Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Bertengkar
Malam harinya pukul delapan ,Rico baru pulang ke rumah. Viviana sudah menunggunya sejak tadi, karena dia ingin marah dengan Rico yang diam- diam telah menemui Sofia. Rico masuk ke dalam kamar disambut oleh Viviana dengan muka asam.
Rico melirik Viviana yang duduk di atas tempat tidur yang sedang menatap tajam padanya.
"Kamu kenapa...?" tanya Rico sambil membuka jasnya dan meletakkannya di sandaran kursi.
Rico lalu duduk di pinggir tempat tidur sambil membuka kaos kakinya.
"Kamu dari mana saja tadi...?" tanya Viviana sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Rico menoleh ke arah Viviana sambil mengerutkan keningnya.
"Kamu dari mana saja aku tanya...!" Viviana tiba- tiba marah.
"Kamu ini apa- apaan sih, apa kamu tidak lihat aku baru pulang kerja, kenapa kamu tanya aku dari mana...?" sahut Rico.
"Kamu habis ketemu siapa tadi siang...?" tanya Viviana.
Rico menghela nafas lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Ya ketemu banyak orang lah, ketemu orang- orang kantor, ketemu klien..."
"Dan ketemu sama mantan istri kamu juga kan...!" seru Viviana.
Riko kembali menghela nafas .
"Jadi kamu marah karena itu...?" tanya Rico.
"Iya aku tadi ketemu sama Sofia..." sambung Rico.
"Keterlaluan kamu mas...! Jadi kamu selingkuh dengan mantan istri kamu di belakang aku...! Hah..!'' seru Viviana semakin murka.
Rico menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Kamu ini ngomong apa sih, aku memang ketemu sama Sofia, tapi aku nggak selingkuh sama dia. Yang benar saja kamu kalau ngomong..." jawab Rico masih dengan tenang.
"Jangan bohong kamu mas...! Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu lakukan sama perempuan munafik itu...!" sahut Viviana sambil melotot.
"Gayanya saja sok suci, dia dulu menghinaku dengan menyebutku sebagai perempuan murahan...! Tapi nyatanya sekarang dia sendiri yang menjadi perempuan murahan karena selingkuh dengan mantan suaminya di depan umum... Dasar memalukan...!'' sambung Viviana.
"Jaga bicara kamu Viviana...! Atas dasar apa kamu menuduhku selingkuh dengan Sofia...?'' tanya Rico sudah mulai emosi.
"Lalu ini apa...? hah... Ini apa...!" bentak Viviana sambil memperlihatkan foto dan Video Rico bersama Sofia.
Rico menghela nafas lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Jadi hanya dengan melihat foto dan video itu kamu langsung beranggapan kalau aku sama Sofia selingkuh...?" tanya Rico.
"Dengar Vi, aku memang ketemu sama Sofia tadi siang, karena ada hal penting yang harus aku bicarakan dengan Sofia. Kau tahu, Sofia sedang mengandung anakku. Jadi aku dan Sofia membahas tentang calon anakku. Aku dan Sofia akan merawat anak kami nanti kalau sudah lahir..Tidak ada perselingkuhan..." Rico memberikan penjelasan kepada Viviana.
"Apa...? enak saja kamu mau merawat anak perempuan itu. Aku nggak setuju, dia bukan istri kamu lagi...! Istri kamu itu aku mas...! dengar mas, aku nggak suka kamu bertemu diam- diam dengan perempuan itu lagi di belakangku...!" seru Viviana tetap tidak bisa terima.
"Perempuan yang katanya mandul itu bisa hamil juga...?" ucap Viviana sambil tersenyum sinis.
"Yakin itu anak kamu...? Kamu dan perempuan itu sudah pisah. Kok dia bisa hamil...? harusnya kamu curiga dong itu anak siapa...? Kamu cari tahu dia tidur sama siapa setelah cerai dari kamu...!" sambung Viviana.
"Tutup mulutmu Viviana...! Kamu pikir Sofia perempuan apaan...? Dia perempuan baik- baik, kamu jangan bicara sembarangan tentang dia...! Dan anak dalam kandungannya itu anakku...!'' ucap Rico sambil menatap tajam pada Viviana.
"Apa ...? Perempuan baik- baik katamu...? Perempuan yang diam- diam menemui suami orang, trus pegang- pegang tangan ,apa itu disebut perempuan baik- baik...?" sahut Viviana.
