NovelToon NovelToon
Kekuatan Dari System

Kekuatan Dari System

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:20.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mdlz

Seorang pemuda tanpa sengaja jiwanya berpindah ke tubuh seorang remaja di dunia lain. Dunia dimana yang kuat akan dihormati dan yang lemah menjadi santapan. Dimana aku? Itulah kata pertama yang diucapkannya ketika tiba di dunia yang tidak dikenalnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketiga Puluh Empat

Berpikir seperti ini, Atta Nugraha merasa malu. Sejujurnya, dia ingin menangis saat ini, namun nalurinya sebagai laki-laki merasa malu, apalagi jika mengenang sikapnya di masa lalu.

“Adik, jika kelak kamu berburu lagi, beri tahu aku! Aku ingin berkontribusi sepertimu sekaligus mencari pengalaman,” pinta Atta Nugraha dengan ekspresi sungguh-sungguh.

“Kedengarannya bagus.” sahut Arsa, kemudian mengusulkan, “aku biasanya berburu di Hutan Kegelapan. Setelah acara kompetisi keluarga, kita berburu bersama. Bagaimana?”

“Setuju!” Atta Nugraha mengacungkan jempol kanannya dengan semangat.

Menggeser pandangannya, Arsa memperhatikan deretan senjata yang di pajang di dalam toko, ‘Semua senjata yang dipajang di sini berada pada tingkat fana. Bahkan yang tertinggi hanya kualitas menengah.’

‘Jika aku menjual satu Tingkat Bumi, apa yang akan terjadi disini? Ah, kenapa pikiran konyolku kambul lagi!’ Arsa terkekeh geli pada pikirannya sendiri.

Hampir setengah jam kemudian, pria paruh baya keluar dari ruangan bagian dalam toko. Dia baru saja selesai menghitung bahan-bahan dari monster, barang yang merupakan hasil buruan Arsa.

Menghampiri Arsa, pria baya itu berkata, “Tuan Muda, jumlah semuanya bernilai tiga ratus dua puluh empat ribu koin emas.”

Hening sejenak, pria paruh baya itu melanjutkan dengan ekpresi menyesal, “Namun, koin emas yang tersedia saat ini hanya dua ratus ribu koin emas. Kami perlu mengambil koin emas tambahan dari cabang kami yang berada di Kota Distrik.

Jika Tuan Muda bersedia menunggu tiga hari lagi, kami akan melunasi sisanya, dan mengantarkannya langsung ke Kediaman Tuan Muda. Tapi jika Tuan Muda tidak bersedia—“

“Baiklah, tidak masalah,” sela Arsa setuju, menghentikan perkataan pria paruh baya itu.

“Terima kasih, Tuan Muda.” balas cepat pria paruh baya itu sambil membungkuk, kemudian bertanya, “kemana kami harus mengantarkan sisa koin emasnya, Tuan Muda?”

Arsa berpikir sejenak, kemudian bertanya sebelum menjawab, “Bisakah diantar di dua tempat yang berbeda?”

“Sangat bisa, Tuan Muda,” jawab pria itu dengan cepat dan semangat.

Mendengar kesanggupan ini, Arsa menyampaikan maksudnya, “Pertama, antar dua puluh empat ribu koin emas ke Panti Asuh. Lalu sisanya, tolong antar ke keluarga Nugraha, berikan kepada Wahyu Nugraha dan Ayunda. Mereka adalah suami istri.”

“Baik. Tuan Muda, kami akan mencatatnya dan aku sendiri yang akan mengantarkannya,” jawab pria paruh baya itu dengan sangat ramah.

*

Dalam perjalanan, Arsa memberi dua ratus koin emas kepada Atta Nugraha seraya berkata, “Ini untukmu, dan setengahnya lagi untuk Kak Nhia!”

Atta Nugraha seakan kehilangan kata-kata. Melihat hasil buruan Arsa yang menggunung, sudah membuat jantungnya kesulitan berdetak. Dan sekarang, dengan santai sepupunya ini mengeluarkan koin emas, dan itu semua diberikan secara cuma-cuma untuk dirinya dan kakak perempuannya.

“Adik, ini terlalu banyak,” dengan suara bergetar dan tangan sedikit gemetar, Atta Nugraha berusaha menolak.

Selain jumlahnya yang terlalu besar, ini adalah yang pertama kalinya bagi Atta Nugraha mempunyai koin emas dalam jumlah banyak, sebelumnya dia sama sekali tidak pernah, bahkan membayangkannya pun tidak pernah terlintas.

