Nyari ide itu susah lho, so please jangan plagiat!
Aliyah memutuskan untuk lari dari rumah karena perjodohan yang ayahnya buat tanpa persetujuannya.
Sialnya, saat berada di bank untuk menguras tabungannya, ia terjebak dalam sebuah perampokan bersenjata.
Salah satu perampok yang bernama Alex tak sengaja menampakkan wajahnya di hadapan Aliyah dan membuat gadis itu langsung merasa jatuh cinta pada pandangan pertama.
Saat para perampok itu butuh beberapa sandera untuk terbebas dari kejaran polisi, ide gila di pikiran Aliyah pun muncul. Gadis itu ingin diculik oleh kawanan Alex, sekaligus akan membuatnya terhindar dari perjodohan.
Apa jadinya jika gadis cantik tapi sangat ceroboh seperti Aliyah menyerahkan diri pada si perampok untuk diculik, dan mampukah Aliyah mendapatkan cinta dari seorang perampok yang baru saja ia kenal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 - Aliya Terjebak
Mohon maaf Diculik Cinta slow update ya...
Tapi tetap nantikan ya, yang mau vote ke Anta's Diary dulu hehehe.
Terima kasih
...******...
"Maafkan aku, Aliya. Aku memang laki-laki payah dan egois," gumam Amir yang akhirnya yakin memasukkan bubuk obat itu ke dalam gelas minuman yang akan dia serahkan kepada Aliya.
"Wah, ruangannya bagus ya, seru banget!" ucap Aliya seraya berputar - putar dalam ruangan tersebut.
"Minum dulu, Liya!" Amir menyodorkan segelas fruit punch pada gadis itu.
"Makasih, Amir."
"Ayo kita tos!" ajak Amir.
Ponsel dalam saku celana Amir berbunyi sebelum ia melakukan tos bersama Aliya.
"Nomor siapa ini?" gumam pria itu.
Aliya memandangi jendela di ruangan tersebut yang ternyata bisa melihat ke arah panggung bar dari sana. Tetapi dari luar kaca itu tak dapat dilihat hanya warna hitam yang terlihat dari arah luar.
"Whoaaa seksi banget penarinya," ucap Aliya lalu pandangannya tertuju pada Alex yang berdiri di sudut samping panggung sendirian dan sedang menghubungi seseorang dengan ponselnya.
"Gak ada Nona Marie di sampingnya, nyebelin banget sih bisa-bisanya dia jadian sama si Marie, tapi salahku juga sih, kan aku yang mau mereka dekat."
Aliya menenggak habis minuman dalam gelas yang di tangannya itu.
Sementara Amir menerima sambungan telepon dari Alex.
"Dimana, Elo?" tanya Alex dengan suara membentak.
"Bukan urusan kamu!" sahut Amir.
"Telepon dari siapa, Mir?"
Suara Aliya terdengar ke telinga Alex yang langsung bergegas melacak keberadaan Amir melalui gps ponsel Amir yang masih aktif.
"Hei, Elo lagi sama Aliya, kan?" tanya Alex.
"Hmmm udah dulu ya," sahut Amir menutup ponselnya.
"Dari siapa?" tanya Aliya lagi.
"Dari rekan kerja aku, udah tau hari ini aku cuti eh malah dia pikir aku tugas, minuman kamu udah habis?" Amir melirik gelas kosong di tangan Aliya.
"Iya nih habis, soalnya aku haus," jawab Aliya yang menyerahkan gelas itu pada Amir dan merebahkan bokongnya di sofa.
"Aku nonton tv ya," ucap Aliya yang menyalakan layar besar di hadapannya dengan remote itu.
Ponsel Amir berbunyi lagi, lalu ia tekan mode senyap membiarkan Alex tanpa jawaban.
Amir duduk di samping Aliya seraya memandang gadis itu lekat.
"Kenapa sih ngeliatin aku kayak gitu, duh udaranya panas banget," Aliya mengibaskan tangan kanannya ke leher mulusnya.
Amir menelan cairan saliva di mulutnya dengan berat saat mulai berimajinasi dengan lekukan tubuh Aliya yang terlihat sempurna dengan balutan dress hitam itu.
"Mir, ngerasa panas gak, sih?" tanya Aliya.
"Iya, panas, panas banget kayak tubuh kamu," sahut Amir.
"Woi! Asal banget kalau ngomong!" bentak gadis itu. Ia bangkit menuju remote AC yang menempel di dinding untuk menurunkan suhu ruangan itu.
Amir hanya tertawa melihat Aliya yang mondar - mandir di hadapannya mengaku masih gerah dan panas. Tiba-tiba tubuh gadis itu terlihat limbung. Aliya mengaku pusing dan seolah melihat Amir membelah diri. Amir langsung menangkap tubuh Aliya sebelum jatuh.
Pria itu membawa Aliya ke atas sofa dan membelai rambut hitam yang halus milik Aliya. Sentuhan tangan Amir di pipi Aliya membuat gadis itu mendesah.
"Kok aku pusing, terus dadaku terasa sesak dan berdegup kencang," lirih Aliya.
"Lepaskan aja, Liya... ada aku yang akan membantumu," ucap Amir yang mulai memberi sentuhan bibir di leher mulus gadis itu.
"Amir, stop! Lepaskan aku!" pinta Aliya mencoba mendorong tubuh pria itu tapi cengkeraman tangan Amir di bahu Aliya sangat kuat.
"Amir, hentikan!" teriak Aliya dengan sisa kesadaran yang masih coba ia jaga.
"Aliya, kau milikku sekarang..."
Amir mulai menurunkan retsleting dress di bagian punggung gadis itu.
...*******...
To be continue...
Mampir juga ke Novelku lainnya.
- Pocong Tampan
- With Ghost
- 9 Lives
- Kakakku Cinta Pertamaku
- Forced To Love
- Anta's Diary
Vie Love You All...