Rico menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Sudahlah Vi, aku capek berdebat sama kamu. Percuma ngomong sama kamu, kamu nggak ada ngertinya..." ucap Rico kemudian berjalan menuju kamar mandi.
"Aku belum selesai ngomong sama kamu...! Dengar ya mas, aku nggak suka kamu menemui dia lagi...!!" seru Viviana.
Rico tak mau memperdulikan ucapan Viviana. Dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara itu Viviana terlihat begitu kesal karena diabaikan oleh Rico.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Keesokan harinya Viviana masih saja kesal dengan Rico soal tadi malam. Dia sudah bangun sejak tadi , tapi dia hanya duduk saja di tempat tidur sambil memainkan ponselnya. Sementara itu Rico sedang mengurus bu Irma di kamarnya.
Tak lama kemudian Rico masuk ke kamarnya. Rico nampak cuek dengan Viviana karena dia juga masih kesal karena pertengkaran tadi malam. Rico meletakkan ponselnya di atas nakas lalu dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena sebentar lagi dia harus berangkat ke kantor.
Tiba- tiba ponsel Rico berbunyi. Karena penasaran ,Viviana pun mengambil ponsel Rico dan membuka pesan yang masuk. Ternyata itu adalah notifikasi dari M banking . Mata Viviana terbuka lebar saat melihat keterangan bahwa Rico telah mentransfer sejumlah uang ke rekening milik Sofia.
Dada Viviana bergerak naik turun dengan cepat karena nafas yang memburu menahan emosi. Tak lama kemudian pesan lain masuk. Ternyata dari Sofia. Viviana membuka pesan dan membacanya.
"Mas, kamu tadi transfer uang ke rekening aku ya...? Kan aku sudah bilang nggak usah kamu kasih aku uang, aku ada kok, cukup buat periksa kandungan dan lain- lain..."
"Dasar perempuan munafik..." ucap Viviana sambil menggenggam ponsel Rico dengan erat. Wajahnya menyiratkan kemarahan.
Iya, Viviana sangat tidak terima dengan semua ini. Dia masih kesal karena kemarin Rico menemui Sofia secara diam- diam , dan sekarang dia harus diperlihatkan bukti bahwa Rico mengirimi sejumlah uang pada Sofia. Viviana benar- benar murka dibuatnya.
Viviana lalu menelpon Sofia menggunakan ponsel Rico. Pada dering ke dua Sofia langsung mengangkat panggilan darinya.
"Halo mas..." ucap Sofia di ujung telpon.
"Dasar perempuan munafik ... Jadi kamu menemui suamiku ngemis- ngemis supaya kamu dikirimi uang...? Dasar tidak tahu malu kamu Sofia...!" ucap Viviana dengan emosi.
"Vi...Viviana..." Sofia kaget karena yang menelponnya ternyata bukan Rico melainkan Viviana.
"Dengar perempuan tidak tahu malu, Apa aku harus mengingatkan posisi kamu...? kamu sudah cerai dari mas Rico, kamu bukan istrinya lagi, tapi dengan tidak tahu malunya kamu menemuinya diam- diam dan meminta untuk dikirimi uang...? Dasar murahan...!" seru Viviana.
"Vi... Tolong dengarkan aku... Aku tidak sengaja ketemu Rico, dan aku sama sekali tidak pernah minta sama Rico untuk mengirimi uang...." jawab Sofia.
"Kembalikan uang itu... Kirim lagi ke rekening mas Rico. Aku nggak sudi suamiku membiayai perempuan munafik yang tidak tahu malu sepertimu...!" ucap Viviana.
"Lagian ngapain sih kamu harus minta pertanggung jawaban sama mas Rico...? belum tentu juga anak dalam perutmu anaknya mas Rico kan, minta saja pertanggung jawaban sama laki- laki yang telah menghamilimu...." sambung Viviana.
"Jaga bicara kamu Viviana...! Aku tidak sama seperti kamu yang rela ditiduri oleh laki- laki yang bukan suamiku. Apa aku harus membelikan kamu cermin supaya kamu bisa ngaca apa yang sudah kamu perbuat...? kamu lupa kalau kamu sudah tidur dengan suamiku hingga kamu hamil...? Dan akhirnya kamu menghancurkan rumah tanggaku...." ucap Sofia.
"Kamu lupa kalau sebenarnya yang murahan dan tidak tahu malu itu kamu...?" sambung Sofia.
"Aaarrrrr....b*r*ngs*k....!!" Viviana mematikan sambungan telponnya secara sepihak dan langsung membanting ponsel tersebut ke tempat tidur.