Arsa melambai ringan, tanda agar Atta Nugraha tidak perlu menolak. Kemudian berkata, “Ini juga untukmu dan Kak Nhia. Kapasitas Tas Ruang terlalu kecil untuk menyimpan semua barang.

Atta Nugraha kian membeku. Dua buah cincin penyimpanan kini berada di telapak tangannya. Dia benar-benar merasa telah bermimpi sebelum bisa tertidur.

Betapa tidak Atta Nugraha tidak terkejut, di Kota Dreams ini, hanya Keluarga kelas satu yang menggunakan cincin penyimpanan. Selain harganya yang mahal, keberadaan benda ini juga sangat sulit dijumpai.

Dibandingkan tas ruang, cincin penyimpanan memang tergolong lebih baik. Selain lebih praktis dengan kapasitas yang lebih besar, barang yang mudah membusuk atau basi, akan selalu terjaga kondisinya seperti awal menyimpan.

Berbeda dengan tas ruang, benda yang mudah membusuk hanya dapat bertahan selama tiga puluh hari saja, selain itu. kapasitasnya pun terbilang sangat terbatas.

“Adik, terima kasih. Terima kasih,” ucap Atta Nugraha dengan tulus. Dan disadari atau tidak, ada kecenderungan mengidolakan sepupunya itu dari kedalaman hati.

Arsa tersenyum, lantas berkata sambil mengambil arah lain, “Kita ke rumah Paman Rimo!”

*

Setengah jam perjalanan, Arsa tiba-tiba berhenti. Kedua alisnya menyatu, seolah sedang merasakan sesuatu yang lain, sesuatu yang mengancam keselamatannya dan sepupupnya.

“Adik, ada apa?” tanya Atta Nugraha dengan suara setengah berbisik, langsung mengambil sikap waspada.

“Bersiaplah! Ada yang mengikuti kita,” bisik Arsa.

Atta Nugraha mengernyit, menoleh kebelakang sebentar, dan tidak melihat apa pun yang mencurigakan, Dari arah belakang hanya terdapat pepohonan yang menjulang tinggi ke langit.

Tak lama kemudian, Arsa dan Atta Nugraha menyusuri jalan setapak. Suasana sepi, hanya terdengar suara burung berkicau dan hembusan angin yang sangat dingin.

Sisi kiri jalan setapak itu adalah pinggiran Hutan, penuh dengan semak belukar yang menebal. Sedangkan sisi kanan, didominasi oleh tanaman perkebunan penduduk.

Tanpa memberi peringatan, Arsa yang berada di sebelah kanan Atta, tiba-tiba membalikkan badan, Bergeser sedikit ke kanan, berdiri tepat di belakang punggung sepupunya itu.

Belum sempat Atta bereaksi, suara benturan logam terdengar keras, “Dentang! Dentang!”

Percikan bunga api kecil tercipta untuk sesaat. Tampak dua bilah pisau pendek terpental, patah menjadi beberapa bagian, jatuh tiga empat meter di depan Arsa.

Dengan pergantian peristiwa yang begitu tiba-tiba, Atta menghunus pedang seketika. Mengambil sikap waspada, saling beradu punggung dengan Arsa.

Sangat tidak disangka oleh Atta Nugraha, bahwa sepupunya itu memiliki respon dan gerakan yang sangat cepat, padahal serangan yang datang adalah serangan menyelinap. Bahkan dirinya sendiri tidak menyadarinya sama sekali.

Selain itu, Atta tidak melihat atau pun merasakan adanya pancaran aura yang mematahkan serangan. Seolah ada dinding transparan setelah Arsa melambaikan tangan.

Menelan ludah, Atta bersyukur di dalam hati. Jika Arsa tidak bereaksi cepat, maka dipastikan dirinya sudah menjadi korban tanpa perlawanan dari serangan dadakan itu.

“Hahaha…. tidak aku sangka, kamu memiliki respon yang begitu cepat. Lumayan! Tapi hari ini adalah hari kematianmu,” suara tawa mengejek terdengar, diikuti munculnya dua sosok pria dari balik pepohonan, berdiri seratusan meter di depan Arsa.

Arsa tetap dengan ketenangannya, tetapi tidak melonggarkan kewaspadaannya, “Benarkah? Siapa yang mengutusmu?”

“Hahaha….aku rasa tidak masalah memberi tahu bocah ini. Toh dia akan mati. Hahaha…,” ejek salah seorang dalam tawa.

