NovelToon NovelToon
Getot Darjo

Getot Darjo

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Dendam Kesumat
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: ihsan halomoan

Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.

Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.

Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akibat Hawa Nafsu

"Mas Darjo, dengan keping emas ini jelas kau bisa mendapatkan apa saja yang kau mau di sini," ujar pelayan wanita itu seraya berlalu untuk menyiapkan tuak dan hidangan terbaik.

Sudarmin, pemilik warung, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat keping emas yang diberikan Getot. Ia tak menyangka kekayaan Getot datang secepat ini.

Tak lama kemudian, meja Getot penuh dengan makanan lezat dan tuak yang menggoda.

"Wah, padahal baru beberapa bulan, tapi rasanya seperti bertahun-tahun aku tak menyentuh tuak dan makanan seenak ini. Hari ini milikku!" seru Getot dalam hati.

Tanpa menunggu lebih lama, Getot melahap semua hidangan di depannya. Dengan rakus ia mengunyah daging ayam dan meneguk tuak, seolah kerinduannya akan makanan enak sudah tak tertahankan lagi.

Setelah tandas semuanya, Ratmi kembali menghampirinya.

"Bagaimana, Mas? Apa Mas puas dengan hidangan kami?" tanyanya lembut.

Getot tertegun. Ia sendiri heran. Begitu banyak tuak yang ia minum, namun ia tak merasa mabuk, hanya sedikit pusing.

"Mas Darjo? Kok melamun?" sapa Ratmi membuyarkan lamunannya.

"Oh, hahaha... ya, aku puas, Ratmi. Makanan dan tuak di sini memang tak pernah mengecewakan," jawab Getot sambil tersenyum.

"Terima kasih, Mas. Lalu, apa Mas mau langsung pulang atau mungkin ada hal lain yang Mas butuhkan?" Ratmi bertanya sambil mengerlingkan mata genit ke arah Getot.

Getot mengerti maksud wanita itu. Namun, ia melihat hari mulai senja. Ia harus segera kembali. Ada rasa khawatir Udhet akan menyadari kepergiannya, karena biasanya makhluk itu akan memeriksanya di kamar pada malam hari.

"Ah, sebenarnya aku ingin sekali, Ratmi. Tapi mungkin lain waktu saja," ucap Getot dengan nada menyesal.

"Baiklah, Mas, kalau begitu. Besok-besok datang lagi ya, Mas. Jangan sungkan," balas Ratmi ramah.

"Ahaha... tentu, Ratmi..."

Getot beranjak dari kedai dan langsung menuju pasar untuk membeli buah naga. Kebetulan, pasar buah di desanya masih buka hingga sore hari.

Namun, karena merasa belum cukup menikmati tuak, setelah membeli banyak buah naga, ia kembali mampir ke kedai tuak dekat pasar. Tiga kendi tuak pun ia beli dan disangkutkan di pinggangnya.

Dalam perjalanan kembali menuju gua di tengah hutan, Getot dilanda keraguan. Entah mengapa, hasratnya tiba-tiba muncul.

"Haduh, hari sudah sore. Bagaimana ini? Tapi aku sebenarnya ingin juga mencicipi si Ratmi itu. Sudah lama aku mengincarnya. Cantik pula," gumamnya dalam hati.

Getot berhenti dan duduk bersandar di bawah pohon. Setelah lama berpikir, ia memutuskan, "Ah, aku sudah tak tahan lagi. Aku akan kembali ke kedai Sudarmin. Tunggu aku, Ratmi, hahaha! Bawaanku ku tinggal saja dulu di sini."

Lalu, Getot memanjat pohon dan menyangkutkan barang bawaannya di atas ranting, begitu pula dengan kendi-kendi tuaknya. Dengan begitu, barang-barangnya akan lebih aman dari gangguan binatang.

Namun, tanpa disadari Getot, sejak keluar dari pasar, ia telah diikuti oleh beberapa orang. Mereka sempat kehilangan jejak Getot ketika ia masuk ke dalam hutan.

Begitu Getot keluar dari hutan, mereka langsung menyergapnya.

"Hei, mau apa kalian?!" seru Getot terkejut.

"Aha... tak disangka kami menemukanmu. Padahal tadi kami sudah kehilangan jejakmu," sahut salah seorang dari mereka.

"Apa maksud kalian menghadangku? Minggir!" bentak Getot.

"Hahaha, tak semudah itu kau pergi dari kami, kisanak. Sebelum kau memberikan keping emasmu..."

Getot tersentak mendengar ucapan itu. Ternyata mereka menginginkan hartanya.

"Keping emas? Apa kalian sudah gila? Aku tak memilikinya. Aku bukan orang kaya," elak Getot.

"Ah, sudahlah. Kami berlima sudah melihatmu menggunakan keping emas untuk membeli. Kami telah mengikutimu semenjak kau keluar dari pasar, kisanak. Dan kami yakin kau punya lebih banyak lagi di kantungmu," ujar salah satu penyergap dengan nada mengancam.

"Sial, ternyata mereka telah mengawasiku di pasar," pikir Getot panik.

"Sudahlah, kami tak ingin melukaimu. Berikan saja kantung emasmu. Maka kami akan pergi dari sini. Dan dirimu selamat. Bagaimana?" tawar pemimpin penyergap.

"Sekali lagi kukatakan, aku tak punya keping emas. Kalian salah orang. Cepat minggir!" tolak Getot tegas.

"Hmmm... bagaimana kawan-kawan? Terpaksa kita habisi saja pemuda ini," kata pemimpin penyergap sambil melirik ke arah teman-temannya.

Lalu, mereka mengepung Getot Darjo. Getot mulai gelisah.

