Tidak terpikirkan oleh Sabrina lulus kuliah kemudian menikah. Pertemuanya dengan Afina anak kecil yang membuat keduanya saling menyayangi. Lambat laun Afina ingin Sabrina menjadi ibu nya. Tentu Sabrina senang sekali bisa mempunyai anak lucu dan pintar seperti Afina. Namun tidak Sabrina sadari menjadi ibu Afina berarti harus menjadi istri Adnan papa Afina. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Sabrina berperan menjadi istri Adnan dan menjadi ibu sambung Afina???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pendekatan.
Lelah melampiaskan kekesalan di kamar mandi. Adnan pun salin baju, mengenakan jaket, kemudian pergi. Pria tampan keturunan arab itu menggunakan motor besarnya mencari udara segar di sore hari.
Ia duduk sendirian di kursi taman, tempat vaforid nya untuk menenangkan diri. Di tempat inilah ia selalu berpikir.
******
Di lain tempat, mama Fatimah dan papa Rachmad sudah sampai di rumah Sabrina.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam..."
Wanita cantik berhijab panjang, diikuti pria setengah baya itu, di sambut kedatangan nya oleh Kamila sang pemilik rumah.
"Jika saya boleh tahu, Anda ini siapa?" tanya Kamila belum tahu sama sekali siapa tamunya ini.
"Saya Fatimah Mbak, dan ini Rhacmad suami saya," Fatimah memperkenalkan diri.
"Oh ya Allah... silahkan masuk, Pak, Bu," Kamila pun mengangguk santun kepada pemilik kampus dan yayasan tersebut.
"Terimakasih Mbak," Fatimah pun masuk diikuti suaminya, sambil menggendong Afina.
"Ini siapa?" Kamila mengusap pundak Afina.
"Ini Afina cucu pertama saya, Mbak" Fatimah tersenyum.
"Oh iya, Sabrina sering cerita tentang kamu sayang... " Kamila tersenyum, menatap Afina yang nemplok di dada kakek nya.
"Bunda kemana?" tanya Afina. Bocah kecil itu sudah tidak sabar, ingin segera bertemu Sabrina.
"Bunda?" Dahi Kamila berkerut.
"Maaf Mbak Mila, yang di maksud cucu saya ini Sabrina," Fatimah menceritakan tentang Afina yang terus menangis ingin bersama Sabrina.
"Oh jadi begitu, silahkan duduk." Semua duduk di kursi sederhana.
"Sayang... lebih baik, kamu bergabung saja, Tante Sabrina sedang les privat anak-anak di lantai atas," kata Bunda Kamila.
"Beneran Nek?" Sabrina kemudian turun dari pangkuan mama Fatimah.
"Benar, dong... sana, anggap saja rumah sendiri,"
"Terimakasih Nek," Fina pun akhirnya berlari-lari kecil ke lantai dua. Di salah satu kamar kosong, jika ada tamu biasanya, tamu tersebut yang menempati.
Sedangkan Kamila segera membuat minuman untuk tamu nya. Tidak lama kemudian ia kembali.
"Silahkan di minum Bu,"
"Terimakasih,"
Tamu dan nyonya rumah itu pun berbincang-bincang akrab.
"Oh iya Mbak, saya sekalin mau kasih undangan, untuk Mbak," mama Fatimah mengeluarkan undangan dari dalam tas.
"Hari sabtu besok, kami akan merayakan ulang tahun yayasan, dan kami akan mengundang para guru, seluruh stap yayasan, dan juga beberapa alumni wali murid. Dan kami mengundang Mbak Mila salah satunya,"
"Terimakasih Bu, IsyaAllah... saya akan datang, jika pesanan kue sedang tidak banyak," jujur Kamila.
"Oh jadi.... Mbak Mila menerima pesanan kue?" tanya Fatimah.
"Begitulah Bu, lumayan buat jajan Sabrina," Kamila merendah.
"Kalau begitu... kebetulan sekali, saya pesan kue nya buat acara hari sabtu sama Mbak Mila saja, bagaimana?"
"Alhamdulillah..." Kamila tak ada hentinya mengucap syukur.
Mereka berbincang akrab hingga waktu sore.
"Nenek... Fina nggak mau pulang, mau menginap disini saja," rengek Afina.
"Eh nggak boleh begitu, nanti merepotkan Uti sama Tante Sabrina, lagian kan besok sekolah," mama Fatimah menjelaskan.
"Nenek! Aaahh... aku nggak mau pulang!" tegas Afina.
"Tidak apa-apa Bu, biar Afina bobo disini, besok saya yang antar sekolah. Saya kuliah jam kedua kok," Sabrina bermaksud mengantar sekolah, menunggui dan akan mengantarkan ke kampus bertemu Adnan.
"Tapi apa Nak Sabrina nggak repot?" Fatimah tampak tidak enak hati.
"Tidak Bu"
"Menurut Papa, biar saja Ma, Afina menginap, besok biar Adnan yang menjemput," papa Rachmad menutup pembicaraan.
Mama Fatimah pun mengalah membiarkan cucunya menginap di rumah Kamila.
*********
Malam harinya Adnan yang baru pulang menenangkan diri, mencari putrinya ke kamar tidak ada. Ia kebingungan sendiri.
