Ellen merencanakan misi besar untuk menghancurkan pernikahan Freya dan Draco.
Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKM BAB 32 - Anggunly
Draco sebenarnya tidak peduli dengan tangisan Freya apalagi tentang kecemasan perempuan itu mengenai kehamilan. Justru dia memikirkan Ellen yang nekat menciumnya di depan umum.
Tapi, supaya dia terlihat peduli pada istrinya, Draco memeluk Freya dan mengelus punggung perempuan itu.
"Kembalilah ke kamarmu, aku nanti akan menyusul," ucap Draco berusaha membujuk.
"Aku memberikan bunga kemenangan pada perempuan itu supaya dia cepat pergi!"
Freya sedikit terhibur mendengarnya, dia membalas pelukan Draco dan mencoba percaya.
"Kau harus menebus semuanya saat pesta perjamuan nanti," tuntut Freya lagi.
"Hm," Draco hanya berdehem dan segera melepas pelukannya.
Di sisi lain, Rara yang sebelumnya dipanggil Kerel, datang menemui lelaki itu untuk membantu Kerel mengobati lukanya.
Rara melakukannya dengan hati-hati dan Kerel terus memandangi wajah gadis itu dengan sesekali mengaduh kesakitan.
"Sudah selesai, Tuan. Saya permisi," pamit Rara saat selesai.
"Kenapa buru-buru!" Kerel menahan tangan Rara dan menariknya sampai tubuh kurus gadis itu terhuyung ke arahnya.
Rara menggerutu sebal karena Kerel selalu semaunya sendiri selain dia takut pada Agatha, dia juga mencemaskan Ellen.
"Lepaskan saya, Tuan. Saya harus memeriksa keadaan," ucap Rara seraya mendorong dada Kerel.
"Keadaan apa?" tanya Kerel yang tidak mau melepas Rara begitu saja.
"Nona Ellen ditahan di penjara bawah tanah," ungkap Rara.
Kerel jadi melupakan Ellen karena sibuk menggoda Rara, lagi-lagi dia harus melepas gadis itu. Kerel mengambil bajunya kemudian berdiri karena ingin pergi menemui Draco.
"Biar aku yang mengurusnya!" ucap Kerel kemudian.
...***...
Di penjara bawah tanah, Ellen merasa cemas bukan karena dia yang di tahan tapi karena dia tidak tersambung dengan Ruzel lagi.
Apalagi dia sempat mendengar teriakan bocah itu.
"Apa yang terjadi padamu, Kid?" gumamnya.
Tak lama, Ellen mendengar langkah kaki mendekat padanya.
"Buka selnya!" suara bariton itu memberi perintah.
Dan sel Ellen pun terbuka, sesosok laki-laki paruh baya menyembul masuk.
"Dante!?" geram Ellen.
Dante meminta semua penjaga pergi supaya dia bisa berbicara berdua dengan Ellen.
"Ternyata nyalimu cukup kuat!" komentar Dante seraya berjongkok.
Tangannya terulur untuk meraih dagu Ellen. "Seharusnya aku membuat kecelakaan itu lebih parah supaya kau mati di tempat, keberadaanmu merusak semua rencana!"
Tanpa Dante duga, Ellen dengan berani meludahi wajahnya.
"Jangan berani menyentuhku! Aku tidak mau disentuh oleh tanganmu yang kotor itu!" teriak Ellen.
Dante berdiri lalu menendang Ellen di perut perempuan itu berulang kali.
"Kau memang perempuan sialan!" Dante mengeluarkan tenaganya dengan kuat saat tendangan terakhirnya.
Ellen terbatuk-batuk, dia tidak bisa melawan atau menghindar karena tangan dan kakinya yang diikat.
"Akan aku pastikan, kau mati hari ini!" ucap Dante seraya memanggil Eros supaya mengeksekusi Ellen sekarang juga.
Eros datang dengan beberapa pengawalnya, dia masuk ke dalam sel dan bergabung bersama Dante.
"Habisi wanita ini karena dia berani merendahkan posisi Queen kita!" perintah Dante.
Eros mengangguk, dia meminta salah satu pengawal membuka rantai yang membelenggu Ellen.
"Penggal kepalanya supaya semua orang tahu bagaimana nasib wanita yang berani menggoda King kita," sambung Dante.
Bukannya menurut, Eros justru mendekati Ellen dan memberikan gadis itu sebuah pistol.
"Kau ingin kepalamu dipenggal atau melawan?" tanya Eros yang sudah menentukan pilihannya.
Ellen berseringai seraya mengambil pistol itu, dia langsung mengarahkan pistolnya pada kepala Dante. "Tentu saja melawan dengan anggunly!"