NovelToon NovelToon
Ketika Salju Turun

Ketika Salju Turun

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / One Night Stand / Anak Genius / Anak Kembar
Popularitas:29.7k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Lahir, dan besar, di negara yang terkenal karena budaya tolong menolong terhadap sesama, tanpa sengaja Reina menolong seseorang yang sedang terluka, tepat ketika salju tengah turun, saat dirinya berkunjung ke negara asal ayah kandungnya.

Perbuatan baik, yang nantinya mungkin akan Reina sesali, atau mungkin justru disyukuri.


Karyaku yang kesekian kalinya, Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluhan Eizen

Banyak yang berubah kehidupan Reina jalani saat ini. Sekarang dia nyaris tak pernah keluar, karena semua telah disediakan. Bahan makanan di kulkas yang selalu penuh, dan guru yang mengajar anak-anaknya yang selalu datang dari hari Senin sampai Jumat.

Si kembar belajar dari pukul delapan pagi, hingga pukul dua siang, diselingi dengan istirahat dua kali.

Sedangkan Reina nyaris tak pernah menyentuh pekerjaan rumah tangga, seperti kebiasaannya saat masih di rumahnya sendiri.

Masalah makanan, sudah ada koki khusus yang memasak, mencuci, dan beres-beres rumah, sudah ada pelayan yang melakukannya.

Tak bisa ke pasar, tak bisa jajan di kaki lima, tidak bisa nimbrung gosip dengan para tetangga, dan hal menyenangkan lainnya yang biasa dilakukan.

Pekerjaan Reina hanya menjaga anak-anaknya, atau melanjutkan tulisan pada novelnya.

Kalau untuk profesinya sebagai penulis, justru ini hal yang bagus, karena di sini tenang, dan udaranya segar.

Reina bisa mengetik di kamar dengan pemandangan danau dan pegunungan, atau di dekat dermaga yang memiliki pemandangan sama. Atau di rumah kaca, yang berisi berbagai macam jenis tanaman, satu lagi tempat favoritnya, adalah perpustakaan pribadi, yang baru dia ketahui beberapa Minggu yang lalu.

Jejeran buku yang tersusun rapih di rak, dan suasana tenang, serta ruangan yang nyaman, kadang membuatnya lupa dengan dunia luar.

Reina mulai merasa betah, berbeda dengan anak-anak yang merasa sepi, karena tak ada bocah lain di sini.

Musim mulai berganti, daun-daun berguguran, indah, tapi bagi manusia tropis seperti dirinya, mulai terasa dingin.

Ryu jarang di rumah, lelaki itu datang semaunya, dan tak pernah memberitahunya. Pernah pulang setiap hari, layaknya pekerjaan kantoran, pernah juga tidak pulang selama seminggu lebih.

Pembahasan soal ikatan di antara mereka, tak pernah lagi disinggung, Ryu tak beraksi apapun saat tempo hari Reina mengungkap isi hatinya.

Reina tak ambil pusing, toh memang dia tak ada niatan untuk menikah dengan siapapun, karena baginya memiliki si kembar, sudah cukup mewarnai hari-harinya.

Komunikasi dengan keluarganya di Jepang terputus, begitu juga dengan Rita, dan juga Nidia. Ryu yang melarangnya.

Reina hanya diizinkan untuk melanjutkan profesinya sebagai penulis, itupun dengan nama pena baru.

Semuanya atas nama keselamatan, dan keamanan mereka. Ryu seolah tak mengizinkan Reina, dan anak-anaknya berhubungan dengan masa lalu mereka.

Bosan, tapi tak ada pilihan. Mau protes, Ryu selalu mengatakan, "Ini buat keamanan kalian, karena kakak ku masih saja mencari kalian, hingga sekarang."

Kalau dipikir-pikir, dari pada dikurung oleh Daiki, seperti layaknya kehidupan sebelum ada teknologi, lebih baik bersama Ryu, setidaknya dia masih bisa beraktivitas, meski tak bisa keluar dari gerbang.

