Jiang Xia Yan merupakan putri bungsu dari seorang jenderal perang pada masa kekaisaran Ming Qi adalah wanita bodoh yang jatuh cinta dengan pangeran kedua Ming Shin yang pada akhirnya mati mengenaskan atas nama cinta.
Bukan hanya mati ditangan suaminya sendiri, Jiang Xia Yan juga menyebabkan Klan Jiang musnah ditangan Ming Shin.
Padahal Jiang Xia Yan sudah berkorban banyak untuk Ming Shin hingga bisa membuat lelaki yang sangat dicintainya itu bisa menjadi kaisar Ming setelah berhasil menggulingkam kekauasaan sang ayah.
Jiang Xia Yan mati dengan dendam yang mendalam....
Pada saat yang sama, ada seorang CEO wanita yang berhati dingin dan kejam bernama Agatha Wein yang juga mati mengenaskan ditangan sekelompok lelaki yang cintanya ditolak dengan kasar olehnya.
Agatha diberi kesempatan hidup didalam raga Jiang Xia Yan....
Mampukah Agatha bertahan hidup & membalaskan dendam Jiang Xia Yan?
Bisakah Agatha menemukan cinta dijaman kuno ini dan membuat hatinya yang dingin menjadi hangat ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENYAKIT ANEH CHI ANG BEI
Pagi ini Jiang Xia Yan kembali belajar dengan rajin. Dia terus menyimak setiap materi pelajaran yang diberikan oleh para guru disana dengan seksama.
Meski para guru masih ragu apakah nona muda ketiga Jiang tersebut mengerti tentang materi yang mereka ajarkan, namun tak ayal hati mereka merasa lega karena gadis tersebut mengikuti mata pelajaran dengan serius, tak bermain – main seperti biasanya.
Sejak kejadian yang menimpah Lin Hao dan sikap cuek yang ditunjukkan oleh Jiang Xia Yan terhadap celotehan buruk yang ditujukan kepadanya, membuat semua orang akhirnya terdiam dan hari – hari damai itu akhirnya datang juga.
Diwaktu jam istirahat Jiang Xia Yan gunakan untuk pergi ke hutan yang ada dibelakang akademi. Tujuannya hanya satu, yaitu mendapatkan tanaman obat yang dapat membantuhnya untuk menambah energy sehingga dia tak akan kembali kehabisan energy dalam membuka segel yang ada dalam tubuhnya.
Jiang Xia Yan yang selama ini tak pernah tahu mengenai tanaman obat hanya mengandalkan ingatannya mengenai tumbuhan tersebut dari gambar serta keterangan yang berhasil dia baca didalam buku yang ada diperpustakaan akademi.
Begitu kakinya melangkah masuk kedalam hutan, kedua mata almondnya langsung berbinar cerah. Dia sama sekali tak menyangka jika suasana didalam hutan akan sebagus ini.
Padahal diawal dia sudah membayangkan jika hutan yang akan dia datangi akan sangat gelap dan lembab, seperti hutan – hutan yang ada dinegaranya dulu.
Menurut buku yang dia baca, tumbuhan tersebut berada disekitar aliran sungai. Untuk itu Jiang Xia Yan pun mencari sungai yang mengalir didalam hutan tersebut.
“ Ini seperti suara air terjun….”, guman Jiang Xia Yan sambil menatajamkan indera pendengarannya.
Benar juga, tak lama dia melangkah dapat dia lihat sebuah air terjun yang tak terlalu tinggi dengan mata air yang terlihat sangat jernih disana.
Jiang Xia Yan pun mengikuti aliran air yang mengalir dibawah air terjun hingga aliran tersebut semakin bertambah sempit.
Sepanjang aliran air tampak Jiang Xia Yan menajamkan indera penglihatannya untuk mencari tanaman obat yang sesuai dengan apa yang dia baca.
“ Itu dia….”, pekik Jiang Xia Yan gembira.