Dan bersamaan dengan itu pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah Rico dari dalam sana. Melihat Viviana membanting ponselnya ke kasur, Rico pun mengerutkan keningnya.
"Itu ponselku kan, kenapa dibanting...?" Rico mengambil ponselnya.
Viviana hanya mendengus kesal sambil melirik pada Rico. Rico lalu menatap ke layar ponselnya. Dia melihat ada riwayat panggilan keluar ke nomor Sofia.
"Kamu habis telpon Sofia...?" tanya Rico sambil menatap ke arah Viviana.
Tak lama kemudian ponsel Rico berbunyi menandakan pesan masuk. Ternyata dari Sofia.
"Uangnya sudah ditransfer balik..." tulis Sofia sambil menyertakan screenshot bukti transfer ke nomor rekening Rico.
"Apa maksudnya ini...?" tanya Rico pada Viviana setelah membaca pesan dari Sofia.
"Kamu meminta Sofia mengembalikan uang yang aku transfer ke dia...?" tanya Rico.
"Kalau iya kenapa...? Kamu nggak terima...? Dengar ya mas, kamu itu suami aku, kok bisa- bisanya kamu mentransfer sejumlah uang untuk mantan istri kamu yang munafik itu tanpa sepengetahuan aku...? Kamu benar- benar nggak menghargai aku ya mas..." sahut Viviana.
"Jadi dia ngemis ke kamu untuk dikirimi uang, begitu...?'' sambung Viviana dengan kesal.
"Cukup Viviana...! Dia tidak mengemis...! Tapi aku yang sengaja mengirim uang untuk keperluan dia dan calon anak kami...!" seru Rico mulai kesal dengan Viviana.
Iya, akhirnya mereka kembali bertengkar saling menyalahkan satu sama lain.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Rico berangkat ke kantor dengan perasaan kesal pada Viviana. Dia tidak terima karena Viviana terus menyalahkan Sofia soal mentransfer uang. Padahal itu kemauan Rico sendiri sebagai tanggung jawab kepada calon anaknya, tapi Viviana malah menganggap Sofia yang meminta pada Rico.
Sebelum ke kantor, Rico sengaja mampir ke rumah bu Rahma untuk meminta maaf pada Sofia atas sikap Viviana tadi di telpon.
"Sofia..aku minta maaf atas sikap Viviana tadi ditelpon. Aku benar- benar tidak menyangka kalau dia akan bersikap seperti itu sama kamu..." ucap Rico bergitu bertemu dengan Sofia di rumah bu Ratna.
Kebetulan saat Rico datang ke rumah bu Rahma, Sofia belum berangkat ke kantor. Sofia baru memanaskan mesin mobil dan sedang bersiap. Rico dan Sofia pun bicara di teras rumah.
"Aku kan sudah bilang sama kamu mas, kamu tidak usah mengirimi aku uang. Aku masih mampu membiayai hidup aku dan calon anakku..." sahut Sofia.
"Anak kita Sofia..." ucap Rico.
"Aku hanya ingin melakukan apa yang bisa lakukan untuk anak kita Sofia..." sambung Rico.
"Mas, anak kita itu belum lahir, belum membutuhkan biaya besar. Dan kalau untuk susu dan biaya pemeriksaan ke dokter kandungan, aku masih mampu membayar sendiri mas. Tolong, jangan melakukan hal yang bisa membuat istrimu itu salah paham sama aku mas..." sahut Sofia.
"Lalu aku harus melakukan apa untuk kamu dan calon anak kita Sofia...?" tanya Rico sedih.
"Kamu tidak perlu....
"Oh, jadi di sini kalian...?" tiba- tiba Viviana datang menyusul Rico.
Iya, tadi ketika Rico berangkat ke kantor, Viviana diam- diam mengikuti mobil Rico. Dia curiga Rico akan menemui Sofia lagi. Dan ternyata dugaannya benar, sebelum ke kantor Rico mampir ke rumah bu Rahma menemui Sofia.
Mendengar suara Viviana, Rico dan Sofia pun menoleh ke belakang.
"Viviana..." ucap Rico dan Sofia kaget.
Viviana berjalan ke arah Teras rumah bu Rahma menghampiri Rico dan Sofia yang sedang duduk.
"Viviana... Kamu ngapain ke sini...?" tanya Rici.
"Kenapa...? Kamu nggak suka aku datang ke sini...? Aku ke sini mau memergoki perselingkuhan kalian...!" seru Viviana.