"Aku masih menawarkan kesempatan sekali lagi. Berikan kantung emas itu. Dan kami tak akan menyerangmu!" ulang pemimpin penyergap.

"Kurang ajar! Kalian tak bisa mengancamku! Kalian tak tahu siapa aku, hah? Aku adalah pendekar sakti! Kalau aku marah, tubuhku akan terbakar! Dan kalian semua akan gosong dengan ilmu apiku!" gertak Getot sambil memasang kuda-kuda.

"Hiyaaaaaa.........!!!"

Getot mencoba mengerahkan tenaganya untuk mengeluarkan api dari tubuhnya. Ia berharap bisa menakuti para penyergap dengan gertakannya itu.

Melihat Getot bersiap, para penyergap pun waspada. Namun, hingga muka Getot memerah dan matanya hampir keluar karena melotot, api yang ditunggu tak kunjung muncul dari tubuhnya.

"Kampret betul! Mana apinya? Sial aku!" umpat Getot dalam hati.

"Hahaha... kau hanya menggertak saja, pendekar gadungan! Ayooo mana apimu... Keluarkanlah...!!" ejek salah satu penyergap.

Getot mencoba lagi, namun api itu tetap tak mau timbul. Kepanikan mulai melandanya. Ia belum memiliki ilmu silat yang mumpuni, hanya dasar-dasarnya saja.

"Hei, pemuda, kulihat kau mulai berkeringat dingin. Apa kau mulai takut? Ayooo keluarkan apimu...!!!" desak penyergap lainnya.

Getot berusaha berpikir jernih. Ia masih memiliki ilmu meringankan tubuh. Maka, ia pun berniat untuk melarikan diri.

Ia mulai mengamati sekelilingnya, mencari celah dalam kepungan itu. Ketika melihat ada sedikit ruang, ia pun berlari sekencang-kencangnya ke arah celah tersebut.

Namun, para penyergap bukanlah orang-orang bodoh. Mereka memiliki ilmu silat yang lumayan. Dengan sigap, mereka berhasil menangkap Getot yang mencoba kabur.

"Hahahha... ternyata kau hanya pendekar culun! Yang cuma bisa menggertak saja... haha..." ejek pemimpin penyergap sambil tertawa mengejek.

"Lepaskan aku! Hei... lepaskan...!!" Getot meronta, namun tiga orang yang memegangnya terlalu kuat.

"Kau sudah kami beri kesempatan, kisanak. Sekarang terimalah nasibmu... ahaahaha!"

Tanpa ampun, mereka mulai memukuli Getot.

Bag! Bug! Bag! Bug!

Getot tak berdaya. Ia mencoba menangkis, namun gerakannya asal-asalan. Dengan mudah, pukulan dan tendangan bertubi-tubi mendarat di muka dan tubuhnya.

Bag! Bug! Krak!

Getot terjerembab ke tanah dan berguling-guling sambil terus ditendang oleh para penyergap. Entah sudah berapa lama ia dihajar tanpa henti, hingga wajahnya bonyok penuh darah dan tubuhnya penuh lebam.

"Berhenti... ia sudah tak berdaya... ambil kantung emasnya...!!" perintah pemimpin penyergap.

Getot yang sudah lemah dan mengerang kesakitan tak bisa berbuat apa-apa ketika para penyergap merampas kantung emasnya.

"Arghhhhm... Bangsattt... emasku...!!" rintih Getot.

Salah satu penyergap menendangnya dengan kasar.

"Nah, inilah akibatnya kalau kau tak menuruti kami!" ujarnya sinis.

Lalu, pemimpin penyergap mengeluarkan pedangnya.

"Komplotan kami tak pernah memberi ampun buat orang yang tak mau menuruti kami. Sekarang bersiaplah menghadapi mautmu sendiri."

Penyergap itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, bersiap menebas leher Getot.

Namun, ketika pedang itu mulai mengayun ke bawah, tiba-tiba saja area itu terasa seperti dilanda gempa. Lalu, muncul suara mengerikan dari dalam tanah.

Para penyergap terkejut bukan main ketika tak jauh dari mereka, seekor ulat raksasa mengerikan menyeruak dari dalam tanah.

"Waahhhh, makhluk apa itu...!!!" seru salah seorang penyergap dengan wajah pucat pasi.

Ternyata, Udhet datang untuk menyelamatkan Getot. Baju sisik naga yang dipakai Getot itu ternyata telah dirancang oleh Ki Amuraka agar bisa mengirimkan sinyal tanda bahaya kepada Udhet jika pemakainya terancam jiwanya.

Dengan cepat, Udhet merayap ke arah para penyergap. Melihat makhluk menyeramkan itu mendekat, mereka langsung pucat pasi.

"Lariii..... la la lari........!!" teriak salah seorang penyergap panik.

Tiga orang berhasil melarikan diri. Namun, dua orang lainnya kakinya terasa seperti terpaku di tanah, tak bisa bergerak. Nahas bagi mereka, Udhet melahap mereka hidup-hidup.

1
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
nah udh kembali si getot, jgn jd nakal lagi getot dgn nyawa barumu..
Zirah Naga: nakal dikit boleh lah 😁
total 1 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
jd apakah getot yg baru nantinya? 🧐🤔 lanjutkan Thor..
Zirah Naga: alhamdulillah. mudah2an kk juga sehat selalu👍
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️: sama² Thor sehat Thor? 🤗🙏
total 3 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
waahh si getot.. mau enaknya aja.. semangat author dgn karya barunya..
anggita
like, iklan.... 👍👆 utk novel laga lokal.
Zirah Naga: makasih kak anggit udah mampir lagi di karya baruku.
total 1 replies
Hakunamatata♠️
Getot Suguru kah?
Zirah Naga: bukan bro. jujutsu kaisen itu mah 🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!