NovelToon NovelToon
Seseorang Yang Merubah Pandangan Hidupku

Seseorang Yang Merubah Pandangan Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Anime / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hamdi Kun

dayn seorang anak SMA intorvert yang memiliki pandangan hidup sendiri itu lebih baik daripada berinteraksi dengan orang lain, tapi suatu hari pandangan hidupnya berubah semenjak bertemu dengan seorang gadis yang juga bersekolah di sekolah yang sama, dan disinilah awal mula ceritanya dayn merubah pandangan hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamdi Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Antara perasaan dan rasa bersalah

Aku masih duduk di bawah pohon besar di belakang sekolah bersama Yuka. Meski kami sedang menonton anime, pikiranku terus melayang. Rasanya sulit untuk menikmati apa pun ketika aku tahu ada sesuatu yang salah antara aku, Rika, dan Meira.

Yuka, yang duduk di sebelahku, sepertinya menyadari kegelisahanku. Dia menoleh, menatapku dengan lembut. "Dayn, kamu nggak apa-apa?" tanyanya pelan.

Aku menghela napas panjang. "Aku nggak tahu, Yuka. Aku merasa ada yang berubah dengan Rika dan Meira. Mereka jadi dingin dan seolah menjauh dariku."

Yuka menggigit bibirnya, ragu sejenak sebelum berbicara. "Apa mungkin ini karena aku? Aku merasa keberadaanku membuat mereka tidak nyaman."

Aku terdiam. Sebuah bagian dari diriku tahu bahwa Yuka mungkin benar. Tapi aku juga tidak ingin menyalahkannya. "Ini bukan salahmu, Yuka," jawabku akhirnya. "Kamu nggak salah apa-apa. Aku yang harus bicara dengan mereka nanti."

Yuka tersenyum kecil, meski aku bisa melihat ada rasa bersalah di matanya. "Tapi kalau keberadaanku mengganggu hubunganmu dengan mereka, aku nggak apa-apa kalau harus menjauh, Dayn. Aku nggak mau membuatmu semakin sulit."

Aku menoleh padanya, merasa bersalah karena Yuka harus mendengar semua ini. "Kamu nggak perlu pergi, Yuka. Aku hanya berharap Rika dan Meira bisa mengerti. Aku ingin kalian semua bisa akrab, tapi aku juga nggak tahu bagaimana cara memperbaiki ini."

Kami duduk dalam keheningan untuk beberapa saat. Aku akhirnya memutuskan untuk jujur pada Yuka. "Maaf soal tadi. Rika dan Meira bersikap dingin padamu. Aku tahu itu nggak adil, dan aku akan bicara dengan mereka nanti. Jadi, jangan merasa bersalah, ya."

Yuka tersenyum tipis, menatapku dengan penuh pengertian. "Terima kasih, Dayn. Aku percaya kamu bisa menyelesaikan semuanya."

Setelah beberapa saat, bel masuk berbunyi, menandakan waktu istirahat sudah habis. Aku dan Yuka pun beranjak dari tempat itu. Sebelum kembali ke kelas masing-masing, aku memastikan untuk menatapnya dengan serius.

"Yuka," kataku, "terima kasih sudah mendengarkan. Dan maaf kalau semuanya jadi terasa rumit karena aku."

Dia menggeleng pelan, masih dengan senyum khasnya. "Aku senang bisa ngobrol denganmu lagi. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, ya."

Setelah itu, kami berjalan menuju kelas masing-masing. Perasaan di dadaku sedikit lebih lega, tapi aku tahu masalah ini belum selesai.

Di dalam kelas, suasana pelajaran berjalan seperti biasa. Aku mencoba fokus dan sesekali menjawab pertanyaan guru, meskipun pikiranku terus kembali pada Rika dan Meira. Aku tahu aku harus menghadapi mereka, tapi aku tidak yakin bagaimana caranya.