" Kamu ini bicara apa Viviana...!" Rico kesal.
"Hei.. denger ya perempuan munafik tidak tahu malu, jangan ganggu rumah tangga aku sama mas Rico. Ingat Sofia, kamu sudah cerai dari mas Rico. Kamu sendiri kan yang meminta cerai. Kenapa sekarang kamu mendekati mas Rico lagi...? Kamu kesepian ya, sampai- sampai orang yang sudah kamu cerai kamu dekati lagi..." ucap Viviana menatap lekat wajah Sofia.
"Jangan menggunakan kehamilan kamu itu untuk memeras mas Rico. Aku sama sekali tidak percaya kalau bayi dalam perutmu itu anak mas Rico. Bisa saja kan kamu tidur dengan laki- laki lain trus kamu hamil dan orang yang menghamilimu tidak mau tanggung jawab lalu kamu minta tanggung jawab sama mas Rico..." sambung Viviana.
"Plak..." Sofia menampar pipi.
"Jaga bicara kamu Viviana...!" Seru Sofia tak dapat lagi menahan emosinya.
Mendapat tamparan yang cukup keras dari Sofia, Viviana pun bertambah murka.
"Kurang ajar kamu Sofia...! Berani kamu menampar aku...!" Viviana hendak membalas menampar Sofia , namun dengan cepat Rico menahan tangan Viviana yang sudah melayang di udara.
"Hentikan Viviana...!" seru Rico.
Rico lalu menarik tangan Viviana agar dia menjauh dari Sofia.
"Kalau kamu datang ke sini hanya untuk membuat keributan, lebih baik kamu pulang...!" bentak Rico.
"Jadi kamu lebih membela perempuan munafik yang tidak tahu malu itu dari pada membela istrimu sendiri...!" seru Viviana tak mau disalahkan oleh Rico.
"Kamu percaya kalau bayi dalam perut perempuan munafik itu anak kamu...! Dasar bodoh kamu Rico, mau saja kamu diperalat sama perempuan tidak tahu malu itu...!" sambung Viviana
"Cukup Viviana...!"
"Plak..!!!" Rico menampar pipi Viviana.
Viviana langsung terisak sambil memegangi pipinya yang terasa panas. Bagaimana tidak, dalam selang waktu beberapa menit saja pipi Viviana ditampar sebanyak dua kali.
"Jahat kamu mas...!!" seru Viviana.
Viviana segera lari meninggalkan Rico menuju mobilnya yang di parkir di jalan depan rumah bu Rahma, kemudian menyalakan mesin mobil meninggalkan kawasan rumah bu Rahma. Sementara Rico hanya diam melihat kepergian Viviana dengan perasaan berkecamuk di dadanya. Sedangkan Sofia masih berdiri di teras rumah menyaksikan pertengkaran mantan suami dan istrinya.
Rico menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar. Rico menoleh ke arah Sofia, kemudian menghampiri Sofia yang masih terlihat syok dengan apa yang terjadi.
"Sofia, aku minta maaf atas sikap Viviana. Aku nggak nyangka kalau dia bakalan nyusul dan membuat keonaran di sini..." ucap Rico kembali merasa tidak enak pada Sofia.
"Mas, sebaiknya kamu pulang..." ucap Sofia tanpa menanggapi perkataan Rico.
"Tapi Sofia... "
"Kamu pulang saja dan jangan pernah datang ke sini lagi, aku capek..." ucap Sofia kemudian masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya begitu saja tanpa memperdulikan Rico yang masih berdiri di depan pintu manggil namanya.
Sofia segera masuk ke kamarnya dan duduk di pinggir tempat tidur.
"Kenapa harus seperti ini...!" ucap Sofia sambil meremas rambutnya dengan kedua telapak tangannya.
Iya Sofia benar- benar tidak menyangka harus mengalami hal yang tidak menyenangkan seperti ini. Yang tadi nya dia akan berangkat ke kantor pun, semangatnya tiba- tiba menghilang begitu saja. Lalu Sofia mengambil ponselnya dan menghubungi orang kantor jika dia hari ini akan ijin tidak masuk kantor.
Iya Sofia memilih untuk menenangkan diri saja di rumah. Karena pergi ke kantor pun percuma, pikirannya sedang kacau dan dia tidak akan fokus bekerja.
Bersambung....
vivian.... hidupmu hnya bikin org sengsara... knapa g km aja yg koit...