NovelToon NovelToon
YOTH: The Mystery Laboratory

YOTH: The Mystery Laboratory

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Konflik etika / Perperangan / Robot AI
Popularitas:379
Nilai: 5
Nama Author: Radit Radit fajar

seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.

kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.

Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.

Akankah mereka menemukan tempat tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Petunjuk Awal

Aku tidak lama setelah itu sudah pergi ke sekolah lagi. Kata kakek biar kakek saja yang mencari buku untuk menerjemahkan bahasa itu nanti.

Saat sudah di jam pelajaran, aku malah kebanyakan mikirin catatan itu. Dan malah membuat soal Ipa yang diberi oleh guru ini jadi makin rumit di pikiranku.

"eh, Naurah, kamu tau ngak cara nyelesain soalnya?" aku bertanya ke pada teman sebangkuku itu. Setelah akhirnya menyerah menatap angka-angka di buku ini.

"kalau Ipa mah aku juga ngak terlalu bisa, coba kamu tanya ke Elysia, biasanya dia pandai Ipa, yang duduk disebelah kiriku ini." Naurah menjawabku.

Aku mengangguk, akhirnya bangkit. Berjalan ke arah perempuan dengan nama Elysia itu. Dia punya rambut panjang berwarna hitam yang dikuncir dua.

Gurunya mengizinkan kami diskusi selama tidak menyontek. Jadi aku tidak masalah minta ajari dengannya.

Aku bertanya ke dia tentang soal yang belum bisa kukerjakan ini. Untungnya dia mau mengajarkannya dengan senang hati.

Tidak butuh waktu lama aku akhirnya sudah cukup paham soalnya. Jadi sisa soalnya aku putuskan kerjakan sendiri.

Saat sudah duduk dikursiku, sepertinya Naurah juga masih bingung dengan soalnya. Aku hendak menawarinya aku ajari, tapi kuurungkan niatku, karena aku tau dia mau berusaha sendiri dulu.

Jadi akhirnya aku menawarkan untuk mengoreksi rumusnya saja. Bagian mana yang salah, nanti dia perbaiki sendiri. Dan ternyata dia menerima usulanku.

Di jam istirahat, Bhanu dan Eron duduk di kedua kursi di depanku dan Naurah. Untuk mengobrol, Elysia juga mengobrol dengan Naurah, kursinya didekatinya ke meja Naurah.

"eh, aku dan kakekku kemarin nemu catatan tua tentang laboratorium lama." aku berkata ke Bhanu dan Eron.

"memangnya ada apa dengan catatan itu? Bukankah seharusnya sudah dijelajahi kakekmu juga selama hidupnya?" Eron bertanya, sepertinya dia tertarik.

"nah, itu dia, kata kakekku juga, dia belum pernah nemu laboratoriumnya." aku menjawab Eron.

"wih, seru kayaknya itu. Kalau kakekmu masih kuat, bisa coba jelajahinya. Oh ya, apa isi catatannya?" Bhanu bertanya.

"isi halaman depannya ada gambar laboratoriumnya. Di bawah gambar itu berisi informasi tentang nama laboratorium, dan juga mengatakan kalau yang diteliti di laboratorium adalah hal yang cukup ekstrim untuk diteliti. Bagian depan catatannya menggunakan dua bahasa saat pulau Alean terbagi jadi dua kelompok agar catatannya tidak mudah di baca oleh sembarangan orang. Tapi catatan belakangnya yang benar-benar penuh tulisan, ternyata pakai bahasa kuno yang lain lagi." aku menjelaskannya.

"hal ekstrim?" Eron mengulangi kalimatku yang mengatakan yang diteliti itu hal ekstrim.

"iya, tapi aku belum tau juga pastinya itu apa."

"makin menarik. Zamir, apa aku boleh kerumahmu nanti untuk melihat catatan itu langsung?" Bhanu bertanya.

"boleh saja, kalau kamu Eron? Apakah kamu mau ikut juga?" aku menawarkannya kepada Eron.

"tentu saja, sepertinya menarik." Eron berkata, aku mengangguk.

"jadi, nanti mau jam berapa? Jika jam 3 apakah kalian sempat?" aku bertanya.

Mereka mengangguk serempak.

"iya, aku tidak ada kerjaan juga jam segitu." jawab Bhanu.

"aku juga sama." Eron berkata.

"apakah kami boleh ikut?" Elysia yang sepertinya mendengarkan kami sejak tadi berkata.

"eh, ngapain bawa-bawa aku?" tanya Naurah.

