Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27
"Dengar Amara, Aku hanya ingin memberitahumu. Bahwa sebelum kamu, Mars sudah mempunyai banyak wanita. Tidak hanya satu dua wanita saja yang sudah ia tiduri, lalu ia akan membuangnya begitu saja. Aku hanya kasihan saja jika kamu bernasib sama dengan para gadis gadis itu." kata Clara dengan menaruh kopinya dan mendekatkan wajahnya di meja agar memperjelas suaranya di hadapan Amara.
"Terima kasih karena kamu sudah kasihan denganku Clara. Hanya saja, aku tidak suka di kasihani." jawab Amara dengan suara pelan, namun sorot mata yang tegas.
Jawaban Amara membuat membuat Clara menaikan emosi, ia tidak menyangka jika Amara akan berani melawannya, karena sebelum sebelumnya tidak ada gadis yang berani dengan intimidasi darinya.
"Hey girl.... Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Bara dengan membawa satu cup kopi, di ikuti Mars di belakangnya yang juga membawa satu cup kopi, dan satu cup teh hangat.
"Hanya membicarakan sedikit masalah wanita. Benarkan Amara?" ucap Clara dengan senyum tidak tulus ada Amara.
"Aku harap seperti itu." jawab Amara
"Aku harus naik, selamat pagi." lanjut Amara dengan mengambil tasnya di meja dan mencangklongkan di pundak, seraya berdiri ketika Bara duduk di sebelahnya.
Mars yang sudah hendak memposisikan duduk, akhirnya tidak jadi dan menghadap ke arah Amara.
"Sayang, bukankah kamu mau teh tadi? Aku membawakan untukmu." kata Mars dengan memperlihatkan satu cup berisi teh hangat.
"Maaf, aku sudah tidak ingin minum teh pagi ini. Namun satu teguk kopi di pagi hari bisa membuatku lebih semangat pagi ini." jawab Amara seraya meminta cup kopi di tangan kiri Mars, dan mulai meneguknya.
"Terima kasih. Aku naik dulu ya." kata Amara dengan memberikan kopi itu kembali pada Mars, kemudian mencium pipi kanan Mars. Amara justru seakan memanasi dan sengaja menabuhkan genderang perang pada Clara. Sedangkan Mars hanya memberikan sebuah senyuman, karena Amara memberikan satu ciuman yang tidak sangka.
Bara yang menyadari perubahan sikap Amara pun memandang Clara dengan menyipitkan mata, seakan mencari kebenaran dari ucapan Clara.
"Kenapa kamu menatapku seakan aku menindas Amara?!! Kalian semua menyebalkan." kata Clara seraya mengambil tasnya dan berdiri meninggalkan Bara dan Mars begitu saja, membuat Mars semakin bingung dengan tingkah para gadis pagi ini.
"Kenapa dengan para gadis pagi ini?" ucap Mars dengan menaruh dua cup ke atas meja kemudian duduk di hadapan Bara.
"Aku rasa mereka sedang mensturasi." jawab Bara santai, tidak ingin memberitahukan penilaiannya terhadap Clara, yang sedang merasa cemburu pada Amara, karena Mars tidak pernah menyadari jika Clara menyukai dirinya.
"Kemana kemarin Bro? Bahkan ponsel kalian tidak aktif." tanya Bara, karena kemarin ia mencoba menghubungi Mars, juga Amara namun tidak ada yang aktif.
Mars pun bercerita tentang hari indahnya bersama Amara kemarin, dan Bara mendengarkan namun pikirannya Bara mulai terbelah antara Clara dan Mars yang berada di hadapannya.
Di lantai atas Amara menuju toilet, selepas dari kamar mandi ia mendekat pada wastafel yang di hadapannya ada cermin panjang dan besar. Amara mencuci tangan nya, dan ia baru menyadari jika di sampingnya utu adalah Clara yang juga sedang mencuci tangan.
"Hebat Amara. Tidak hanya Mars yang kamu buat berubah, bahkan Bara pun ikut menyalahkan ku, karena hal ini. Kamu yang baru saja datang, sudah membuat pertemanan ku hancur begitu saja. Kamu bisa merusak pertemanan yang terjalin sejak kecil hanya dalam hitungan bulan saja. Bravo..." kata Clara sembari tepuk tangan memandang wajah Amara.
