Untuk mengungkap penyebab adiknya bunuh diri, Vera menyamar menjadi siswi SMA. Dia mendekati pacar adiknya yang seorang bad boy tapi ternyata ada bad boy lain yang juga mengincar adiknya. Siapakah pelakunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Vera melangkah keluar dari kamar Novan dengan hati-hati. Jantungnya masih berdegup kencang setelah hampir ketahuan. Tapi masalahnya belum selesai. Motornya masih terparkir di halaman depan. Tidak mungkin dia kabur tanpa menarik perhatian.
Dia harus berpikir cepat. Jika dia bertingkah mencurigakan, Novan pasti akan curiga. Satu-satunya pilihan adalah berpura-pura santai dan menunggu kesempatan untuk pergi dengan aman.
Vera menarik napas panjang, lalu berjalan ke ruang tamu. Dia duduk di sofa dengan tenang, meskipun sebenarnya tubuhnya tegang.
Beberapa detik kemudian, Novan masuk ke ruang tamu. Matanya langsung tertuju pada Vera, lalu senyum kecil terbentuk di wajahnya.
“Ada apa?” tanyanya dengan lembut, seolah-olah tidak ada yang mencurigakan.
Vera menelan kekesalannya. Dia ingin sekali menghajar pria itu sekarang juga, tetapi dia harus bermain aman. Dengan senyum palsu, dia menatap Novan.
“Aku cuma mau mampir,” jawabnya santai. “Mulai besok aku sudah tidak ke sekolah lagi. Aku mau kembali kuliah.”
Novan mengangkat alis. “Cepat sekali."
Vera menahan diri agar tidak menunjukkan ekspresi marah. “Aku cuma nggak mau buang-buang waktu. Toh, masalahnya sudah selesai, kan?”
“Iya. Untunglah ada razia hari ini,” Novan tersenyum, lalu duduk di samping Vera. Jarak mereka terlalu dekat, dan itu membuat Vera merinding. Ada sesuatu dalam sorot mata Novan yang terasa mengancam, tapi dia berusaha tidak menunjukkan ketakutannya.
Dia harus segera pergi. Bukti itu harus segera sampai ke kantor polisi.
“Aku pulang dulu ya,” kata Vera, berusaha tetap tenang. “Mau berkemas. Mungkin besok aku langsung berangkat.”
Dia segera berdiri dan berjalan menuju pintu. Tangannya hampir mencapai gagang pintu tapi ....
Brak!
Tiba-tiba, sebuah pukulan keras menghantam punggungnya. Vera terjatuh ke depan, kepalanya hampir membentur lantai. Pandangannya sedikit berkunang-kunang akibat serangan mendadak itu.
Saat dia berusaha bangkit, Novan sudah berdiri di belakangnya, menatapnya dengan dingin.
“Kamu pikir aku bodoh, Vera?” suaranya rendah dan berbahaya. “Aku tahu kamu mencari sesuatu di kamarku.”
Vera menggigit bibirnya, mencoba tetap tenang. Dia tidak boleh panik. “Aku nggak ngerti maksudmu. Aku memang mau pamitan."
Novan mendecak pelan. “Jangan pura-pura. Aku tahu kamu bersekongkol dengan Saga dan kamu mencari bukti ke sini."
Vera mengepalkan tangannya.
“Kamu pikir kamu bisa keluar dari sini dengan mudah?” lanjut Novan, semakin mendekat. “Sayang sekali, Vera. Seharusnya kamu diam saja dan anggap semua tidak terjadi."
"Menganggap tidak terjadi apa-apa? Rhea sampai bunuh diri gara-gara kamu! Ternyata kamu cowok brengsek! Aku menyesal percaya sama kamu!"
"Realistis saja, kamu tidak mau aku sentuh sama sekali. Sedangkan Rhea sangat lemah lembut dan dia penurut. Hanya sekali dua kali aku paksa, selanjutnya dia sudah ketagihan. Dia bunuh diri karena merasa bersalah sama Saga."