"Ma ..." Eizen datang menghampirinya, bocah itu sedang jeda istirahat.

"Hmmm ..."

"Bilang ke Papa, kalau akhir pekan, Ei dan Kakak mau keluar jalan-jalan, masa kita udah hampir tiga bulan, sama sekali nggak pernah keluar rumah, Ei bosan."

Reina yang sedang berkutat dengan laptopnya, menghentikan sejenak kegiatannya. "Kenapa nggak Ei sendiri yang bicara ke Papa?"

Eizen duduk di sebelah ibunya, dia menyadarkan kepalanya pada lengan yang tertutup sweater berwarna merah. "Papa selalu bilang, kalau di luar berbahaya." Sahutnya. "Kadang Ei bingung, kita ini bukan orang penting, kenapa Papa sebegitu nya sama kita? Padahal sebelum ketemu Papa, hidup kita baik-baik aja, Ei bisa main sama teman-teman, tapi sekarang, Ei cuma main sama Kakak aja. Ei bosan, Mama!" keluhnya.

Reina paham, bocah seusia Eizen, lebih senang bermain bersama teman-temannya, dari pada belajar. Sebagai seorang ibu, dia banyak belajar tentang parenting, terkhusus untuk anak laki-laki.

Umur delapan tahun, seharusnya si kembar dekat dengan ayahnya, tapi nyatanya, ayahnya terlalu sibuk, dan jarang ada waktu bermain.

Tidak ada teman selain saudara kembarnya, dan jarang berinteraksi dengan ayahnya, membuat putranya tertekan, dan sering mengeluh.

"Coba nanti Mama bicarakan dengan Papa, jadi karena waktu istirahat sudah habis, ayo masuk, kakak dan guru pasti sudah menunggu kamu." Reina berusaha untuk menenangkan salah satu putranya.

***

Malam itu, Reina baru saja selesai membacakan buku untuk anak-anaknya. Rutinitas sebelum tidur.

Memastikan si kembar telah tidur nyenyak, barulah Reina naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.

Ryu tak mengizinkannya pindah kamar, katanya dia juga jarang pulang, jadi tak apa jika dirinya menempati kamar itu.

Usai membersihkan diri, Reina kembali berkutat dengan laptopnya. Rencananya dia kan meng-update cerita baru besok.

Waktu menunjukkan hampir tengah malam, tapi Reina masih sibuk dengan laptopnya.

"Kenapa belum tidur?"

Suara berat itu membuat Reina menoleh, dia mendapati wajah lelah ayah dari si kembar, dasi yang tergantung asal, kemeja yang tak lagi rapih, karena satu sisi keluar dari celananya, dan lengan yang tergulung hingga siku.

"Aku sedang menyelesaikan novel ku." Jawab Reina, seolah tak peduli, dia kembali sibuk dengan keyboard di pangkuannya.

Sementara Ryu, mondar mandir, dari kamar mandi menuju ruang wardrobe. Sementara Reina mulai mempercepat ketikannya, dia ingin bicara pada lelaki itu, mumpung sedang di sini.

Suara Hair dryer terdengar dari ruang wardrobe, tepat saat itu pula, Reina berhasil menyelesaikan tulisannya, dia menutup laptopnya, dan meletakkannya di meja kerja yang berada tak jauh dari ranjangnya.

Dia butuh toilet, sudah satu jam lebih, dia berkutat dengan laptopnya, membuat kandung kemihnya penuh.

Keluar dari sana, dia mendapati Ryu bersandar di kepala ranjang, seraya mengulurkan kaki panjangnya.

Lelaki itu bertelanjang dada, padahal malam ini terasa dingin, dibandingkan dengan kemarin.

Reina bisa melihat tato naga, yang berada di pundak kiri lelaki itu, dia jadi ingat saat pertama kali melihatnya. Namun baginya itu masih saja terlihat menyeramkan. Reina phobia pada hewan melata itu.

"Aku ambilkan kaus ya?" tawarnya.