Di belakang Arsa, Atta Nugraha sudah gemetar ketakutan. Kedua sosok pria yang baru muncul itu, mereka sama sekali tidak menahan, mengerahkan aura penindasan secara maksimal.

“Adik, mereka terlalu kuat! Setidaknya berada pada Tahap Penyempurnaan Qi tingkat Ketiga atau tingkat Keempat!” bisik Atta Nugraha dengan suara bergetar.

Arsa tidak menanggapi, dia kembali bertanya dengan tatapan dingin, “Karena aku akan mati, lalu siapa yang menyuruhmu? Kenapa ingin membunuhku?”

“Heh! Bocah! Patriak Bohim menginginkan hidupmu!” setelah mengatakan itu, pedang besar dengan ujung melengkung siap diayunkan ke arah Arsa.

“Cing!” Arsa menghilang seketika, membuat kedua pria itu tertegun lama, membisu tanpa kata, mematung di tempatnya.

Mendapati Arsa tidak ada lagi dibelakang, Atta Nugraha kebingungan dan semakin ketakutan. Tidak tahu harus melakukan apa saat ini, pikirannya kalut dan pasrah.

Namun di detik berikutnya, begitu menoleh, kecemasan dan ketakutan Atta menghilang, digantikan dengan keheranan yang sangat luar biasa di benaknya.

Tanpa dapat dijelaskan dengan akal sehat, Atta melihat Arsa sudah berada di belakang kedua sosok penyerang itu. Mengepalkan kedua tangannya, Arsa mengalirkan perpaduan energi alam dan energi mental.

“Terima kasih telah memberi tahu siapa yang ingin membunuhku,” seraya mengatakan itu, Arsa meninju punggung kedua sosok penyerang, ‘Tinju Bumi!’

Reflek, kedua sosok penyerang itu membalikkan badan. Tetapi belum sempat bergerak, keduanya merasakan sebongkah batu besar menghantam punggung mereka, “Bam!”

“Aarggh…!” paduan suara jeritan melengking terdengar, kedua sosok penyerang itu dikirim terbang terbalik, jatuh berguling-guling di tanah, berhenti ketika menabrak sebatang pohon besar.

Menyaksikan kedua sosok penyerang itu diterbangkan dengan pukulan Arsa, bahkan hingga melintas di atas kepalanya, mulut Atta Nugraha ternganga lebar.

Detik berikutnya, masih dengan mata tak berkedip, Atta melihat kedua sosok penyerang itu memuntahkan banyak darah, berulang-ulang, dan tewas saat itu juga.

“Adik, bukankah itu teknik Tinju Bumi Keluarga Kita? Kenapa begitu dashyat!” tanya Atta dengan polosnya, masih keheranan dengan apa yang baru saja dia saksikan.

Arsa tersenyum seraya mengangkat kedua bahu. Bergegas menghampiri dan memeriksa tubuh kedua penyerang itu, melihat isi tas ruang kedua sosok penyerang. Arsa bergumam kesal di dalam hati, ‘Miskin Sekali!’

“Ini untukmu saja, sisihkan setengahnya untuk Kak Nhia!” kata Arsa kepada Atta Nugraha, menyerahkan dua tas ruang yang diambilnya.

“Adik, ini harta rampasanmu. Aku tidak melakukan apa pun, “tolak Atta dengan enggan.

Namun Atta tidak bisa mengatakan apapun lagi. Arsa hanya melambaikan tangannya, melangkahkan kaki untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah Paman Rimo.

***

Pada saat ini, di tempat lain, Rimo dalam kondisi terbaring di lantai tanah. Tidak berdaya, dadanya tertekan kuat oleh injakan kaki seseorang.

“Kamu ingin menjadi pahlawan, ha!” bentak seorang pria, tubuhnya kekar dengan kepala botak, terdapat bekas luka di pipi kiri, membuat wajahnya menjadi lebih garang dan menyeramkan.

Rimo hanya bisa menggertakkan gigi, dia sudah tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Tekanan kaki pria berkepala botak itu, semakin kuat menginjak dadanya yang sudah terluka.

“Tuan, tolong berbelas kasihlah…! Jangan bunuh ayahku! Aku mohon…!” pekik seorang bocah, berlutut sambil menangis dan memohon.

Menoleh dengan tatapan dingin, pria berkepala botak itu menanggapi, “Baik! Aku akan mengampuni hidup ayahmu. Tapi mulai bulan depan, uang keamanan menjadi empat koin perak.”

