Kirana alexa Larasati , seorang gadis cool , manis , dingin berusia 25 tahun tak sengaja mengalami kecelakaan saat akan pergi liburan . mobilnya menabrak sebuah pembatas jalan
ding. tuan rumah 0 poin . segera jalankan misi untuk mendapat poin.
"ughhhh kepalaku,"
kiara terbangun disebuah ranjang UKS
" hah suara apa itu?"
" aku adalah sistem utama 010. dan kamu adalah tuan rumah. segera selesaikan misi sebelum sistem hancur."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Anggora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Love Shot!
Dari arah belakang, Lian mengendap endap lalu memukul punggung David hingga terjongkok merasakan sakit.
Lian meraih saku jasnya lalu menodongkan senj*ta berisi peluru tepat kelehernya.
Raut wajahnya yang dingin dan tak tersentuh emosi , mendominasi, menguasai keadaan.
"Ada permintaan terakhir Tuan Elizio?" tanya Lian dengan seringaian mengerikan diwajahnya.
Alexa menelan ludahnya susah payah. Jantungnya berdetak tak karuan, bagai detik bom.kem*tian yang semakin dekat. Pelipisnya basah karena keringat, ia memundurkan kakinya perlahan, menghindari Lian juga David Elizio. Dimata Alexa , kedua pria itu sama sama kejinya, tak ada bedanya.
"Hahaha... Silahkan saja b*nuh aku! Tapi jangan menyesal jika wanita itu tak bisa kembali kemasa depan, tanpa aku dia akan terperangkap selamanya didimensi ini, hahaha...."
Deg.
Alexa syok, ia berhenti mundur dan menatap Lian. Lian pun sama terkejutnya dengan Alexa.
Ctas.
"Jangan main main denganku, b*d*h! Atau aku akan menarik pelatuknya sekarang juga!" kecam Lian. Rahangnya bergetar menahan emosi saat mengatakan itu.
Sungguh, ia tak main main dengan perkataannya.
"Aku memang penjahat, tapi aku bukan pembohong! Tanyakan pada wanita itu apakah dia mau kembali ketempat asalnya atau ingin menghabiskan waktu disini dengan pria setengah ibl*s sepertimu!"
"K-K-kau!!!"
"Lian , jangan!" Alexa berlari melihat Lian sudah benar benar marah. Ia mengarahkan pist*lnya keudara , lalu...
Dor!
Sebuah tembakan berdebum keras. Untungnya, tak menyasar David atau siapapun.
Mata Alexa dan Lian bertemu, kedua tangannya bersentuhan karena memperebutkan pist*l.
Sedetik, dua detik, Lian dan Alexa tersihir dalam pesona masing masing. Hatinya berdetak kencang, meronta ronta membisikan gelenyar perasaan nyaman yang tak seharusnya terjadi . Alexa sibuk mengagumi keindahan paras Lian yang terpahat sempurna. Bibirnya merah merona, hidungnya bangir dengan alis terukir indah. Matanya hitam dengan tatapan setajam elang , sedingin es batu. Iya, Alexa tak menyangkalnya, ia terpesona dengan Lian. Wajah yang rupawan itu terbungkus sikap cuek , dingin , angkuh namun lembut, perhatian dan agresif didalam.
Lian tak mampu berkedip. Hatinya berbunga bunga sekarang. Bisa menatap Alexa, sang pujaan hati dalam posisi sedekat ini. Maka ia takan berkedip sedetik pun karena tak ingin melewatkan kesempatan emasnya.
David melongo melihat kedua orang didepannya, apakah keduanya jatuh cinta, pikirnya.
"baiklah kesempatan bagus, aku akan berlari mumpung mereka tidak sadar!" batin David.
David melihat silet kecil yang tadi dipegang Alexa, ia menjepit silet dengan sepatunya , lalu meraihnya dengan kedua tangan yang terikat didepan.
Matanya sesekali menatap pada Alexa dan Lian , memastikan aksinya aman tanpa ketahuan.
Satu tangan Lian terulur keudara dan membelai pipi Alexa lembut. Alexa terpaku. Ia seakan tak mampu menolak tindakan Lian. Hatinya semakin berdebar kencang saat tangan Lian menyentuh wajahnya, membisikan kata cinta tanpa suara, menyuarakan rindu yang menggebu dan mendambakan angan kebersamaan yang entah tergapai atau hanyalah sebatas angan. Terselip kata "semoga" dan harapan dalam setiap sisiran inci sentuhan Lian.
Berharap suatu saat, ia dan Alexa akan bersama sebagai pasangan. Iya, suatu saat, semoga....
Tangan Kevin menyentuh kepala Alexa lalu mengarahkannya semakin dekat kepadanya. Keduanya terlibat kontak mata dalam. Tanpa suara, tanpa bisikan. Alexa seakan paham akan suara mata Lian, ia pasrah, bagaikan daun yang lepas terbawa keanggunan angin.
