Diculik Cinta

Diculik Cinta

Chapter 1 - Kabur

Aliya Wijaya berlari melewati lorong jalan yang sempit sambil kebingungan. Tujuannya bersembunyi dari kejaran ayahnya. Kegemaran ayahnya berjudi membuatnya harus kehilangan sebagian harta. Dan demi mempertahankan pabrik skincare miliknya, ia memaksa anak satu-satunya itu untuk menikah dengan anak rekan bisnisnya.

Aliya membenarkan kacamata hitamnya, berusaha untuk menutupi wajahnya yang berlesung pipi itu agar tak dikenali. Selendang warna hijau ia tudungkan menutupi rambut hitamnya yang lurus sebahu. Ia berada dalam penyamaran.

Gadis itu memasuki sebuah pasar tradisional yang ramai. Tubuhnya yang ramping nan mungil mampu membuatnya berdesak-desakan dengan mudah mencari pintu ke luar lain dari dalam pasar.

Aliya menggendong sebuah tas ransel hitam bergambar siluet kucing berisikan beberapa pakaian dan buku tabungan almarhum ibunya. Padahal ia sudah berjanji akan menggunakan uang tersebut untuk pendidikannya jika ayahnya terus berjudi.

"Ibu, maafin Liya ya, Bu, hiks hiks," ucap gadis itu lirih seraya menyeka bulir bening yang tak terasa jatuh di hidung kecilnya itu.

Perut gadis itu tiba-tiba berbunyi dan terasa amat perih, "Duh laper lagi."

Gadis itu menoleh pada tukang bakso di seberang sebuah bank yang tadinya hendak dituju oleh Aliya.

Kaki rampingnya melangkah pasti menuju gerobak bakso berwarna biru itu.

"Bang, bakso campur satu ya," pinta Aliya seraya menunjukkan jari telunjuknya.

"Beres, Neng," sahut si pedagang bakso tersebut.

"Bang, bagi api dong!" pinta seorang pemuda mengenakan jaket hitam bertudung. Celana jeans belel yang pria itu kenakan cukup membuat hidung Aliya merasa tak nyaman. Bau apek menggelitik ke rongga hidung yang langsung membuatnya merasa mual.

Ni orang bajunya bau banget ih, antara gak mandi atau bajunya gak dicuci selama satu minggu hiiyy...

Aliya berusaha mengamati wajah si pemuda tersebut, tapi tak bisa. Pria itu duduk di hadapan Aliya menunjukkan punggungnya.

Ponsel Aliya tiba-tiba berdering saat pedagang bakso itu meletakkan mangkuk bakso pesanan Aliya.

"Makasih ya, Pak," ucapnya seraya meraih ponsel dari dalam tas ranselnya.

"Ngapain Ranti telpon aku?" gumam Aliya lalu menekan tombol telepon hijau yang menyambungkannya pada Ranti.

"Apa, Ran?"

"Kamu dimana? ini Ayah kamu lagi cari kamu?" suara Ranti terdengar berbisik.

"Aku, ummm aku ada di... udah ya, Ran, bilang aja kamu gak tau aku ada di mana. Dadah Ranti maafin aku, ya," ucap Aliya lalu menutup sambungan teleponnya dengan sahabatnya tersebut.

"Duh ganti nomer aja deh," gumam Aliya lalu mencabut sim card dalam ponselnya dan membuangnya asal. Benda itu jatuh tepat di kepala pria tadi.

"Ini punya kamu, kan?" ucap pria itu seraya menyodorkan sim card milik Aliya. Wajahnya yang sedari tadi ingin Aliya lihat ternyata tertutup masker.

"Buang aja, Kak, udah gak kepake, kok," sahut Aliya.

"Lain kali kalau mau buang sampah jangan lempar sembarangan! dasar abege labil yang sukanya gonta-ganti nomor gak jelas!"

Pria itu melempar sim card Aliya sampai masuk ke dalam mangkuk baksonya lalu ia pergi begitu saja.

"Wah rese banget nih cowok, mau ngajakin ribut lagi!" Aliya menggebrak mejanya sambil berdiri.

"Neng, sabar jangan gitu, Neng kan perempuan, kalau Abang tadi misalnya preman, duh serem atuh kalau sampe Neng diapa-apain preman," ucap si tukang bakso menenangkan Aliya.

"Habisnya mangkok saya dilemparin kayak gini, bikin sewot aja!"

"Abang ganti ya?" tanyanya.

"Gak usah, Bang, nanti Abang rugi. Saya makan aja yang ini," ucap Aliya lalu duduk kembali berusaha menikmati bakso di hadapannya.

