Revenge : Istri Nakal Tuan Keyvan

Nayya kembali ke ruangan Keyvan dan melihat Jeremy yang ada di sana. Dia sempat terdiam, namun kemudian ia langsung duduk di kursinya dan mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai.

"Kau boleh pergi," seru Keyvan

''Baik tuan." Jeremy keluar dari ruangan tersebut dan meninggalkan Keyvan dan Nayya di sana.

Melihat Jeremy yang menghilang di balik pintu, Keyvan beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Nayya. "Aku sudah bilang, bukan? Jika aku akan mencari bukti tentang keluargaku. Dan ini ... " Keyvan memperlihatkan dokumen di tangannya dan berkata, "semua ada di sini." Ia meletakkan dokumen dan flashdisk di depan Nayya yang masih terdiam.

"Kau bisa melihatnya sekarang. Setelah itu, aku ingin tahu bagaimana pendapatmu? Apa kau akan menyangkalnya atau menerima fakta jika ibumu yang bersalah."

Deg

Tiba-tiba tubuh Nayya menegang. Tidak disangka Keyvan akan begitu cepat menemukan bukti yang akan di berikan padanya demi membersihkan nama baik keluarga Dirgantara.

"Selamat menyaksikan." Setelah mengatakan hal itu, Keyvan keluar dari ruangannya untuk memberi waktu pada Nayya.

Biarlah wanita itu melihat dengan leluasa, bukti-bukti yang ia dapatkan. Ia ingin tahu, apa yang akan wanita itu lakukan setelah melihat semuanya?

Sementara Keyvan pergi, Nayya terlihat mematung, menatap dokumen dan Flashdisk yang ada di depan matanya. Entah kenapa tiba-tiba tubuhnya menegang dan jantungnya berdetak kencang.

Perlahan tangannya terangkat dan mulai membuka dokumen tersebut. Dia melebarkan kedua matanya sempurna menemukan fakta jika selama ini ia telah dibuang oleh ibunya.

"Ti-tidak, ini tidak mungkin," lirih Nayya.

Ya, dokumen tersebut berisi bukti pernikahan Fiona dengan Budi Wibowo. Di sana tertera tanggal pernikahan mereka dan juga tanggal mereka bercerai.

Tidak hanya itu, satu bulan setelah mereka bercerai, Fiona kembali menikah dengan keluarga Prakasa. Tapi lagi-lagi pernikahan mereka tidak berlangsung lama dan berakhir dengan perceraian.

Dari situ, Nayya mulai membandingkan perceraian kedua orang tuanya terjadi tepat setelah kelahirannya di dunia. Sejak saat itu, ia tidak pernah bertemu dengan sang ibu hingga ia berusia -+4 tahun. Ayahnya juga tidak pernah menyinggung soal Fiona. Dan jika ia bertanya tentang sang ibu, ayahnya selalu bilang jika ibunya pergi meninggalkan mereka.

"A-apa ibu meninggalkan ku demi menikah dengan pria lain?" lirihnya. Dia mulai beralih pada Flashdisk di dekatnya.

Dengan tangan gemetar, ia mulai memasukkan flashdisk tersebut pada laptopnya dan membuka file yang di duga berisi bukti yang Keyvan maksud.

Dan betapa hancur hati Nayya, melihat berita-berita tentang ibunya di sosial media. Dia membaca satu persatu berita tersebut dengan air mata yang mulai menetes.

"Ti-tidak, I-ini tidak mungkin. Tidak!!" Nayya mulai histeris dan membanting laptopnya hingga hancur. Dia menangis, melihat berita tentang skandal ibunya di masa lalu.

Berita-berita itu, berbanding terbalik dengan apa yang ibunya katakan padanya selama ini. Dan dengan bodohnya ia percaya begitu saja jika selama ini ibunya pergi untuk meraih cita-citanya. Dan yang menyebabkan keduanya bercerai adalah Keluarga Dirgantara.

"TIDAK!!" teriak Nayya. Dia menangis sejadi-jadinya, melihat fakta yang baru saja ia lihat. Tapi kemudian, ia terdiam karena teringat sesuatu. "Om Jerry," gumamnya. dia menghapus air matanya dan membawa dokumen tersebut, pergi menemui Jerry.

Dia ingin tahu apakah semua yang bertulis di dokumen itu benar adanya karena Jerry adalah salah satu keluarga Prakasa.

Nayya berjalan cepat dengan kedua mata yang memerah. Dia tidak peduli dengan tatapan karyawan lain yang terheran melihatnya.

"Aku harap kau memberikan jawaban yang memuaskan, Om Jerry," batin Nayya.

Sementara itu, Keyvan berdiri menatap keluar jendela besar yang ada di ruang rapat bersama Jeremy yang baru saja melapor jika Nayya pergi dari perusahaan.

