Harem : Menyamar Di Sekolah Khusus Perempuan

"Maaf... Tapi aku tidak bisa memberitahu misiku padamu. Tapi kalau kau bersedia membantu, maka aku akan memberitahumu nanti," ucap Angga panjang lebar.

"Apa yang kau ingin kan?" tanya Luna.

"Aku ingin kau menjadikanku bagian anggota geng cleopatra," jawab Angga.

Luna terkekeh angkuh. "Apa melakukan itu ada kaitannya dengan misimu?" tukasnya.

"Aku tidak--"

"Berarti misimu adalah mencari tahu tentang pembullyan atau insiden kematian yang pernah menimpa murid di sini. Benarkan?" potong Luna menebak. Dia mendekati Angga, lalu perlahan menyentuh dada cowok itu.

Angga menelan ludahnya satu kali. Mendapat sentuhan kecil begitu saja dia sudah terbawa suasana. Bahkan sampai membuat boxer di balik roknya jadi sesak.

'Sial! Dia aktif lagi. Ini semua gara-gara aku nekat melakukannya tadi bersama Samantha,' batin Angga. Dia menyesali kegiatan intimnya bersama Samantha beberapa saat lalu. Karena setelah satu kali mencoba, Angga jadi ketagihan.

"Apa kau benar-benar intel? Aku merasa kau masih terlalu muda," tukas Luna.

Angga tersenyum singkat. "Justru karena wajahku yang tampak muda ini aku di rekrut menjadi intel," ucapnya. Kebohongan Angga sudah menjalar kemana-mana. Ia mendengus kasar seraya menjauhkan diri dari Luna. Dirinya berusaha keras menutupi aset pribadinya yang sedang aktif dari cewek tersebut.

"Itu bisa dipercaya. Tapi aku tidak bisa memasukkanmu ke dalam gengku begitu saja," balas Luna.

"Luna Revita Dewantara! Kau pikir aku tidak tahu segala perlakuan buruk yang pernah kau lakukan?! Apalagi pada gadis yang baru-baru ini melakukan bunuh diri. Aku pikir kau jadi orang yang ikut andil untuk bertanggung jawab atas kematiannya!" timpal Angga.

"A-apa maksudmu? Aku tidak melakukan apapun padanya," bantah Luna tergagap.

"Kau mungkin bisa membantah. Tapi aku sudah punya buktinya," ungkap Angga.

Luna tercengang. Seketika jantungnya berdegup kencang sekali. Matanya bergetar hebat.

"Maafkan aku! Tapi itu terjadi begitu saja. Aku tidak bermaksud membunuhnya. Jangan penjara aku..." Luna tiba-tiba terisak. Dia langsung berlutut ke hadapan Angga dan memeluk kaki cowok itu.

Angga membulat saat mendengar pengakuan Luna. Apa berarti dia adalah tersangka utama yang telah membunuh Silvia?

"Luna! Hentikan." Angga mencoba menenangkan Luna. Karena dia ingin mendengar cerita cewek itu lebih detail.

Angga berusaha membawa Luna berdiri. Namun cewek tersebut bergeming.

"Luna... Tenanglah... Kau--" Perkataan Angga terhenti tatkala menyaksikan Luna tiba-tiba mendongak dan tersenyum lebar sampai memperlihatkan giginya.

"Bercyanda... Bercyanda..." seru Luna sambil tergelak. Namun tawanya segera berhenti, kemudian tergantikan dengan seringai.

Angga otomatis kesal. Namun kekesalannya berubah jadi kaget saat tangan Luna mulai menyusup masuk ke balik roknya. Di sana Luna meremas pelan milik Angga.

"Ternyata punyamu mudah bangun ya," komentar Luna.

Glek!

Angga membeku. Dia hanya bisa menelan salivanya beberapa kali. Apalagi saat melihat Luna mulai menurunkan boxernya. Kepala cewek itu masuk ke dalam rok dan memasukkan aset pribadi Angga ke dalam mulut. Itu bisa Angga rasakan dengan jelas sekali.

"Aaah..." Angga reflek mendesah. Selain itu, dia berpikir kalau ada sesuatu yang salah dengan beberapa cewek di sekolah ini. Kenapa kelakuan mereka begitu ekstrem sekali mengenai masalah seksual?

Sambil menikmati layanan Luna, Angga berpikir kalau ada masalah lain selain kematian adiknya di sekolah ini. Angga sendiri yakin kalau masalah itu berkaitan dengan yang disebutkan Luna pertama kali tadi. Yaitu kelakuan kotor para guru.

'Tapi apa? Kalau ini ulah lelaki, tidak mungkin! Karena tidak ada satu pun guru lelaki di sini,' batin Angga. Pikirannya jadi runyam saat pergerakan mulut Luna di bawah sana semakin cepat.

"Sial! Aah!" Angga memegangi kepala Luna. Dia kini sepenuhnya terbuai akan kenikmatan.