NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Wanita hebat

“emoh buk…!!! Gak bisa.”suara pasien sebelahku, sedang berdebat dengan ibunya(mungkin). Tentu saja pandanganku dan Ain mengarah pada sumber kegaduhan itu.

Ternyata si pasien susah untuk meminum obat dan sang ibu sudah mulai kehabisan sabar untuk merayunya dengan lembut.

”mau cepat sembuh gak!!!”sang ibu jengkel, mulai memaksa dengan jurus-jurus andalannya.

“jadi teringat seseorang….”sindirku memaksakan senyum meski cukup sakit

Ain langsung melirikku sinis.”mulai lagi…!!!”gerutunya.

"Andai kesabaran ku sedalam air kamar mandi, sebentar saja, aku pasti sudah kena darah tinggi. Untung sabar ku seluas empang.”celetukku sengaja menggoda Ain.

Dia semakin geram, mengerutkan kening juga gigi yang dia eratkan, wajahnya sangat lucu. Bagi Ain, mungkin ekspresiku saat ini terlihat menyebalkan. Tanpa sepatah katapun, tiba-tiba dia meraih lenganku, dan menggigitnya dengan tempo semakin kuat. Karena tangan kiriku masih tertancap selang infus, membuatku tak bisa melawan.

”dek.. dek… sakit! Ampun…!”ucapku menahan sakit, juga menahan diri untuk tidak teriak,

Akhirnya dia melepas gigitannya.”berikutnya, kalau usil lagi. Beneran ku tampol lukamu. Mas!!”ancamnya sambil mengusap air liur yang tertinggal di lenganku menggunakan kaos lengan panjangnya.

”hehe.. gak janji.”aku sangat suka memandang ekspresi wajahnya saat ini. Manyun juga manja bercampur menjadi satu.

“mau lagi!”kembali dia mengancam seraya memegang lenganku.

”iya dek… ampun!”

“sudahlah mas bercandanya… capek.”kelahnya, tanpa melepas lenganku, dia melempar wajah pada Kasur dengan jari-jariku menjadi bantalnya. Terasa hangat, karena jariku bersentuhan lagi dengan pipi kirinya.

Deg.. Deg … Deg…

“dek…”

“hmm….’’jawabnya tanpa mengubah posisi, matanya sudah terpejam.

Dari semalam dia pasti tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ingin sekali aku mengusap kepalanya, sayangnya satu tanganku belum bisa di gunakan.

“pulang dulu gi.. istirahat di rumah.”pintaku lirih.

“emoohh… nanti saja.”jawabnya tanpa mengubah posisi, dengan kedua mata yang masih terpejam.

Irama nafas Ain terasa berhembus memasuki pori-pori tanganku yang dia gunakan untuk bantal. Aku tak berani menggerakkan tanganku, sepertinya dia benar-benar lelah.

“dek.. aku sangat menyayangimu.”batinku, berharap kebersamaan seperti ini lebih sering terjadi di antara kita.

***

“mas… mas..”

Suara Ain menggema di bawah alam sadar ku, mataku perlahan terbuka, tanpa sengaja dia menggoyang pundakku yang lebam, tentu saja rasa sakit langsung membuatku terbangun sepenuhnya. Ain segera minta maaf.

”teman kerjamu datang mas. Bersama mbak Laras.”ucapnya lesu, sepertinya Ain juga ketiduran, terlihat dari wajahnya yang masih kucel. Di belakang Ain ada Vika dan Laras, berdiri membawa buah-buahan yang terkemas dalam keranjang. Melihatku sudah bangun, Vika segera mendekat ke arahku. Menggeser paksa posisi Ain.

“El.. kau tak apa-apa??” wajah khawatirnya jelas terlihat. Dia mengamati seluruh tubuhku, terutama bibirku yang lebam sebelah.

“tatapanmu Vik! Anggota tubuhku masih lengkap, santai saja.”jawabku sedikit bergurau. Karena kedua matanya sudah mulai berair.

Benar saja, dia menangis, menundukkan wajah pada lenganku sambil meminta maaf dengan terbata-bata. Aku paham kenapa dia bertingkah seperti ini, tapi tidak dengan Ain. Dia terlihat bingung melihat reaksi Vika, karena memang terlihat berlebihan. Sedang Laras masih berdiri mematung ekspresinya datar, sepertinya Vika sudah bercerita sesuatu padanya.

“Vik! Aku belum mau mati, tubuhku juga tak ada yang cacat. Ayolah… aku jadi malu.”aku bingung sendiri dengan apa yang harus kulakukan untuk menenangkannya.

“tapi El…”

“apa kau sudah tahu detailnya?”tanyaku padanya yang masih belum mengubah posisi.

“Reno..”jawabnya singkat.

