Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Hendra sekarang di penjara"
"Di penjara? Kenapa? Apa dia melakukan tindakan kejahatan?"
"Loli yang melaporkannya, soal Hendra yang sengaja mendorong Loli sampai dia masuk rumah sakit waktu itu. Hendra sudah berapa minggu berada di penjara, aku baru tau malam ini makanya gak sabar ngasih tau kamu karena aku yakin kamu juga belum tau"
"Benarkah dia di penjara? Syukurlah kalau begitu, setidaknya dia mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang telah dia lakukan"
"Ohh iya, bukankah ini waktu yang sangat tepat untuk kamu, Ica?"
"Waktu yang tepat? Untuk apa?"
Anita pun menjelaskan waktu yang tepat untuk Ica menggugat cerai Hendra dan menjual semua aset yang ada di kotanya, menurut Anita lebih baik sekarang karena mumpung Hendra di dalam penjara sehingga membuat Ica bebas bergerak.
Ica terdiam memikirkan apa yang di katakan oleh sahabatnya itu, setelah beberapa saat berpikir Ica pun membenarkan juga apa yang di katakan oleh sahabatnya itu, akhirnya Ica meminta sahabatnya untuk menawarkan semua asetnya yang di sana.
Seperti rumah, beberapa ruko, mobil pajero dan motor matic yang masih berada di dalam garasi di rumahnya. Ica juga akan secepatnya menggugat cerai Hendra, agar statusnya jelas dan tak membuat orang berpikir negatif tentang dirinya.
"Iya, itu soal yang sangat gampang. Nanti kamu kesini tinggal ketemu sama calon pembeli saja sekalian menunggu waktu sidang perceraian mu, aku akan urus semuanya"
"Terima kasih, Anita. Entah ini yang ke berapa kali kamu membantumu, aku benar-benar beruntung memiliki sahabat sepertimu"
"Hey, Ica. Baskom ku sudah penuh dengan ucapan terima kasih mu, apa tidak ada kata lain yang kamu ucapkan selain kata itu?"
Anita terlihat protes tapi sebenarnya itu hanya sekedar candaan saja, Ica yang mendengar ucapan Anita justru di tanggapi dengan tertawa kecil. Setelah cukup lama mengobrol dan kebetulan sudah malam, sambungan telepon pun berakhir.
Berapa hari kemudian......
Saat ini Mamanya Hendra membesuk putra kesayangannya itu, Mamanya mengabari bahwa Loli masuk rumah sakit. Mendengar itu tentu saja membuat Hendra khawatir, bukan khawatir akan keadaan Loli dan bayinya.
Melainkan khawatir dengan diri sendiri, Hendra takut gara-gara Loli masuk rumah sakit. Kedua orang tua Loli semakin menuntut Hendra, sehingga membuat Hendra akan semakin lama mendekam di balik jeruji besi.
Mamanya Hendra mengatakan Loli masuk rumah sakit karena bawaan bayi, dengan penuh umpatan Mamanya Hendra menghina Loli wanita kualat dan sok-sok'an ingin membesarkan anak sendiri tanpa putra kesayangan.
"Ma, sudahlah jangan mengumpat. Bikin kepalaku pusing saja, kalau datang kesini cuma mau mengumpat lebih baik mama pulang saja. Jangan membuat hidupku semakin runyam saja"
"Ngomong apa kamu, Hendra. Mamamu ini benar dan ini kesempatan emas buat kamu membujuk Loli dan orang tuanya, kamu minta dispensasi waktu berapa jam temui Loli kalau saja hatinya tersentuh"
Isi kepala Mamanya Hendra penuh dengan ide licik untuk menarik simpati Loli, sampai kapan pun dirinya tidak akan membiarkan putra kesayangannya terlalu lama tidur di lantai penjara. Setiap ada celah, akan di manfaatkannya demi putra kesayangannya.
"Hendra, ada yang ingin menjenguk kamu. Silahkan Mbak, langsung saja" ujar Petugas Polisi menyuruh Ica untuk masuk ke ruang besuk
"Ica"
"Kamu, ngapain kesini?"
