser, menyambut tangan itu.

Saat berjabatan tangan, mereka saling menguatkan genggaman tangan mereka hingga tangan itu menjadi berurat dan memerah!

"Se-sepertinya sudah cukup.." ucap Kalea, khawatir pada Eiser.

"Sepertinya belum, kita harus sedikit lama berjabatan tangan, iya kan Eiser?" tanya Dyroth.

"Ya!" sahut Eiser.

"Ehem!" Marquis berdeham keras, membuat kedua orang itu segera mengakhiri jabatan tangan mereka saat itu juga.

Kalea segera menarik tangan Eiser pergi.

Semua orang bergerak meninggalkan ruangan itu, tapi Dyroth masih berdiri sendirian disana. Tepat setelah semua orang pergi, Dyroth melihat ke arah tangannya yang memerah. Dia sedikit kesal melihatnya.

'Sialan! Kekuatan macam apa itu?' tanya Dyroth kesal.

Sementara itu, Kalea mengusap tangan Eiser dengan penuh perhatian. "Duh, jadi merah kan.."

Eiser segera menarik tangan itu dan menyembunyikan tangannya di dalam saku celananya.

"Dasar ya Dyroth itu! Aku akan kembali mencarinya!"

"Tidak. Tunggu!" Eiser menahan Kalea.

"Aku akan mencarinya dan memarahinya!"

"Tidak perlu!"

"Tanganmu jadi begitu karenanya!"

"Jangan jadikan ini alasanmu untuk bertemu dengan dia lagi, Kalea!"

"Tidak, ini bukan alasan.."

"Lalu apa?"

"Ya, aku hanya ingin memarahinya.."

"Dia tidak akan mendengarkanmu, tapi satu hal yang aku tau, dia akan tertawa saat melihatmu sedang marah padanya, dan itu menjengkelkan.."

"Gila kali, masa orang sedang marah dia tertawa?"

"Itu tidak gila, tapi.. melihatmu marah marah memang sedikit lucu dan membuat sesiapa saja tertawa!"

"Apa?" Kalea kesal.

"Aku bilang, saat aku melihatmu kesal begini saja sudah terasa lucu, apa lagi saat kau marah marah dengan tingkah dan ocehanmu itu?" tanya Eiser.

"Hah?"

"Kau menggemaskan saat marah marah.." ucap Eiser kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Kalea.

"Menggemaskan..? Hah?" Kalea bingung, dia segera mengikuti langkah Eiser yang cepat.

Eiser sengaja mempercepat langkah kakinya, saat itu wajahnya memerah. Eiser berusaha menghindar dari bertatapan mata dengan Kalea.

Hal itu dilihat oleh Marquis Era, dia tersenyum melihat pasangan suami istri itu. 'Sepertinya, nak Kalea mulai membuka hatinya pada suaminya itu, sudah lama ya.. ternyata perasaan benci itu bisa berubah menjadi cinta sejati..'

Kemudian Dyroth berjalan di belakang ayahnya. Tidak dilewatkan juga, dia melihat pasangan itu sedang asik bercanda.

"Kau lihat itu Dyroth?" tanya Marquis Era.

"Membosankan.." jawab Dyroth kemudian melangkah pergi.

"Astaga.. anakku menaksir istri orang." Marquis Era menghela nafas panjang.

Angin berhembus ke arah lain, membawa dedaunan kering bersamanya. Lilian dan Lolia beristirahat sambil menyantap makanan hasil buruannya.

Lilian makan dengan begitu lahap.

Sedangkan Lolia memakannya dengan pelan dan tidak selera. Saat itu dia sedang berwujud manusia. Lilian memintanya untuk berubah wujud karena ingin melihat adiknya makan.

"Makanlah, jangan mati karena kelaparan lagi!"

"Hmm!" Lolia mengangguk dan kembali memakan makanan itu, jauh di lubuk hatinya dia merindukan makanan favoritnya, kacang pinus, kacang ek dan kacang hazel.

"Kau tidak boleh memakan kacang kacangan itu lagi, itu tidak akan membuatmu kenyang! Lihatlah tubuhmu sekarang! Kurus dan tak bergizi, ingat Lolia.. aku tidak akan memaafkanmu jika kau mati karena kelaparan lagi, mengerti?"

"Hmm! Hmm!" Lolia menganggukkan kepalanya terus, air matanya mulai berlinangan. Dia ketakutan dan sangat tidak nyaman saat berada dihadapan Lilian

"Kalau begitu, aku akan bekerja sekarang.. aku harus membunuh wanita ini demi mendapatkan batu sihir lagi, wanita ini... dia pemilik drama teater di Celeste.."

.

.

.

Bersambung!

1
partini
👍
Noorjamilah Sulaiman
permulaan yg Baik....harap2 smpi tamat ceritanya ok....
Nona Egaa: Siap! Pantengin terus ya kak/Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!