“Reno…? Apa hubungannya.”tanyaku bingung.

“semalam, mas Reno yang ikut mengantar kesini. Mas.”Ain menyela, sekaligus membuatku paham. Dia berdiri dengan tas kecil yang sudah melingkar pada tubuhnya.

”mas. aku pulang dulu, HP mu aku cas di situ.”pamitnya, mendekatkan lagi satu kursi, dan menyuruh Laras untuk duduk.

“iya dek. Hati-hati. Bilang saja sama ibuk kalau aku besok sudah boleh pulang.”pesanku padanya. Ain mendekat, dia terlihat memaksakan diri untuk mencium punggung tanganku.

Setelah Ain keluar dari ruangan, Vika menghujaniku dengan banyak pertanyaan, tentang bagaimana kronologi sebenarnya. Aku sedikit lebih tenang, melihatnya sudah tidak menampakkan raut wajah bersalah yang berlebihan.

“kamu beneran gak papa mas? Katanya di keroyok 5 orang.”akhirnya Laras berbicara, dari tadi dia hanya mendengarkan sambil sesekali mengamati tubuhku. Apa dia sedang tidak enak badan, dari tadi raut wajahnya cukup lesu.

“cuma bonyok dikit. Aku kan sakti Ass, hehe-“

Tiba-tiba HP Laras berdering, diapun beranjak keluar ruangan untuk mengangkat telpon.

”El… kau merasa ada yang aneh dengan Laras gak?”bisik Vika, dia sedikit mendekatkan bibirnya pada telingaku.

“aku juga mau menanyakan hal itu padamu Vik.”jawabku, aku memang merasa jika Laras tak terlihat seperti biasa.

“kali ini aku yakin, jika Laras beneran suka denganmu, El.”ucap Vika mengecilkan suara, kedua matanya mengawasi pintu masuk ruangan, karena tidak ingin Laras mendengar percakapan kami, aku mengerutkan kening. Penasaran, kenapa Vika terlihat yakin dengan asumsinya.

”dia sedang menahan cemburu El, aku yakin itu!”tegasnya.

“maksudmu?”

Kemudian Vika bercerita. Jika tadi, saat mereka berdua masuk kamar ini. Aku dan Ain masih tertidur, dan Ain tertidur dengan mendekap satu lenganku. Melihat itu, raut wajah Laras mulai berubah, ditambah lagi ibu yang sedang menemani pasien satunya bertanya pada Laras. Apakah aku dan Ain adalah pasutri baru, karena sejak aku masih belum sadarkan diri Ain tak beranjak sedikitpun dari kursinya, dengan wajah penuh khawatir.

"Padahal, saat pertama kali Laras tahu kau terkena musibah, dia sangat panik El!"Vika kembali mengawasi pintu masuk.

Aku hanya menghela nafas panjang setelah mendengar cerita Vika.”aku harus gimana vik?”

“itu diluar kuasaku El, tapi aku bisa pastikan jika Laras memang wanita hebat. Dia tetap bisa bertingkah normal dan menelan semuanya seorang diri.”

Aku semakin tidak enak hati mendengar ucapan Vika barusan, tapi aku juga tidak mungkin menanggapi perasaannya.

"Ass, sudahi bodoh mu..."batinku berharap.

Laras akhirnya kembali memasuki ruangan. Seperti yang dikatakan Vika, Laras memang wanita hebat. Raut wajahnya sudah kembali seperti biasa, kalem, dan geraknya yang selalu enak di lihat. Aku salah tingkah dan bingung sendiri.

“dapat salam dari adikku, mas.”ucap Laras setelah duduk di tempat semula.

”awalnya dia khawatir saat ku kasih kabar jika kau baru saja kena musibah, tapi setelah aku bilang jika tidak ada luka serius. Kau tau apa yang di ucapkannya?”dia bicara dengan senyum tertahan.

“bilang apa Ass??”sahutku penasaran.

“instan karma. Karena berani memilihkan ku kue motif Barbie, warna pink lagi!”ucap Laras tak mampu menahan senyum, dia terkekeh. Aku menepuk jidat mendengarnya, juga tertawa sambil menahan sakit.

“emang kenapa mbak, adikmu?”Vika bingung melihat aku dan Laras tertawa. Laras Pun bercerita tentang adiknya yang cukup tomboy, dan anti dengan warna pink. Tapi aku malah memilih kue ultah untuk adiknya dengan warna tersebut.

Di tengah-tengah Laras bercerita tentang adiknya. Raut wajah Vika mendadak berubah, bukan karena cerita Laras, namun karena suara lelaki yang mengucap salam. Kami tidak menyadarinya, dia sudah berdiri di belakang Vika dan Laras. Kami bertiga menoleh serentak ke arahnya.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!