Mendengar perkataan pria berkepala botak itu, dua orang pria paruh baya menjadi geram. Mereka adalah penduduk miskin, setiap bulan hanya berpenghasilan dua keping koin perak saja.

Selama ini, dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, Rimo adalah orang yang tidak pernah absen dalam membantu dua orang keluarga yang menjadi tetangganya.

Karena tidak mampu membeli lahan, Rimo dan Keluarganya tinggal pinggiran hutan. Begitu pula dengan dua keluarga yang lain, bermukim di sebelah rumah Rimo.

Dua orang pria paruh baya itu, Keduanya adalah sahabat Rimo sejak kecil. Mereka bekerja di perkebunan, berbatasan langsung dengan pinggirian hutan yang menjadi tempat tinggal mereka saat ini.

“Kalian bajingan! Sudah berbulan-bulan kalian memeras kami! Dan sekarang, kalian ingin meminta lebih!” pekik marah salah seorang pria paruh baya.

Habis sudah kesabarannya, pria paruh baya itu bergerak, mengambil sebatang kayu di sebelahnya, langsung menyerang pria berkepala botak dengan mata yang sudah memerah.

“Jleb!” nahas, pria paruh baya itu tertusuk pedang.

Salah seorang bawahan pria berkepala botak bertindak, menghadang gerak pria paruh baya itu, menusukkan pedang panjangnya seketika dan tepat mengenai jantung pria paruh baya.

Jatuh tersungkur, pria paruh baya itu pun bersimbah darah, menghembuskan napas terakhirnya setelah tersenyum kearah Rimo.

Melihat rekannya tewas, pria paruh baya yang lain bereaksi spontan. Dia mengayunkan tinjunya, langsung ke arah orang yang menusukkan pedang kearah rekannya.

Namun sayang, pria paruh baya itu melawan seorang kultivator, bukan orang biasa seperti dirinya. Dengan mudah gerakannya dapat diketahui dan di dahului, oleh bawahan dari pria berkepala botak.

Dengan gerakan menebas horizontal ke belakang, pedang panjang milik bawahan pria berkepal botak, dengan mudah melewati leher pria paruh baya, memenggal kepalanya begitu saja.

Tak pelak, istri dari kedua pria paruh baya itu berteriak histeris, menangis dengan hebat, tak kuasa melihat suami mereka tewas dengan mengenaskan di depan mata mereka.

Mata Rimo memerah, tanpa sadar telah meneteskan air mata. Namun dia hanya menggertakkan gigi, tidak ada tenaga sedikit pun untuk melawan.

Tiba-tiba….

“Buk!” suara menumbuk terdengar, selaras dengan sebuah kepala terjatuh menggelinding di lantai tanah.

Lima belas orang yang masih berdiri di sekitar terkejut. Reflek, semua pandangan tertuju ke satu arah, ke tempat dimana sebuah kepala tanpa badan berada.

“Buk!” suara menumbuk kedua terdengar, tubuh pria berkepala botak juga jatuh ke lantai tanah. Tapi saat ini, tubuh itu sudah tidak berkepal lagi.

Sontak, belasan orang yang lain tersadar. Mereka-mereka yang merupakan kawanan preman ini, langsung bersiaga dan menghunus pedang secara serempak.

“Siapa? Cepat tunjukan dirimu!” pekik garang seorang Preman, mengedarkan pandangannya ke sekililing.

1
Humble
Lanjut thor. Sehat selalu
Humble
Hahaha thor bisa-bisanya bikin nama teu nyaho
ibnu zaenal
Luar biasa
Hayella Andini
di lanjut thor,makin seru ceritanya,sehat selalu thor
Humble
Hahaha ada-ada thor tataian
Humble
Hahaha lanjut thor
Humble
Lanjut thor
Hayella Andini
lanjut thor
Uraaaa
ok
Uraaaa
ok terimakasih
Humble
Lanjut
Humble
Lanjut thor
Hayella Andini
lanjut thor
Pakde
lanjut
Hayella Andini
the best thor
Uraaaa
oke kak
Hr⁰ⁿ
baru baca,Thor kalo bisa pas di system pake tanda ( ) gitu Thor biar mempermudah pembaca,itu aja si sarannya untuk skrng Thor,smngt trus
Uraaaa: oke mksh kak
total 1 replies
Uraaaa
semoga menghibur
Alfathir Paulina
lucu thor nama dr para penjahatnya ada blangkon ada ndasmu ada telu limo🤣🤣🤣🤣👍👍💪💪😙😙
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!