Diapun segera berlari kecil menuju tempat dimana tanaman obat tersebut berada dan mulai berjongkok untuk mengambilnya.
“ Bentuknya sangat mirip dengan rumput liar, jika tak jeli akan sulit membedakannya….”, Jiang Xia Yan terus berguman sambil menacbut tanaman obat tersebut.
“ Kurasa segini sudah cukup…”, ucapnya yang langsung berdiri dari tempatnya.
Diapun bergegas kembali ke akademi karena jam istirahat sudah hampir habis. Dengan langkah mengendap – endap, Jiang Xia Yan mulai berjalan memasuki halaman akademi dari tembok belakang.
Siapapun tidak diperbolehkan keluar dari dalam kawasan akademi selama pembelajaran berlangsung. Maka dari itu, Jiang Xia Yan pun pergi ke hutan secara sembunyi – sembunyi dan kembali sebelum waktu istirahat selesai.
Tiba – tiba indera pendengaran Jiang Xia Yan menangkap suara tangisan anak kecil dari lorong dekat tembok belakang akademi.
“ Siapa yang sedang menangis disana ?...kenapa suara tangisannya terasa menyayat hati….”, batin Jiang Xia Yan penasaran.
Dengan langkah lebar, diapun mulai berjalan menuju sumber suara berasal. Jiang Xia Yan menghentikan langkahnya waktu melihat ada seorang bocah laki – laki sedang menangis tersedu – sedu di ujung lorong.
Perlahan dia pun mulai berjalan mendekat dan langsung berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan bocah laki – laki itu.
“ Kenapa kamu menangis ?....apa kamu terluka ?....”, tanya Jiang Xia Yan sambil mengamati tubuh bocah laki – laki tersebut dengan intens.
Melihat ada gadis muda cantik menghampirinya, bocah laki – laki tersebut langsung terdiam dan mengusap ingusnya dengan lengan bajunya.
“ Kakak siapa ?...kenapa kakak ada ditempat ini ?...”, tanyanya dengan tatapan penuh selidik.
Bisa dibilang hampir tak ada satu siswapun yang berani datang ke halaman belakang akademi karena adanya rumor yang menyebutkan jika tempat tersebut angker.
Namun tidak bagi bocah laki – laki tersebut. justru lorong belakang sekolah ini adalah tempat favoritnya karena sepi dan tidak pernah dikunjungi oleh orang lain sehingga dia bebas menyalurkan perasaan sedih, marah, dan kecewanya ditempat ini.
Jiang Xia Yan yang sudah mengetahui hal tersebut hanya tersenyum lebar. Diapun segera mengulurkan satu tangannya untuk mengelus pucuk kepala bocah kecil tersebut, berharap bisa memberinya kekuatan.
“ Sedih boleh…tapi jangan berlarut – larut. Apalagi kamu adalah laki – laki, harus kuat dan tidak boleh cenggeng….”, ucap Jiang Xia Yan denagn suara lembut dan tatapan hangat.
Tiba – tiba saja bocah kecil tersebut tersenyum mendapatkan perlakuan manis dan hangat seperti itu. Meski dia sering mendengar apa yang gadis itu ucapkan, tapi entah kenapa hatinya menghangat waktu gadis cantik didepannya itu yang mengatakannya.
“ Kakakku terkena penyakit aneh. Hampir semua tabib dinegara ini sudah datang dan memeriksanya, tapi tak ada satupun dari mereka yang bisa menyembuhkannya….”, ucap bocah laki – laki tersebut dengan wajah sedih.
“ Oya, namaku Chi Bian Cheung….nama kakak cantik siapa ?....”, tanpa ditanya, bocah lelaki kecil itu mulai mengajak berkenalan
“ Aku, Jiang Xia Yan…panggil saja Yan’er….”, ucap Jiang Xia Yan kembali mengusap pucuk kepala bocah tersebut dengan lembut.
