NovelToon NovelToon
AIRILIA

AIRILIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:996
Nilai: 5
Nama Author: Irla26

Airilia seorang gadis yang hidup serba kekurangan, ayahnya sudah lama meninggal sejak ia berusia 1 minggu. Airilia tinggal bersama ibunya, bernama Sumi yang bekerja sebagai buruh cuci. Airilia merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya bernama Aluna yang berstatus sebagai mahasiswa yang ada di banjar.

Pada suatu hari, Airilia kaget mendengar Sumi terkena kanker darah. Airilia yang tidak tau harus kemana mencari uang, ia berangkat ke banjar untuk menemui Aluna, agar Aluna mau meminjamkan uang untuk pegangan saat Sumi masih di rawat dirumah sakit.
Alih-alih meminjamkan uang, Aluna justru membongkar identitas Airilia sebenarnya. Aluna mengatakan bahwa Airilia anak pelakor yang sudah merebut ayahnya. Sumi yang berlapang dada merawat Airilia semenjak ibunya mengetahui ayahnya meninggal karena kecelakaan. Aluna yang menuntut Airilia harus membiayai pengobatan Sumi sebagai bentuk balas budi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Andira Kabur

Sudah tiga hari Hasan dan Badariah tidak menjenguk Airilia karena mereka sibuk membuat aneka macam kue. Baru tiga hari, kue buatan Badariah banyak disukai warga disana terutama anak kecil.

  

    "Dek, kamu saja hari ini menjenguk Airilia, biar aku yang mengantarkan kue ini ke warung" Badariah tersenyum dan mengangguk kecil, walaupun untung kecil tapi Badariah tidak berkecil hati. Asalkan ia dan suaminya bisa makan tidak menggunakan uang tabungan Airilia.

   "Permisi, saya bibi dari Airilia, apa boleh saya menjenguk Airilia?"tanya Badariah kepada seorang perawat disana.

  "Tunggu bentar, saya akan membawa Airilia kesini" Badariah mengangguk.

    Beberapa menit kemudian, dokter Zara keluar bersama Airilia. Badariah senang bisa melihat Airilia walaupun Airilia belum ada perubahan.

   "Dokter, bagaimana perkembangan Airilia?" saat ini Badariah, dokter Zara dan Airilia sedang duduk dikursi taman.

"Alhamdulillah, Airilia mau melakukan terapi dan ia juga perlahan kondisinya semakin membaik, namun saat ini Airilia belum bisa cerita sama saya".

  "Mungkin Airilia butuh waktu, dok" dokter Zara mengangguk kecil, tiba-tiba ponsel dokter Zara bergetar, ia melihat pesan dari seseorang.

   "Mbak, saya tinggal dulu, ada hal penting" Badariah mengangguk, lalu menatap Airilia disampingnya.

   "Lia, bagaimana kabar kamu?maaf pamanmu nggak bisa kesini karena sibuk mengantar kue. Ini, bibi bawakan donat buatan bibi" Badariah memberikan Airilia donat beragam rasa, ada rasa coklat, kacang, keju dan stroberry.

   "Terima kasih" ucapnya membuat Badariah meneteskan air mata, ia tidak menyangka kalau Airilia merespon perkataannya.

   Badariah memeluk Airilia, ia menceritakan cerita tentang Abu Nawas. Hampir satu jam Badariah menjenguk Airilia, ia pun pulang karena jam menjenguk sudah habis.

   Setelah pulang dari rumah sakit, Badariah melihat suaminya Hasan sedang mencuci piring dan bersih-bersih meja makan.

  "Mas, biar aku saja mencuci piringnya?" Badariah ingin mengambil piring kotor, namun dicegah oleh Hasan.

  "Nggak perlu, sebentar lagi selesai. Kamu baru pulang, bagaimana kabar Airilia?".

"Alhamdulillah, kabar Airilia ada kemajuan".

"Syukurlah, aku senang mendengarnya. Dek, ini uang hasil penjualan kemarin" Hasan meletakkan beberapa lembar uang pecahan ke atas meja.

  "Sudah kamu hitung, mas?" tanya Badariah sambil menghitung uang itu.

  "Udah, totalnya ada sekitar tiga ratus ribu" Badariah mengangguk dan memasukkan uang itu kedalam dompetnya.

"Mas, aku besok mau kepasar untuk beli bahan membuat kue".

"Biar aku saja yang kepasar, kamu tunggu dirumah saja".

"Kenapa?".

"Aku takut kamu tersesat, nanti, biar kamu tulis bahan-bahan apa saja yang ingin dibeli" Badariah mengangguk, ia mengambil pensil dan kertas.

  

        *******************

  Tiga hari berlalu, semenjak kejadian itu Andira tidak pernah pulang kerumah, ia menginap diapartemen miliknya sendiri, sampai Rakha pun tidak pernah tau bahwa Andira mempunyai sebuah apartemen.

   Andira menatap layar handphone, terhitung sudah berapa kali Rehan dan Dinda menayakan kabar dan menyuruhnya pulang ke rumah. Sementara, suaminya Rakha tidak pernah sekalipun menayakan kabarnya apalagi minta maaf.