"Sebanarnya apa maumu Clara? Kesalahan apa yang aku perbuat sampai kamu memusuhi ku." jawab Amara dengan menghadap ada Clara.
"Kesalahan apa? Kamu tanya dirimu sendiri, kesalahan apa yang kamu perbuat. Kamu memprovokasi kedua temanku, kamu mencuci otak Mars itu adalah kesalahan." jawab Clara
"Aku tidak pernah memprovokasi siapapun untuk menjauhimu. Jika aku mencuci otak Mars itu salah, karena seharusnya otak kamulah yang perlu dicuci karena selalu berpikiran buruk tentang aku." jawab Amara.
Amara yang tidak mau berdebat lebih panjang lagi dengan Clara karena menghormati Bara juga Mars memilih pergi meninggalkan Clara di toilet. Namun belum sempat Amara keluar, Clara justru mendorong Amara dengan berteriak membuat Amara menjadi ikut tersulut emosi.
"Kamulah yang seharusnya dicuci otaknya, karena kamu memang buruk." kata Clara dengan mendorong Amara, membuat Amara terhuyung dan menabrak tembok toilet.
"Kenapa kamu mendorongku? Mau kamu apa?" jawab Amara dengan membalas mendorong Clara, Amara ikut emosi dengan tingkah Clara yang memulai pertengkaran. Sedangkan Clara yang tidak ada pegangan terjatuh ke lantai membuat ia menjadi menggila dengan bangkit dan menyerang Amara.
"Berani kamu mendorongku!!" bentak Clara dengan menjambak Amara, dan Amara yang memang sudah tersulut emosi membuat membalas jambakan itu, sehingga terjadilah pergelutan dua gadis cantik.
Kericuhan itu mulai mendatangkan banyak mahasiswi untuk melihat dan menjadi perbincangan di bawah karena banyak yang hendak melihat.
Bara dan Mars pun heran dengan para mahasiswa yang naik ke lantai atas, Bara dan Mars sempat mendengar nama Clara sedang bergulat dengan anak baru, segera ikut berlari dan menyusul ke toilet.
Bara segera memegang Clara, begitu juga dengan Mars yang langsung memegang Amara. Namun keduanya masih memberontak meminta di lepaskan.
"Kenapa dengan kalian ini." sentak Bara.
Bara tidak habis pikir, kenapa bisa gadis yang cantik seperti mereka harus mempermalukan diri sendiri dengan berkelahi seperti itu.
"Clara .... Amara.... Ikut keruangan saya!!" sentak seorang dosen yang baru saja tiba. Ia mendapat laporan dari salah satu mahasiswa jika ada yang berkelahi di toilet.
Mata Clara memandang sinis pada Amara, sama halnya dengan Amara yang masih memandang Clara dengan wajah menakutkan.
Mars merangkul Amara dan menatih Amara sampai depan ruangan dekan. Ternyata dosen itu membawa langsung mereka pada atasan untuk di sidang.
Di ruangan itu pun mereka masih saling menyalahkan hingga terjadi cekcok mulut, membuat sang dekan marah.
"Diam !!!"
"Aku kamu sadar Amara, dengan kamu yang seperti ini, kami bisa saja mencabut beasiswamu." kata dekan itu, yang langsung membuat mulut Amara langsung terkunci.
Sama halnya dengan Amara, Clara juga ikut terdiam karena terkejut sang dekan membentak mereka. Dan yang membuat Clara lebih terkejut lagi, adalah ketika mendengar Amara bisa kuliah di universitas bergengsi itu, hanya karena sebuah beasiswa.
"Kamu memang pintar dari segi apa pun Amara, tapi Universitas kami tidak menampung mahasiswi yang urakan seperti kalian. Saya tidak mau Universitas ini kotor karena ulah kalian. Terlebih kamu Amara, karena kamu mahasiswa yang masih baru." kata sang dekan tegas
Bersambung......