"Tidak usah, aku ingin tidur seperti ini." Tolak Ryu, dia lalu merebahkan tubuhnya, dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Kini Reina dilanda kebingungan, tak mungkin baginya, bergabung satu ranjang dengan lelaki yang tidak memiliki ikatan sah, dia juga tak ingin kejadian bertahun-tahun lalu, terulang kembali.

Untuk itu, Reina mengambil selimut cadangan di ruang Wardrobe, namun saat hendak mengambil bantal di ranjang, Ryu bangkit, dan menahan tangannya.

"Kamu mau kemana?" tanya lelaki pemilik tato naga.

"Tidur di sofa," Reina menunjuk sofa besar yang berada di dekat dinding kaca.

"Aku lelah Rei, bisakah malam ini kita tidak berdebat, aku hanya ingin tidur." pinta Ryu dengan wajah memohon.

Ingin rasanya membantah, tapi tak mungkin dilakukannya, Ini sudah malam, dan dirinya mengantuk. Akhirnya dirinya menurut, tapi selimut yang tadi dibawanya, dijadikan pembatas.

Lampu utama telah di matikan, mengandalkan lampu dari balkon kamar, sebagai penerangan.

Reina berbaring menghadap langit-langit kamar, begitu juga dengan Ryu. Keduanya diam, belum ada yang berkata.

Hingga Reina yang sudah tak tahan, memilih membuka suara. "Kapan aku dan anak-anak bisa kembali ke Indonesia?"

"Kenapa tiba-tiba tanya begitu?

"Eizen mau pulang, katanya dia bosan tidak ada teman."

"Bukankah kakaknya bisa sebagai temannya?"

"Iya memang benar, tapi Eizen mungkin bosan," Reina memberikan alasan.

"Apa ada lagi?"

Reina melirik sekilas, lelaki yang berjarak satu meter darinya. "Bisakah kamu meluangkan waktu akhir pekan depan? Untuk mengajak anak-anak, pergi keluar, mereka bosan."

Ryu terdiam sejenak, lalu berkata, "Akan aku lihat jadwalku, jadi maaf aku tak bisa langsung memberi keputusan."

1
ayudya
😂... nah ryu cari noh ustadz..., biar paham.
ayudya
😂😂😂 kasihan si reina.. gak di izin kan plng.
ayudya
aduh Thor kira² dapat jatah gak si ryu tu
Mareeta: mode maksa, kayak pertama kali, mereka gituan
total 1 replies
LISA
Wah Reina g di ijinkan utk pulg jg
Nadila Nisa
kak herma paling suka ngegantung dan bikin penasaran.. lanjut kak 🥰
Ripah Ajha
hais nanggung kali thor
Mareeta: entar malah nggak lolos sama editor
total 1 replies
ayii
ceritanya menarik....
Mareeta: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
FeVey
tuu kan firasatku bener. jangan2 hamil.
waktu itu kan masa subur reina? /Whimper/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
LISA
Reina sabar y..pelan² lehermu masih belum sembuh lukanya
ayudya
up nya lama ya Thor, semangat wae lah.
Mareeta: bentar lagi di kerjain, semoga nggak sampai malam udah up
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya kak, keren karyamu🥰
Nadila Nisa
hadir kak.. karya yg selalu ditunggu2
semangat 💪🏻👍🏻🥰🥰
beybi T.Halim
ceritanya bagus...,cuma up nya gak tentu .,semoga setelah ini Rheina bs mengerti dan memahami klo Ryu benar2 mau bertanggung jawab 👍
ayudya
ayo lah rei sekali² dengar lah kata papa nya anak² kamu biar gak di ganggu lagi.
ayudya
kk nya ryu ada urusan apa sama Reina, mass sama adik sendiri selalu ikut campur.
ayudya
REI keras kepala sekali jangan gitu lah.
ayudya
mengalah demi anak gak apa² toh ryu orang bertanggung jawab.
ayudya
ryu tu serius orang cuma Reina takut aja mengingat bagaimana kk nya ryu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!