Mara, gadis yang terbaring koma berbulan-bulan, terpaksa harus menerima tawaran sesuatu yang disebut "sistem", yang di mana dia harus pergi ke dunia novel untuk meningkatkan nilai baik antagonis sebagai ganti tubuh aslinya tersembuhkan perlahan. Hanya saja, sang target merupakan orang sangat sulit didekati, paranoid, dan dibenci banyak orang.
______
Suatu hari, Mara menyelesaikan tugasnya dan akan pergi. Tapi tiba-tiba dia ditangkap pria menakutkan yang telah dia jinakkan.
"Jangan berpikir kamu bisa memanjat jurang gelap yang telanjur kamu lompati sesuka hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Penguasa
"Ke mana mau melempar bola?! Apa matamu buta?!"
Pertandingan menjadi kacau karena satu kesalahan. Lelaki bernama Galang yang menjadi korban lemparan bola sampai mimisan, menarik kerah kaos basket Rahan dengan kasar. Sedangkan yang ditarik kerahnya melihat ke arah lain tanpa peduli sekelilingnya. Bagaimana mungkin Galang tidak semakin emosi dan marah?
"Bangs*t! Jangan mengabaikanku!!"
Beberapa pemain berusaha menjauhkan Galang yang akan meninju Rahan yang acuh tak acuh. Pelatih dan wasit yang menonton di sana, merasakan ada yang tidak beres dan mulai datang ke tengah lapangan.
"Rahan! Apa yang kamu lakukan pada Galang?!" Alih-alih bertanya apa yang terjadi, salah satu pelatih bertanya tentang Galang yang terluka. Entah kenapa.
Saat itulah Rahan mulai fokus pada mereka. Dia berwajah datar seperti biasa, tapi entah kenapa tatapannya cukup membuat orang mundur selangkah. "Aku kehilangan fokus. Maaf."
Pelatih itu ingin berkata lagi, tapi Galang mengangkat tangan menghentikan. Entah kenapa pelatih gendut itu terlihat patuh dan mundur. Sedangkan anak-anak lain yang menonton seolah sudah biasa dan mulai merasa menarik karena Rahan akan menjadi target si penguasa.
Saat darahnya sudah berhenti mengalir di hidung dibantu beberapa teman setimnya, Galang berkata arogan sambil menunjuk tanah."Sudah lama aku tidak menyukaimu! berlututlah jika ingin aku maafkan!"
Tak bergeming sedikit pun, Rahan mengabaikannya dan malah berjalan ke suatu arah di mana Mara terbengong.
"S*al! Ke mana kau pergi! Bertlutut di depanku sekarang!!"
Galang diabaikan dengan memalukan. Wajahnya memerah marah penuh dendam
Di sisi lain, Mara tidak bisa mencerna apa yang terjadi. Tahu-tahu, semua atensi di lapangan sudah tertuju padanya, tempat di mana Rahan berdiri di depannya.
Rahan mengambil minuman di tangan Arslan yang dibelikan Mara, dan dengan santai membuka tutup serta menenggaknya sampai habis.
Arslan yang seolah baru tersadar apa yang dia lakukan, mulai mengerutkan kening. "Mengapa kau meminumnya? Itu milik Mara!"
Mara yang tercengang dengan apa yang dilakukan Rahan di situasi aneh ini, langsung angkat bicara menanggapi Arslan. "Ti-dak apa-apa! Aku memang sengaja membelikan untuknya!"
"...apa?" Ekspresi Arslan menunjukkan keterkejutan seolah itu hal yang paling aneh.
Mara tidak melihat ekspresinya karena fokus pada Arhan. "Apa yang kamu lakukan di sini? Kembalilah ke lapangan untuk melanjutkan pertandingan."
Rahan melempar botol minuman kosong tepat masuk ke tong sampah. Lalu ia mengambil satu botol lagi di tangan Mara yang lain sembari berkata. "Aku tahu ini untukku. Apa yang menjadi milikku, jangan memberikannya pada orang lain."
Lalu Rahan menatap suram Arslan sekilas, dan pergi ke lapangan kembali. Galang yang membuat keributan agar Rahan berlutut minta maaf padanya, sepertinya sudah pergi ke ruang perawatan. Tapi semua orang tahu, hidup Rahan yang tak pernah damai, akan menjadi semakin jauh dari ketenangan jika sudah menyinggung Galang.
"Mara, apa kamu sangat dekat dengannya?"
"Hah?" Mara tak mengerti dengan pertanyaan Arslan tiba-tiba.
Pandangan Arslan terhadap punggung Rahan yang rumit, kemudian menghilang saat bertatapan dengan Mara dan tersenyum. "Tidak apa-apa. Hanya saja, aku merasa tak nyaman dengannya. Tatapannya selalu menakutkan."
"Benarkah?" Mara tersenyum ironis.
Rahan ditentukan perannya sebagai antagonis, tentu saja semua orang di dunia ini akan membencinya.
~•~
Saat pertandingan sudah selesai sore itu sudah selesai, Mara sudah bersiap untuk pulang. Namun, karena tak sempat memberikan ponsel yang sudah diperbaiki pada Rahan, Mara menunggu lelaki itu di depan ruang ganti ekskul basket.
Ia sempat terpikirkan oleh ucapan Luna. Karena di lapangan tadi Rahan menyinggung Galang, pasti dia akan dijadikan target bullyan. Masalahnya, ayah Galang adalah seorang donatur sekolah ini dan tentu saja memiliki kuasa. Oleh karena itu, para guru tutup mata terhadap kekerasan yang dilakukan Galang secara terang-terangan pada satu orang targetnya.
