Mila, seorang gadis modern yang cerdas tapi tertutup, meninggal karena kecelakaan mobil. Namun, takdir membawanya ke zaman kuno di sebuah kerajaan bernama Cine. Ia terbangun dalam tubuh Selir Qianru, selir rendah yang tak dianggap di istana dan kerap ditindas Permaisuri serta para selir lain. Meski awalnya bingung dan takut, Mila perlahan berubah—ia memanfaatkan kecerdasannya, ilmu bela diri yang entah dari mana muncul, serta sikap blak-blakan dan unik khas wanita modern untuk mengubah nasibnya. Dari yang tak dianggap, ia menjadi sekutu penting Kaisar dalam membongkar korupsi, penghianatan, dan konspirasi dalam istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Bayangan Masa Lalu dan Sekutu Tak Terduga
Satu malam sebelum perang benar-benar pecah, Qianru tidak bisa tidur. Ia duduk di dalam ruang bacanya, merenung di antara tumpukan peta, dokumen, dan gulungan intelijen.
Satu demi satu potongan puzzle mulai menyatu, namun ada bagian yang masih kabur, masa lalu Lu Yan.
"Siapa sebenarnya pria itu? Bagaimana ia bisa menyusup ke lingkaran kekuasaan tanpa dicurigai?" Batin Qianru
Qianru lalu memerintahkan Cang Yue, salah satu pengawalnya yang paling setia dan juga diam-diam menyukai seni mata-mata, untuk menyelidiki latar belakang Lu Yan hingga ke luar ibu kota.
Dua hari kemudian, Cang Yue kembali dengan laporan mencengangkan. Lu Yan dulunya adalah ketua pasukan bayangan milik Pangeran Bei Xuanzheng, seorang pewaris tahta dari selatan yang pernah dicoret dari silsilah karena pemberontakan tiga puluh tahun lalu.
“Dia mengganti wajahnya melalui seni pengobatan dari wilayah Loulan, lalu menyusup ke istana dengan identitas baru,” ujar Cang Yue sambil memperlihatkan potret tua dari dokumen arsip militer.
Qianru membekap mulutnya. Semua masuk akal sekarang. Keluarga Bei tidak pernah hilang. Mereka bersembunyi, menunggu waktu untuk menggulingkan dinasti.
Namun masalahnya tidak berhenti di situ.“Yang Mulia, ada laporan lain,” ucap Cang Yue sambil ragu.
Qianru menatap tajam.
“Bicara.” ujar Qianru penasaran dengan menatap Cang Yue lekat.
“Keluarga ibunda Kaisar saat ini… dulunya juga memiliki ikatan darah dengan klan Bei.” jawab Cang Yue.
Jantung Qianru berdetak lebih keras.
"Itu artinya, perang ini bisa membuat Kaisar Xuanlie dicurigai sebagai pewaris ganda—seseorang yang bisa saja dianggap pengkhianat jika kabar ini tersebar" ujar Qianru yang mulai khawatir
"Benar yang mulia" jawab Cang Yue
"Jika begitu, tutupi semua sampai rapat, kita tidak tau bagaimana akhirnya nanti" perintah Qianru.
belum sempat Cang Yue menjawab tiba tiba muncul seseorang yang mengejutkan mereka.
Dia seseorang yang tak diduga muncul di kediaman Qianru. Wanita berkerudung dengan bekas luka panjang di pipi, membawa surat tua berstempel segel merah dari Kaisar terdahulu.
“Aku Liu Qingxuan. Dulu aku adalah tabib utama Kaisar lama, sebelum diasingkan karena menyimpan rahasia silsilah kerajaan.”
Ia lalu menyerahkan surat itu pada Qianru.
Walau bingung Qianru pun menerima surat itu. Tangannya gemetar.lalu membacanya,
Isinya adalah pengakuan bahwa klan Bei pernah menyelamatkan Kekaisaran dari kehancuran, namun balasannya adalah pengkhianatan politik.
“Aku tidak datang untuk membela mereka, tapi untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Dan aku tahu… kau satu-satunya yang bisa menyatukan kekuatan yang berserakan ini.” ujar Liu Qingxuan
Ia tahu, kemenangan bukan lagi soal pedang dan pasukan.
Kemenangan kali ini tergantung pada kebenaran… dan keberanian mengungkapkannya.
Pemberontakan dari Dalam
Di pagi hari keempat puluh sejak pelantikannya, Qianru menemukan satu surat di bawah bantalnya. Surat tanpa nama, bertinta hitam:
"Tidak tau kapan pastinya mulai malam ini, kau bersiaplah, istana akan jatuh. Jika kau ingin menyelamatkan Kaisar, tinggalkan istana sekarang."
Tapi Qianru tidak menyaka jika semua itu akan terjadi malam ini maka dari itu Qianru tidak lari.