***

Aliya memasuki sebuah bank swasta di kotanya yang terlihat cukup luas.

"Bisa dibantu, Dek?" tanya seorang petugas keamanan pada Aliya.

"Ummm saya mau ambil tabungan, Pak," sahut Aliya.

"Mamanya mana, ya?" tanya pak satpam.

"Mama saya udah meninggal Pak, lagian umur saya udah delapan belas tahun kok," ucap Aliya.

Pak satpam tersebut mengamati tubuh mungil gadis di hadapannya tersebut.

"Saya pikir masih SMP dek, soalnya anak saya yang SMP tingginya aja sudah seperti kamu," ucapnya sambil tertawa kecil di sana.

"Bapak mau memuji apa menghina, sih?" Aliya melirik ketus pada si penjaga tersebut.

"Jangan marah Neng, nanti cantiknya ilang. Nah, Neng ke sana, lalu silahkan ambil nomor antrian, nanti tunggu nomornya dipanggil teller ya," ucap Pak Penjaga.

"Oke, makasih, Pak!"

Tubuh mungil Aliya beranjak menuju mesin pengambilan nomor secara otomatis. Setelah mendapatkan nomornya, tiba-tiba perut Aliya terasa mulas.

"Duh, harus cari toilet nih!"

Gadis itu menoleh ke kanan dan kirinya, kedua bola matanya memindai dengan cepat mencari tanda pemberitahuan yang bergambar toilet.

"Nah ketemu, toiletnya sebelah sana!"

Karena terlalu panik saat berlari, rupanya Aliya salah masuk kamar mandi. Ia memasuki toilet pria tanpa menyadari kloset di depan cermin yang berbeda. Gadis itu langsung masuk ke sebuah bilik yang kosong untuk menunaikan panggilan alamnya segera.

"Ah leganya, untung sepi."

Aliya mem-flush toilet yang baru ia gunakan tersebut. Namun, sebelum ia keluar ia mendengar pembicaraan dua orang pria dari balik pintunya.

Aduh, kok ada cowok di sini, wah kurang ajar nih, jangan-jangan mereka sengaja masuk kamar mandi cewek mau berbuat kurang ajar.

Aliya yang terlanjur geram sudah bersiap dengan tas ranselnya untuk memukul.

Eh bentar, apa jangan-jangan aku yang salah masuk toilet ya?

Aliya tak jadi membuka slot kunci pintu bilik toilet tersebut.

"Bos sudah datang, Lex. Nanti kamu siap-siap buka brangkas utama, sekarang kamu tunggu di sini dulu," ucap seorang pria dengan suara berat tersebut memberi perintah.

"Oke, Bang. Saya tunggu di sini."

"Senjata aman, ya?"

"Aman, sudah siap tinggal kita hantam aja mereka," sahut Alex.

Aliya memberanikan diri membuka pintu toilet itu perlahan. Dia melihat penjaga bank tadi sedang berbincang pada seorang pemuda di depan cermin.

"Ya sudah kalau begitu saya jaga lagi ya, kalian siap beraksi nanti."

Pria yang mengenakan pakaian seragam penjaga bank itu menepuk bahu pria di depan cermin tersebut. Ia lalu pergi ke luar.

Itu kan satpam yang tadi, dan itu kan cowok yang bau apek tadi.

Alex membuka jaket kulitnya, lalu membuka kausnya. Pria itu bertelanjang dada di depan cermin.

Aliya menelan air liurnya dengan berat. Ini kali pertama ia melihat tubuh seorang pria atletis dengan perut kotak-kotak sempurna terpampang nyata di kedua bola matanya yang berwarna cokelat.

Rasanya ingin berteriak dan mengulurkan tangan sambil berjingkrak-jingkrak layaknya seorang fangirl yang baru saja ditunjukkan abs idolanya dari atas panggung. Aliya menutup mulutnya dengan telapak tangannya rapat-rapat.

Pria itu sempat menoleh ke kanan dan kirinya.

"Kok, aku merasa ada yang lagi mengawasi, ya?" gumamnya.

*****

To be continue...

See you next chapter.

Terpopuler

Comments

Wati Simangunsong

Wati Simangunsong

duhh gemess nya

2022-10-17

0

Arsy Azzahira

Arsy Azzahira

mf baru mampir ya Thor Vie,
Al baru selesai baca pocong tampan y😁😁

2022-08-23

0

Erie

Erie

aku baca 2kali lucu bikin nagih

2022-06-06

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!