"Tetap saja namanya pemaksaan. Aku pastikan kamu akan dipenjara!"
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kita menikah saja dan masalah selesai."
"Aku gak akan menikah sama cowok brengsek seperti kamu!"
Vera merasakan tubuhnya mulai gemetar, tetapi dia menolak untuk menunjukkan kelemahannya. Dia harus keluar dari rumah itu. Bagaimanapun caranya.
Novan mengulurkan tangan ke arahnya, tetapi sebelum dia bisa menyentuhnya, Vera menendang kakinya dengan sekuat tenaga. Novan kehilangan keseimbangan dan tersandung ke belakang.
Tanpa membuang waktu, Vera bangkit dan berlari menuju pintu. Tangannya gemetar saat memutar kenop pintu yang terkunci!
“Sial!” desisnya.
Novan sudah bangkit kembali. “Kamu tidak akan bisa pergi ke mana-mana, Vera.”
Vera menoleh ke sekeliling, mencari sesuatu yang bisa dia gunakan sebagai senjata. Matanya tertuju pada vas bunga di atas meja. Tanpa berpikir panjang, dia meraihnya dan melemparkannya ke arah Novan.
Braak!
Vas itu mengenai bahunya, membuatnya menggeram kesakitan.
Vera segera berlari ke arah jendela. Dengan sekuat tenaga, dia mendorongnya hingga terbuka, lalu melompat keluar tanpa ragu.
Begitu kakinya mendarat di tanah, dia langsung berlari menuju motornya.
Tapi sebelum dia bisa sampai ke sana, suara pintu terbuka keras dan langkah kaki Novan terdengar dari belakang.
“Vera! Berhenti!”
Vera mencari kunci motornya dengan panik. Tangannya gemetar, tetapi akhirnya dia menemukannya.
Vera sudah hampir berhasil. Kunci motor telah dia putar, mesin sudah menyala, dan hanya butuh sedikit dorongan gas untuk meninggalkan tempat itu. Namun, tepat saat dia akan menarik gas, sebuah tangan kuat mencengkeram lengannya dengan kasar.
“Kamu pikir bisa kabur begitu saja, hah?!” suara Novan terdengar penuh kemarahan.
Vera menjerit dan mencoba menarik tangannya, tapi cengkeraman Novan terlalu kuat. Dalam sekejap, pria itu menariknya dengan paksa hingga membuatnya kehilangan keseimbangan.
Bruk!
Tubuh Vera terjatuh ke tanah, lututnya menghantam keras paving halaman. Rasa sakit menjalar di tubuhnya.
Novan menariknya lagi, kali ini lebih kasar. Vera berusaha meronta, menendang dan memukulnya dengan keras, tapi pria itu jauh lebih kuat.
“Lepasin! Kamu gila?!” teriaknya sambil berusaha melawan.
Novan hanya tertawa sinis. “Kamu yang cari masalah, Vera. Sekarang kamu harus tanggung akibatnya.”
Dengan tenaga yang besar, Novan menyeretnya masuk kembali ke dalam rumah. Vera menendang dan mencakar, tapi tak ada gunanya.
Seketika, Vera merasa putus asa. Apakah ini akhirnya? Apakah dia akan benar-benar terjebak dengan Novan?
Namun, sebelum Novan bisa menutup pintu, suara gemuruh motor terdengar di kejauhan.
Mata Vera membelalak penuh harapan. Sagara pasti datang menolongnya.
Beberapa detik kemudian, cahaya lampu motor menyinari halaman rumah Novan. Beberapa motor berhenti dengan kasar, ban mereka berdecit di atas aspal.
Buru-buru Novan menutup pintu rumahnya tapi kalah cepat tendangan Sagara yang kuat hingga membuat pintu itu kembali terbuka lebar.
"Lepaskan, Vera!"
ok lanjuuut...