Keduanya pun mulai terlibat pembicaraan hingga tak terasa bel tanda jika waktu istirahat telah usai mulai berbunyi.
Keduanya segera bergegas meninggalkan halaman belakang dan berjalan menuju kelas masing – masing. Dalam perjalanan menuju kedalam kelas, banyak siswa yang mulai membicarakan tentang penyakit tuan muda pertama keluarga Chi.
“ Apakah yang mereka bicarakan adalah Chi Ang Bei….kakak dari Chi Bian Cheng….”, batin Jiang Xia Yan penuh tanda tanya.
Jujur saja, selama pembelajaran terakhir Jiang Xia Yan sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Pikirannya terus fokus pada penyakit aneh yang diderita oleh Chi Ang Bei tersebut.
“ Ternyata kaisar sudah mulai bergerak….”, batin Jiang Xia Yan bermonolog.
Jiang Xia Yan terus berkutat dalam pikirannya, mencari informasi kedalam memorinya untuk mendapatkan secuil penjelasan mengenai apa yang sedang terjadi saat ini.
Dalam perjalanan pulang, Jiang Xia Yan terus memejamkan kedua matanya. Mencoba membuka kembali slide demi slide peristiwa masa depan dalam ingatan pemilik tubuh asli.
Kiew yang melihat nona mudanya terus memejamkan kedua matanya selama perjalanan pulang hanya bisa menatap khawatir kearah Jiang Xia Yan.
“ Nona tampaknya belajar cukup keras hari ini hingga kelelahan seperti itu….”, batin Kiew sedih.
Jiang Xia Yan yang akhirnya menemukan titik terang mengenai penyakit yang diderita oleh putra pertama keluarga Chi tersebut tersenyum bahagia.
“ Ohhh…jadi ini penyebabnya….”, batinnya puas.
Setelah berhasil mendapatkan informasi yang dibutuhkan didalam memorinya, Jiang Xia Yan pun segera membuka kedua matanya yang bertepatan dengan berhentinya kereta tanda jika dia sudah sampai di kediamanannya.
“ Silahkan nona….”, ucap Kiew sopan.
Jiang Xia Yan terlihat melangkahkan kakinya dengan lebar agar segera sampai kedalam kamarnya. Dia ingin segera membersihkan tubuh dan muali bermeditasi untuk membuka segel yang ada dalam tubuhnya.
Saat ini kaisar sudah mulai bergerak dan itu pertanda jika kemalangan demi kemalangan akan mulai mendatangi keluarga Jiang hingga akhirnya klannya tersebut musnah.
“ Lin…rebus tanaman obat ini dan lalukan sendiri….”, perintah Jiang Xia Yan tegas.
Jiang Xia Yan mengatakan hal tersebut karena mengetahui jika hampir delapan puluh persen pelayan didalam kediamanannya adalah mata – mata yang dikirim oleh keluarga kedua, keluarga ketiga dan kediaman utama.
Untuk itu dia harus berhati – hati dalam melakukan tindakan apapun. Untuk sementara waktu hanya keempat pelayan pribadinya inilah yang dia percayai.
Jiang Xia Yan harus sangat berhati – hati karena dia tidak tahu siapa yang telah menyegel kekuatan yang ada dalam tubuhnya ini semenjak dia bayi.
Lin segera melaksanakan perintah nona mudanya dan membawa tanaman obat tersebut kedalam dapur untuk direbus.
“ Apa nona merasa sakit ?...kenapa dia menyuruhku merebus tanaman obat ini….”, batin Lin cemas.
Lin yang cukup familiar sangat tahu jika tanaman obat yang dibawa oleh nona mudanya itu digunakan untuk menambah energy dan meningkatkan tenaga dalam yang ada.
Karena nona mudanya tak memiliki kekuatan apapun, maka Lin mengira jika nona mudanya menderita penyakit dalam yang serius hingga perlu minum tanaman obat penambah energy yang biasanya digunakan para ahli kultivasi setelah terluka dalam menjalani latihan.