"Sepertinya dia akan pergi menemui pria itu," seru Keyvan. "Ikuti dia! Aku takut, pria itu akan melakukan sesuatu pada Nayya," perintah Keyvan.

"Baik tuan."

...****************...

Nayya berusaha untuk tenang. Dia menghapus air matanya dan menghela nafas panjang. "Hari ini juga, aku harus tahu kebenarannya dari om Jerry," batin Nayya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, taksi yang Nayya tumpangi sampai di depan rumah Jerry. Dia turun dari taksi tersebut dan menatap rumah yang sudah lama tidak ia kunjungi.

Tok Tok Tok

Tangannya mulai mengetuk pintu dan tidak berapa lama, pintu terbuka dan terlihat Jerry di depannya.

"Kau? Ada apa kau datang kemari?" tanya Jerry

"Ada yang ingin aku tanyakan padamu, Om," seru Nayya.

Tubuh Jerry menegang. Dia mulai was-was jika hal itu menyangkut pembicaraan mereka tadi di telepon. "Jangan-jangan, Keyvan sudah mendapatkan bukti tersebut," batin Jerry.

"Ada apa Om?" tanya Nayya.

"Ti-tidak ada, ayo silahkan masuk!"

Nayya mengangguk pelan dan masuk ke rumah tersebut. Dia duduk di sofa sambil meletakkan dokumen yang ia bawa di depan Jerry. "Apa semua ini benar-benar, Om?" tanya Nayya

Jerry mulai menegang. Dengan perlahan, ia membuka dokumen tersebut dan membacanya dengan seksama. Namun ia mengkerutkan keningnya sebagai respons setelah membaca isi dari dokumen tersebut.

"Hanya ini?" tanyanya

"Maksud Om?"

"Ma-maksud ku, kau dapat ini dari mana? Apa dari Keyvan? Apa ini bukti yang ia dapatkan?" tanya Jerry yang di jawab anggukan oleh Nayya.

Melihat hal itu, Jerry justru tertawa keras. "Apa dia pikir dengan informasi ini bisa membuktikan jika keluarganya tidak bersalah. Lucu sekali," ucapnya.

"Iya, dia sangat lucu. Jadi, apa semua itu benar?" tanya Nayya.

"Iya, itu memang benar. Ibu dan ayah kandungmu sudah bercerai dan tidak lama setelahnya, ibumu menikah dengan Uncle Lucky. Itu sebabnya, walaupun kita tidak ada ikatan darah, tapi kau masih keluarga Prakasa," seru Jerry.

"Jadi, semua itu benar?" tanya Nayya lagi untuk memastikan. Dan Jerry menjawabnya dengan tegas jika apa yang tertulis di sana adalah benar.

"Tapi walaupun begitu, semua itu tidak bisa membuktikan jika Keluarga mereka tidak bersalah, bukan?" tanya Jerry.

Nayya tidak menjawab. Memang jika dilihat sekilas, semua itu tidak ada hubungannya dengan keluarga Dirgantara. Tapi yang membuatnya sedih adalah fakta jika ibunya membuangnya sejak masih bayi.

Dari situ, ia mulai ragu dengan setiap ucapan yang ibunya katakan padanya dulu.

"Aina, dengarkan ibu!! Mereka itu orang jahat. Mereka yang sudah membuat ayah dan ibu berpisah . Mereka juga yang sudah membuat ibu seperti ini. Kau lihat sendiri kan, ayahmu membenci ibu, orang-orang menghina ibu dan lihat penampilan ibu!! Semua ini gara-gara keluarga mereka. Jika bukan karena mereka, kita pasti bisa bersama dan hidup bahagian."

Nayya teringat ucapan ibunya yang membuatnya percaya jika yang membuat ia tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu adalah Keluarga Dirgantara. Tapi sekarang?

Ini benar-benar menyakitkan.

"Aku harap kau tidak termakan omongan mereka, Nayya. Bagaimanapun juga, mereka yang sudah membunuh ibumu, jadi kau harus balas dendam. Bukankah, itu permintaan terakhir ibumu?"

Nayya refleks menatap Jerry dengan kedua mata yang berembun. Lagi-lagi Jerry mengingatkannya tentang kebohongan sang ibu.

"Ya, kau benar, Om. Aku ingat sekarang." Nayya meraih dokumen tersebut dan pergi begitu saja.

Dia mulai ingat di saat ibunya meninggal. Saat itu, ia tahu jika ibunya bersalah, tapi ia seolah menutup mata dan justru menyalahkan keluarga Keyvan.

"Aku sangat bodoh karena percaya ucapan kalian. Aku benar-benar bodoh," batin Nayya