Cup...
Keduanya menyatukan diri dalam bingkai asmara penuh gelora. Menikmati setiap detik demi detik dengan api asmara yang terus membara. Menyala , membakar dilema dan gundah yang meraja. Setiap sentuhan hangat b*bir menjadi candu yang terasa menyesakan dada saat bayangan senyuman Kevin terlintas dibenak Alexa. Ia langsung menjauh dan melepaskan diri dari "jerat " Lian.
David tersenyum lebar melihat kedua lawannya lengah, satu tangannya meraih senj*ta dicelana, lalu mengarahkannya pada Lian.
"Setelah ini kau akan m*ti, Selamat Tinggal, Lian!"
Dor!
Lian memalingkan tubuh Alexa agar masuk dalam dekapannya, ia lalu memberondongkan peluru kearah David bertubi tubi hingga David ambruk ditanah dengan lelehan cairan kental berwarna merah. Alexa terkejut melihat Lian telah memb*nuh David dengan cara yang kejam didepan matanya.
Lututnya lemas seolah tak bertulang, namun suara berat Lian menenangkannya.
"Tenanglah, penjahat itu pantas diperlakukan kejam. Dia telah banyak melenyapkan manusia tak berdosa selama hidupnya." ujarnya sambil mengelus lembut kepala Alexa.
Alexa mendongak menatap Lian, tubuhnya yang hanya sampai sedada Lian membuatnya tak bisa leluasa menatap manik mata cerah mengga*rahkan itu.
"Mari pergi, Tuan Besar sudah menunggu."
Alexa mengangguk dan mengikuti langkah Lian menuju kemobil . Ia menoleh kebelakang, merasakan sedikit perih dihatinya. Matanya berkaca kaca, sedetik kemudian setelah duduk dikursi mobil, ia telah hujan airmata. Lian yang mendengar isakan kecil dari bibir Alexa Berbalik menoleh dan mengangkat dagu Alexa.
"Kamu menangis? Kenapa?"
"Aku tidak tahu..." ujar Alexa lirih sekali. Sepertinya ini adalah emosi dari Elisa yang mengetahui kemat*an tragis David ditangan Lian. Namun ia tak mungkin mengatakannya pada Lian.
"Kemarilah!"
Alexa masuk kepelukan Lian dan menangis tergugu didadanya. Lian mendesah pelan, lalu mengkode Leo untuk melajukan mobil.
Leo yang diperintahkan Tuan Wicaksono untuk menjemput Lian dan Alexa kebingungan mendapati Alexa menangis histeris dipelukan Lian saat ini.
Namun melihat ekspresi dingin Lian, ia tahu ini bukan saat yang tepat untuk bertanya.
Jadi ia pun mengendarai mobil dengan cepat agar segera sampai di rumah Tuan Wicaksono.
"Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan Queen Elisa, tapi apa?" pikir Leo dalam hatinya. Ia terus mengawasi tindakan Lian dan Alexa dibelakang sana lewat kaca, takut keduanya "melewati batas"
Setelah lelah menangis, Alexa tertidur dipelukan Lian. Lian dengan penuh kasih sayang, membiarkan Alexa tidur bersandar dibahunya.
Saat dirasa tidurnya sudah nyenyak, Lian meminta kotak P3K pada Leo.
Leo memberikannya pada Lian tanpa banyak tanya.
Lian membuka kancing kemeja hitamnya yang sudah berdar*h terkena luka tembakan dari David.
Untung saja Lian bergerak cepat, jadi ia hanya terkena sedikit lesatan peluru. Tidak sampai membuat peluru bersarang ditubuhnya.
"Kau meringis tapi bibirnya tersenyum cerah, sebenarnya ada apa dengan kalian? Apa aku melewatkan sesuatu?" Alis Leo terangkat sebelah, bingung dan heran melihat Lian yang merawat lukanya sendiri dengan senyuman aneh.
Sungguh tak masuk akal seorang es kutub tersenyum senyum sendiri.
Lian menatap Leo sekilas lalu membenarkan kancing piyama Alexa yang terbuka satu diatas.
Leo mengikuti arah pandang Lian, lalu mendapati sikap berbeda Lian pada Alexa. Dengan kancing Alexa yang terbuka, tangisan histeris serta pelukan menenangkan Lian untuk Alexa, mungkinkah keduanya sudah.......
"Bagaimana kau mendapatkan luka itu?" tanya Leo mengalihkan pikiran buruknya , agar tak membayangkan hal yang tidak tidak.
"The Love Shot!"
"Hah?" Leo mengernyit bertambah bingung mendengar jawaban Lian, "Maksudmu lagu band korea terkenal itu?" lanjutnya lagi.
Lian menggeleng,"bukan, ini adalah temb*kan cinta dan kem*tian!"