"kamu kan suka sejarah dan seni Rah, mana tau bisa nolong mereka nanti." jelas Elysia.

"iya deh, kalau begitu." Naurah akhirnya memutuskan ikut juga jika Elysia ikut.

"tentu aja boleh, kalian ngak keberataan kan?" aku bertanya ke Bhanu dan Eron.

Mereka menggeleng, yang berarti mereka keberatan.

"oke, tapi kalian kan belum tau lokasi rumahku, jadi tunggu sebentar."

Aku merobek kertas menjadi empat lembar kecil dengan bentuk persegi panjang.

"kalian punya ponsel masing-masing kan?" aku bertanya, mereka mengangguk, bagus.

Aku menulis nomor ponselku di keempat serpihan kertas itu, lalu memberinya ke mereka satu perorang.

"kalian nanti chat aku ya, kita bisa bikin grub agar aku bisa bagiin alamatku, nanti juga jadinya lebih gampang kalau misal ada mau nanya atau beritahu yang lain." aku menjelaskan kepada mereka setelah mereka menerima serpihan kertas berisi nomorku.

Mereka mengangguk, paham.

Saat sepulang sekolah, dirumah. Satu-persatu dari mereka mulai chat denganku lewat ponsel, cepat juga ternyata. Aku menyimpan nomor-nomor mereka lalu membuat grub chat untuk informasi pertemuannya.

"oh ya, Zamir, kalau ngak salah kamu juga islam kan? Kita kan sholat asharnya sekitar jam 3 juga, jadi gimana?" Naurah sudah ada chat di grub itu.

"benar juga ya, kalau gitu nanti sholat ashar dulu aja, nanti kalau kami udah sholat ku chat lagi, gimana?" aku mengusulkan pendapatku.

"oke."

"siap."

"iya."

Bhanu, Elysia, dan Eron menjawabnya.

Di rumah juga, sejak tadi rupanya kakek belum ketemu dengan buku penerjemah bahasanya. Saat ini kakek masih belum bangun dari tidur siangnya, mungkin karena lelah mencari bukunya.

Saat adzan ashar sudah ada, baru kakek terbangun, mengajakku kemesjid. Aku mengangguk.

Setelah itu, baru aku kembali chat ke grub tadi.

"Naurah, kamu udah selesai belum sholat asharnya?" aku bertanya kepadanya di grub.

"udah." dia menjawab tidak lama kemudian.

"oke semuanya, kalian sudah bisa pergi ke rumahku, ini alamatnya." aku mengirim alamatku dari aplikasi peta dunia umumnya.

"oke." mereka semua serempak menjawab.

"jadi, apakah semua teman-temanmu tadi akan datang?" kakek bertanya kepadaku, tadi aku sudah memberitahunya bahwa teman-temanku mau datang kerumah.

"iya." aku mengangguk.

"baguslah, siapa tau ada juga yang bisa membantu." kakek berkata, sambil sedikit meregangkan badan karena tadi siang kelelahan mencari buku catatan itu.

Tidak lama kemudian, mereka satu-persatu datang. Mulai dari Bhanu, Eron, setelah itu Naurah dan Elysia.

Aku mengajak mereka masuk. Mereka bawa motor masing-masing.

Mereka masuk, menyapa kakek, kakek tersenyum menjawabnya. Lalu kakek dan aku memperlihatkan catatannya.

Mereka semua melihat catatannya dengan tatapan tertarik, seperti menemukan benda rahasia dalam suatu game.

"desain laboratoriumnya unik banget." Bhanu berkata, setelah melihat gambar laboratoriumnya itu.

"kamu benar, sepertinya desainnya memang dirancang begitu untuk alasan tertentu." Eron berkata.

"aku bahkan hampir tidak tau bagian mana pintunya." Elysia berkata, memang gambar laboratoriumnya tidak memperlihatkan bagian pintu maupun jendela dengan jelas.

"seperti yang kakekmu dan kamu katakan Zamir, catatan depannya dari bahasa dua kelompok Alean yang dulunya terpisah." Naurah berkata, padahal dia juga baru melihat kalimat-kalimatnya, belum kami tunjukkan buku penerjemahnya.

"iya, tapi catatan dibelakangnya itu, kami belum tau artinya." kakek berkata, dia sudah mencari buku penerjemahnya sejak tadi pagi, tapi tetap tidak ketemu dengan buku untuk menerjemahkannya.

"sepertinya... Aku sedikit kenal dengan bahasa ini." Naurah berkata.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!