      Andira melamun, tiba-tiba ia dikagetkan ponselnya berdering, ia melihat layar ponsel bahw sang ayah menelpon dirinya. Mau tak mau, Andira mengangkat telepon.

  "Halo, ada apa, ayah?"tanya Andira ketika terhubung dengan Dion seberang sana.

"Kamu dimana?".

"Ayah, aku...aku sedang sibuk" ucap Andira yang tidak ingin memberitahu dimana ia tinggal.

Terdengar hembusan napas kasar dari Dion diseberang telepon "Cepat selesaikan urusanmu, dan ayah tunggu kamu dikantor, ada yang ingin ayah katakan kepada kamu. Cepat pulang!" belum sempat Andira menjawab, telepon sudah dimatikan oleh Dion.

    "Huft,, ayah benar, aku harus menyelesaikan urusanku" batin Andira bergegas pergi menggunakan mobilnya.

  Selama menempuh perjalanan hampir tiga jam, Andira sampai disebuah pemakaman umum dikampung halaman almarhum Sento. Sudah beberapa hari, Andira memantapkan hati untuk berziarah ke makam sang suami. Pasalnya sejak ia menikah lagi dan pulang ke banjar, ia tidak pernah sekalipun ziarah ke makam Sento.

    Andira sebenarnya ingin menguburkan suaminya almarhum Sento berdekatan dengan Andini sang adik, namun Sumi menolak, karena ia sangat jauh untuk berziarah ke banjar, jadi Andira menyetujui Sento dimakamkan tidak jauh dari rumah Sumi.

  "Mas, aku kangen sama kamu, maafkan aku belum ada waktu untuk ziarah kesini" batin Andira sambil menaburkan beberapa bunga yang baru beli saat akan masuk kesini.

      "Mas, apa aku salah belum bisa menerima kepergianmu? Mas, aku rindu sama kamu, aku juga rindu sama putri kita. Rencananya, aku akan kerumah mbak Sumi untuk melihat putri kita".

     Andira menangis didekat makam Sento, ia melirik jam tangan menunjukkan pukul lima sore, angin berhembus dengan kencang membuat sebagian bunga yang berada di atas makam Sento tertiup angin dan jatuh ke sebelah makam Sento.

     Saat akan beranjak akan pergi, Andira tidak sengaja melirik sekilas sebuah makam disebelah makam almarhum Sento. Andira menghampiri makam itu, ia terkejut dengan nama yang tertulis dibatu nisan itu. Andira mencoba menghapus air mata takut ia salah lihat.

  Namun, ketika sudah menghapus air mata, bahkan Andira mengucek matanya tapi nama yang tertulis dibatu nisan itu tidak berubah.

   Deg..

   Deg..

  "Ini, nggak mungkin, mbak Sumi nggak mungkin meninggal, pasti ini.." Andira syok melihat nama Sumi tertulis dibatu nisan disamping makam Sento.

"Aku harus kerumah mbak Sumi, aku yakin ini bukan .." Andira segera berlari keluar dan bergegas masuk kedalam mobil, diperjalanan Andira menangis kembali takut apa yang ia pikirkan memang terjadi.

   Ketika sampai dihalaman rumah Sumi, Andira melihat pintu rumah Sumi terkunci bahkan banyak rumput liat tumbuh dipekarangan halaman. Andira hanya bisa menangis sambil menatap rumah Sumi.

  "Permisi, cari siapa, ya?" Andira berbalik badan mendengar seorang wanita.

  "Mbak Asih" ucap Andira sambil menghapus air mata.

  "Loh, mbak Andira" Andira mengangguk.

"Iya mbak, ini saya Andira. Kalau saya boleh tau kemana mbak Sumi?mengapa rumahnya terkunci?" Asih mengajak Andira kerumahnya dan membawakan teh hangat dan aneka cemilan.

   "Mbak, minum dulu. Saya akan menceritakan  semuanya yang saya ketahui" Andira mengangguk, ia mengambil gelas berisi teh hangat dan meminumnya hingga sisa setengah.

"Ceritakan mbak, saya siap mendengarkannya" Asih mengangguk, ia memandang Andira sambil meletakkan gelas itu ke nampan.

"Saya bingung mulai cerita dari mana, tapi mbak Andira harus tau, kalau mbak Sumi telah meninggal dunia".

"Kapan?" Andira menangis, ternyata yang ia lihat tadi disamping makam Sento memang benar adalah kuburan Sumi.

"Sudah lama, sekitar satu bulan yang lalu".

"Terus, dimana Aluna dan Airilia tinggal?".

"Kalau Aluna sudah menikah, mungkin ikut suaminya, tapi Airilia saya nggak tau dia kemana?" tangis Andira semakin pecah, kala mendengar perkataan Asih.

Asih mendekati Andira dan menenangkannya

"Dimana saya bisa mencari Airilia, saya saja nggak punya fotonya" ucap Andira dengan terisak. Asih diam, ia bingung mau jawab apa, karena ia pun juga tidak mempunyai foto Airilia.

Bersambung...

    ​

1
R-man
cerita nya menarik !!
Maximilian Jenius
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Madison UwU
Menyentuh
indah 110
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!