Ketika bel pulang berbunyi, aku membereskan barang-barangku dengan cepat. Aku memutuskan untuk mencari Rika terlebih dahulu. Namun, ketika aku berjalan keluar kelas, aku melihat Rika dan Meira bersama di lorong sekolah.

Aku mengambil napas dalam, lalu menghampiri mereka. Langkahku terasa berat, tapi aku tahu aku tidak bisa terus menghindari ini.

"Rika, Meira," panggilku pelan.

Mereka berdua menoleh, tapi suasana di antara kami terasa sangat canggung. Tidak ada yang bicara untuk beberapa detik. Aku akhirnya memecah keheningan.

"Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Kenapa kalian bersikap dingin padaku akhir-akhir ini? Dan kenapa kalian juga bersikap seperti itu pada Yuka?" tanyaku, mencoba tetap tenang meski perasaanku bergejolak.

Rika menatapku tajam, lalu menjawab dengan nada dingin, "Kami nggak suka melihatmu terlalu dekat dengan Yuka. Bukannya dia teman masa kecilmu? Kenapa kalian harus sedekat itu sekarang?"

Meira mengangguk setuju, meski nada bicaranya lebih lembut. "Dayn, bahkan kami nggak pernah tahu kalau kamu punya teman masa kecil seperti dia. Kenapa kamu nggak pernah cerita sebelumnya?"

Aku terdiam sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku nggak pernah cerita karena aku pikir itu nggak penting. Lagipula, aku nggak pernah berpikir akan bertemu Yuka lagi. Tapi sekarang dia kembali, apa salahnya kalau kami berteman lagi?"

Perdebatan kecil di antara kami terus berlanjut. Rika tampak semakin kesal, sementara Meira terlihat lebih terluka daripada marah. Aku merasa terjebak, seperti tidak ada jawaban yang bisa membuat semuanya lebih baik.

Akhirnya, aku berkata dengan suara pelan tapi tegas, "Kalau kalian benar-benar nggak mau dekat atau berteman denganku lagi karena ini, aku nggak tahu harus bagaimana. Aku hanya berharap kalian bisa menerima Yuka, seperti aku menerima kalian."

Kata-kataku membuat mereka terdiam. Tapi sebelum salah satu dari mereka bisa merespons, suara seseorang memecah suasana.

"Dayn," panggil Yuka, yang tiba-tiba muncul di lorong.

Aku menoleh dan menyapanya dengan ramah. Namun, Rika dan Meira tetap diam, bahkan tidak memandang Yuka.

Yuka tampak menyadari ketegangan di antara kami. Dia melangkah mendekat, lalu berkata dengan suara lembut, "Kalau keberadaanku hanya membuat kalian bertiga semakin jauh, aku nggak apa-apa untuk menjauh. Aku nggak mau merusak persahabatan kalian."

Setelah mengatakan itu, Yuka berbalik dan pergi. Aku berdiri mematung, merasa bersalah karena Yuka harus menanggung semua ini.

Tanpa berpikir panjang, aku mengejar Yuka. Namun, Rika menahan lenganku.

"Dayn, kenapa kamu harus mengejarnya?" tanyanya, suaranya penuh emosi. "Kalau kamu peduli pada kami, kamu harusnya tetap di sini."

Aku menatap Rika, mencoba menahan kemarahanku. "Kalian sudah berubah. Yuka nggak salah apa-apa, tapi kalian malah memperlakukannya seperti musuh. Dia cuma ingin diterima, seperti aku dulu."

Kata-kataku membuat mereka terdiam lagi, terlihat seperti ditampar kenyataan. Aku menghempaskan tangan Rika, lalu berlari mengejar Yuka ke depan gerbang sekolah.

episode 34 Bersambung...

1
Nurilah Purwanti
waduh gimana tuh nasib dayn masih nyari si meira
Nurilah Purwanti
kasian meira
Arul 2007
bagus bangettttt
Nurilah Purwanti
menarik ceritanya
Bunny Koo
❤️❤️❤️ Cerita jadi semakin hidup berkat tulisanmu thor!
Theros
Fakta kehidupan
Sandy
Pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!