"Ma... Afina kemana?" Adnan menghampiri mama Fatimah yang sedang menyiapkan makan malam.
"Dia menginap di rumah Sabrina," mama menjawab enteng.
"Yah... mama, kok Afina di ijinkan menginap," Adnan tampak kecewa.
"Papa yang ijinkan menginap Nan, biar saja, besok pagi-pagi sekali kamu kan bisa sekalian menjemput," papa Rachmad yang baru selesai mandi menjawab.
"Benar Nan, andai kamu tahu, bagaimana susahnya kami membujuk anakmu," mama mengisi nasi ke piring-piring sambil bercerita.
"Nan, sekarang pikirkan lagi Nak, menikahlah dengan Sabrina," Fatimah menatap Adnan yang sedang berpikir.
"Jika kamu menuruti ego, kamu tidak kasihan Afina, dengan kamu menikahi Sabrina, kamu tidak hanya membahagiakan Afina, tetapi Mama yakin, Sabrina mampu mengobati luka hati kamu Nak," nasehat mama Fatimah panjang lebar.
"Apa Mama yakin? Sabrina mau menikah dengan aku?" tanya Adnan. Setelah dari taman tadi, ia kemudian shalat maghrib di masjid. Adnan berdoa dan mohon petunjuk. Pulang membawa ketenangan hati.
"Nah ini tugas kamu, tanyakan pada Sabrina, apa kira-kira... dia mau menikah sama kamu,"
Mereka berbincang-bincang sebelum akhirnya makan malam.
******
Ke esokan harinya, Adnan membawa seragam tk milik Afina lalu berangkat menjemput Afina.
Tok tok tok
Ceklak.
"Assalamualaikum..." Adnan tersenyum ramah, membungkuk sopan kepada Kamila yang membuka pintu.
"Waalaikumsalam..."
"Adik ini, Papanya Afina ya?" tanya Kamila to the point, sebab wajah Afina dengan Adnan sangat mirip.
"Betul Bu,"
"Mari-mari masuk Nak, Afina baru mandi," Kamila segera masuk di ikuti Adnan.
"Duduk dulu Nak, saya panggilkan mereka."
"Terimakasih Bu, saya boleh titip baju seragam Afina?" Adnan menyerahkan baju seragam Afina yang masih di bungkus plastik putih baru dari laundry.
Bu Kamila segera memberikan pakaian Afina yang sudah mandi. Tidak lama kemudian kembali setelah berbincang-bincang sejenak mereka sarapan pagi bersama.
"Papa... aku tadi malam bobo sama Bunda, terus di ceritain. Seru..." Afina berceloteh.
"Tapi Fina nggak bandel kan?" Adnan merangkul pundak putrinya.
"Nggak dong Pa, iya kan Bun," Afina minta pembelaan.
"Nggak dong... Afina kan anak pintar, shalehah, masa bandel," Sabrina memukul pelan hidung Afina dengan jari keduanya tertawa.
"Sekarang kita sarapan, tapi jangan lupa berdoa," titah Sabrina. Adnan melirik Sabrina, sedetik kemudian mengulum senyum tanpa Sabrina tahu, dan tidak luput dari perhatian Kamila.
Selesai sarapan Adnan menyetir mengantar Afina ke sekolah kemudian lanjut ke kampus bersama Sabrina.
"Kamu duduk nya di depan saja," titah Adnan ketika Sabrina hendak masuk mobil.
"Tapi Pak," Sabrina ragu-ragu.
"Ayo masuk!" Adnan mengulangi sambil membuka pintu depan. Ia rupanya akan mulai pendekatan dan menilai perilaku Sabrina, apa memang benar baik seperti yang mama Fatimah katakan. Tentu Adnan tidak ingin gagal untuk yang kedua kalinya.
Dengan langkah kaki berat Sabrina menurut. Di dalam mobil Sabrina hanya diam. Bagaimana tanggapan teman-teman di kampus nanti jika sampai mereka tahu bahwa dia di antar Adnan pasti mereka berpikir yang aneh-aneh.
Keduanya saling diam hingga beberapa saat kemudian.
"Kamu tidak punya saudara kandung?" Adnan memecah kesunyian.
"Nggak punya," Sabrina menjawab singkat.
"Pantas, saya perhatikan, kamu sayang sekali pada anak-anak termasuk Afina." Adnan menoleh sebentar kemudian kembili fokus menyetir.
"Iya, dulu saya pingin banget punya adik, tapi ternyata Allah berkehendak lain," Sabrina menjelaskan.
"Tetapi saya bersyukur karena saya sekarang punya adik banyak, anak-anak les dan juga Allah mempertemukan saya dengan putri Bapak," Sabrina tersenyum.
Deg deg deg
Dada Adnan berdebar kala menangkap senyum Sabrina.
"Kamu belum punya niat menikah?" tanya Adnan diplomatis.
"Belum" jawab Sabrina menggeleng cepat.
"Saya mau lanjut S2 dulu, ingin menjadi sukses seperti bu Sulastri. Walaupun tidak sesukses seperti beliau, tapi setidaknya jika kelak nanti saya punya anak, bisa mendidik anak-anak saya dengan baik," jawab Sabrina bijak.
******
...BERSAMBUNG. ...
lbh gk nyambung lg 🤣🤣🤣🤣
hajar bello