Mamanya Hendra bertanya dengan nada suara terdengar tak suka, hatinya sampai detik ini masih dongkol. Mengingat sikap Ica yang seenak jidat meninggalkan putranya, belum lagi semua aset penting hasil kerja keras putranya di bawa.
"Jenguk Mas Hendra dong, Ma. Masa mau beli ikan teri" ujar Ica dengan tawa meledak
Hendra meminta Mamanya untuk meninggalkan dirinya dan Ica berdua saja, namun Mamanya tak mau karena ingin mendengar Ica mau berbicara apa dan Mamanya yakin pasti saat ini Ica sangat bahagia di atas penderitaan putranya.
Hendra memohon pada Mamanya untuk tidak memperkeruh suasana saat ini, justru Hendra meminta Mamanya untuk melakukan ide mereka tadi yaitu menemui Loli di rumah sakit dengan membawakan buah sekalian mau membujuk Loli.
"Baiklah, padahal Mama ingin sekali mendengar apa yang mau di katakan istri durhaka ini"
"Siapa yang durhaka, Ma? Salah deh, Ma. Bukan istri durhaka, tapi suami dan mertua durhaka"
"Kamu yang durhaka"
"Ma....." bentak Hendra lalu menyuruh Mamanya keluar
Dengan wajah geram dan menahan emosi, Mamanya Hendra keluar dari ruang besuk. Mulutnya tak henti-henti mengumpat, sumpah serapah dirinya ucapkan untuk Ica. Padahal jelas-jelas bukan Ica yang salah, tapi tetap menyalahkan orang lain.
Justru malah membenarkan perbuatan putra kesayangannya itu, sikap Mamanya ini lah yang membuat Hendra menjadi pria tak bertanggung jawab. Merasa dirinya bisa melakukan apapun, sehingga lupa nilai dan norma yang harus di jalankan.
"Akhirnya kamu mau menemui aku, Ica"
"Tentu, mungkin beberapa minggu ke depan juga kita akan sering bertemu"
"Maksudnya kamu mau kembali padaku, Ica? Syukurlah, aku memang sangat membutuhkanmu dalam kondisi tertekan seperti ini. Nanti kalau kamu berkunjung sekali lagi, ajak Mentari dan Senja juga aku kangen mereka"
"Hahaha, lucu-lucu. Mana mungkin aku akan kembali padamu, sepertinya kamu kebanyakan minum air kran sehingga otakmu jadi dangkal"
Hendra terdiam atas ucapan Ica, dirinya bingung apa yang sebenarnya Ica ucapkan. Ica yang paham dengan ekspresi Hendra segera menyodorkan sebuah amplop berisi sebuah surat, mata Hendra melotot membaca amplop bagian depan.
Kemudian Hendra membuka isi amplop tersebut, lalu membaca satu persatu kalimat yang ada. Dadanya bergemuruh hebat bagaikan angin di derasnya, matanya menatap intens wanita di depannya yang sudah lama menemaninya.
"Ka--Kamu menggugat cerai aku, Ica?"
"Iya, betul sekali. Beberapa minggu ke depan kita akan sering bertemu di meja pengadilan, keren bukan?"
"Gak, aku gak mau bercerai. Pikirkan lagi Ica, kasihan anak-anak kita. Jangan melakukan sesuatu dalam keadaan emosi, kamu akan menyesal nantinya. Jadi jangan egois, pikirkan sekali lagi"
"Dasar pria otak dangkal, kamu yang egois sudah menyakiti anak-anak kita. Masih belum sadar juga dan ingat ku tidak akan menyesal, Mas" ucap Ica lalu beranjak dari duduk dan pergi
"Ica tunggu...... Ica" teriak Hendra namun tak di hiraukan Ica sama sekali
Ica tentu sangat puas mengambil jalur perpisahan, sementara Hendra hanya bisa menjambak rambutnya sendiri. Dirinya berteriak kesal mengekpresikan perasaannya yang hancur, hidupnya benar-benar berubah 180 derajat.
Hendra harus kehilangan wanita yang di cintainya dan dua anak sekaligus, jalur yang salah memang bisa menjerumuskan. saat ini Hendra menanggung segala konsekuensi dari perbuatannya, kini hidup Hendra hancur dan kehilangan orang berharga dalam hidupnya.