Ia justru mengumpulkan semua sekutunya—Long Wei, Cang Yue, Liu Qingxuan, dan Jenderal Jiang. Mereka membuat strategi untuk mempertahankan istana bukan hanya secara fisik, tapi juga moral rakyat.
Langkah pertama yang di lakukan Qianru adalah mengumumkan isi surat Kaisar terdahulu kepada seluruh rakyat melalui pengumuman pasar.
Setelah itu di lanjutkan dengan langkah kedua yaitu membuka akses gerbang selatan untuk warga sipil dan pasukan bantuan dari klan Hua.
Lalu menjebak pemberontak di dalam Aula Langit, tempat mereka akan mencoba merebut stempel kekaisaran.
Semua sudah tersusun dengan rapih dan benar benar terperinci.
Mereka sudah sangat siap. Malam itu, seperti ramalan dalam surat, pasukan keluarga Bei menyusup ke istana. Mereka menyamar sebagai penjaga, dan dengan cepat mengepung Aula Langit.
Namun di saat mereka hendak merebut stempel… semua pintu tertutup.
Qianru muncul dari balik tiang penyangga, mengenakan baju perang biru gelap dan pedang perak di tangan.
“Kalian mencari stempel? Sayangnya, aku sudah membakarnya.” ujar Qianru dingin
Semua terdiam saat mendengar ucapan Qianru,
“Yang melegitimasi kekuasaan bukan logam dan lilin. Tapi kepercayaan rakyat!” ujar Qianru lagi
Karena marah pertarungan meledak. Long Wei dan Jenderal Jiang memimpin barisan depan, sementara Cang Yue memanah dari atas balkon.
Qianru bertarung dengan Lu Yan. Keduanya beradu ilmu pedang dan kelicikan strategi.
Namun pada akhirnya, Qianru berhasil menebas lengan Lu Yan, menjatuhkannya ke lantai.
“Kenapa… kau tidak seperti yang kami pikir? Seorang selir rendahan…” kata Lu Yan dengan napas berat.
Qianru menatapnya tajam. “Karena aku bukan ciptaan istana ini. Aku adalah gangguan yang dikirim oleh nasib untuk mengacaukan rencana kalian.”jawan Qianru dingin dengan pandangan tajam
Lu Yan ditangkap. Pasukan Bei mundur. Tapi istana tidak pernah sama lagi.
Qianru berdiri di atas balkon utama, menatap rakyat yang bersorak.
Di dalam hatinya, ia tahu ini belum akhir. Tapi untuk pertama kalinya, ia merasa siap.
Karena ia bukan lagi Qianru sang selir tak dianggap ia adalah Qianru… sang pelindung kekaisaran.
...----------------...
Pagi setelah malam pemberontakan, istana terasa sunyi namun bukan karena ketakutan. Justru udara terasa lega, seperti beban besar telah diangkat dari pundak para penghuni.
Qianru berdiri di beranda luar Paviliun Giok, memandangi cahaya matahari yang menembus tirai embun pagi. Namun kedamaian itu hanya sebentar. Hari ini, ia tahu, keputusan besar harus dibuat.
Kaisar Xuanlie masih dalam perawatan setelah terkena racun ringan dari makanan istana yang sempat dikendalikan oleh pemberontak.
Qianru yang kini didaulat sebagai pelindung kekaisaran, memikul tanggung jawab untuk menjaga kestabilan negara hingga Kaisar pulih.
“Yang Mulia, kondisi beliau membaik, namun untuk saat ini belum dapat kembali memimpin rapat negara,” ujar Liu Qingxuan yang menjadi kepala tabib sementara.
Qianru mengangguk mengerti lalu ia pergi menuju pertemuan rahasia yang akan di langsungkan.
Dalam pertemuan rahasia bersama Dewan Istana, beberapa menteri senior menunjukkan keraguan atas posisinya.
“Seorang selir, walau berjasa, tidak seharusnya memimpin negara,” ujar Menteri Urusan Dalam Negeri dengan nada menyindir.
Qianru menatap lurus. “Aku bukan meminta kehormatan, aku sedang menjalankan amanah yang bahkan Kaisar titipkan sendiri padaku malam sebelum ia pingsan.” jawab Qianru tenang
Ketegangan mereda ketika Jenderal Jiang dan Jenderal Hua menyatakan dukungan mereka secara terbuka.
Sejak itu, Qianru mulai mengatur langkah-langkah strategis untuk menstabilkan politik dan ekonomi.
Namun, di tengah kesibukan memimpin, Qianru tak bisa melupakan satu hal, yaitu surat yang tertinggal di kamar Lu Yan. Dalam surat itu tertulis nama seorang anak kecil… bernama Qiu Zhen.
Bersambung