Tadi saja, salah satu pelatih seolah tak mendengar makian kasar Galang dan membiarkan dia melakukan urusannya sendiri dengan menyuruh Rahan berlutut untuk minta maaf. Karena Rahan mengabaikan, maka Galang pasti akan berulah semakin menjadi.
"Hei, kau si anak kelam itu, kan? Apa kau lupa bahwa kau belum meminta maaf padaku?"
Lamunan Mara langsung buyar mendengar suara itu. Baru saja terpikirkan, benar saja, di samping ruang ganti basket, Rahan dicegah banyak anak lelaki yang tertawa cengengesan dengan seringai jahat seperti menemukan mainan baru. Tentu saja di pimpin Galang.
"Berlututlah sambil mencium sepatuku. Hidungku masih sakit karena kau, sialan."
Tahu bahwa Rahan tidak akan patuh, antek-antek galang berdiri di kedua sisi Rahan dan menekan paksa bahu Rahan untuk berlutut. Tapi entah karena Rahan lebih tinggi dari mereka, kekuatan dua orang saja tidak mampu menundukkannya.
"Pergilah. Jangan menggangguku." Dengan mata tajam dan dingin, Rahan melepaskan tangan dari mereka yang dengan mudah tersingkir.
Urat-urat kesal menonjol di leher Galang yang mulai emosi. Ia tak pernah menemukan mainannya menatapnya tanpa takut, apalagi berani melawannya.
"Paksa dia bersujud di depanku!" perintahnya pada antek-anteknya yang lain.
Murid yang berlalu lalang berpura-pura tidak melihat karena tidak ingin berurusan. Siapa juga yang peduli dengan Rahan, si orang aneh itu. Bagi mereka, hidup damai adalah dnegan tidak ikut campur urusan orang lain.
Tapi tentu saja Mara tidak bisa tinggal diam. Dia datang mendekat dengan bersikap santai seolah tidak tahu situasi.
"Rahan! Aku mencarimu sedari tadi! Ayo kita pulang."
Dengan wajah tersenyum, dia menarik tangan Rahan yang terkejut dari genggaman mereka yang lemah karena tercengang.
Melihat gadis aneh yang tiba-tiba datang membawa Rahan dengan santai untuk pergi, Galang tidak percaya apa yang dilihatnya.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak melihat situasi?"
"Bagaimana situasinya?" tanya Mara dengan polos.
"J*lang ini! Sangat tidak tahu rasa takut!" Galang mengangkat tangan pada Mara, tapi sebuah tangan menepisnya dengan kasar.
"Jangan menyentuhnya." Suara dan tatapan itu lebih suram dari pada sebelumnya.
Ada rasa takut yang terlintas di mata Galang, namun karena gengsinya, dengan cepat berlalu dan langsung memerintah dengan wajah memerah lebih emosi.
"Jangan biarkan mereka pergi sampai aku mendapat apa yang aku inginkan!"
Mara tahu konsekuensinya akan seperti ini. Tapi ia tidak tahu akan menjadi sangat merepotkan.
"Apa yang kamu inginkan?" Mara bertanya malas.
Mereka menatapnya tanpa rasa takut sedikit pun. Bahkan, gadis yang baru ditemuinya ini seolah sudah malas dan bosan menatapnya. Tak pernah terjadi sebelumnya dan membuat Galang merasa sesuatu di luar kendalinya. Apa yang dipikirannya sekarang adalah membuat dua orang ini menderita di sekolah sampai menangis ketakutan setiap kali melihatnya.
Galang menyeringai. "Kubilang, bersujudlah meminta maaf padaku. Baru aku akan melepaskan kalian berdua."
Mara menatapnya lucu. "Untuk apa aku bersujud untuk meminta maaf? Aku tidak memiliki kesalahan apapun padamu."
"Apa kau orang bodoh? Tentu saja karena aku berkuasa di sini."
"Pfft—" Mara menahan tawa sehingga mata Galang memerah karena marah.
"Kau—Jal*ng! Apa kau menertawakanku!" Galang mendekat seolah akan menjambak rambut Mara, tapi gadis itu dipeluk dan dilindungi Rahan, sedangkan Galang didorong kuat sampai jatuh ke tanah.
Kapan ia pernah mendapatkan penghinaan memalukan ini? Dengan wajah marah mengerikan, dia berteriak. "Hajar si bangs*t itu!"
"Mengapa kamu datang ke sini jika badanmu gemetar ketakutan? Dasar bodoh," bisik Rahan saat memeluk Mara melindunginya.
Satu lawan banyak tetap saja akan kewalahan. Sebelum Rahan babak belur, sebuah suara menginterupsi.
"Galang! Kau berlebihan!"
Galang menoleh melihat siapa yang berbicara. Ia tak menduga orang itu tiba-tiba ikut campur. "Enyahlah. Ini urusanku!"
"Kau berurusan denganku juga! Mereka temanku!"
Mara yang ketakutan akan dipukul, langsung mengintip siapa yang berani menghentikan si penguasa itu. Mulutnya membulat berkata 'oh' kagum.
Ia lupa, protagonis adalah orang yang paling berkuasa. Bukan hanya di sekolah, bahkan di dunia ini.
Ya, yang menghentikan Galang adalah Ragas dengan diikuti Ezra.
Tapi mengapa mereka tiba-tiba membantunya? Dan apa itu tadi? Temannya?
ganteng, gapura kabupaten, tiang listrik, bisa masak wkwkwk