NovelToon NovelToon
Annaisha

Annaisha

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:890
Nilai: 5
Nama Author: -Nul

Annaisha: Rumah Penuh Hangat" adalah sebuah kisah menyentuh tentang cinta dan kekuatan keluarga. Putra dan Syifa adalah pasangan yang penuh kasih sayang, berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anak mereka, Anna dan Kevin. Anna, yang mengidap autisme, menjadi pusat perhatian dan kasih sayang dalam keluarga ini.

Melalui momen-momen sederhana namun penuh makna, novel ini menggambarkan perjuangan dan kebahagiaan dalam merawat anak berkebutuhan khusus. Dengan cinta yang tak kenal lelah, keluarga ini menghadapi tantangan sehari-hari dan menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan keluarga dan betapa kuatnya cinta dalam mengatasi segala rintangan. Bersiaplah untuk terhanyut dalam kisah yang mengharukan dan penuh kehangatan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon -Nul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Dari Ayah, Untuk Anna

Matahari pagi itu, terasa lebih terik dari biasanya. Dersik angin mengalun merdu, membawa asa jutaan orang yang dilangitkan dengan penuh risau. Kicauan burung kecil menambah kesan penuh renjana pada Putra yang kini tengah termenung di area kolam rumahnya.

Tempat itu, tempat yang merenggut nyawa putrinya beberapa waktu lalu. Seharusnya Putra bisa saja pindah dari rumah itu, namun masih ia tunda. Putra masih menikmati rasa sakit dari rindu, ataupun perbuatan Syifa yang membuatnya begitu terluka.

Putra, sejak itu, tinggal di rumah hanya dengan bersama Kevin, terikat pada kursi roda dan memandangi dunia dengan mata yang penuh rasa sesal. Dia mencoba memaafkan Syifa dengan tulus, tetapi luka di hatinya terlalu dalam untuk semudah itu.

Suara Kevin dari ruang tengah membuyarkan lamunannya. Anak lelaki dengan kemeja putih itu tampak begitu tampan. Ia tidak sendirian, Lin ada bersamanya dengan menenteng sebuah tas kecil milik Kevin.

Mendekat pada sang Ayah, Kevin langsung memberikan peluk tanpa kata. Sorot hangat itu memandang Putra dengan penuh rasa kagum. Dibalik puing-puing kesedihan yang tak ia tahu berasal dari mana, setidaknya Kevin masih punya sang Ayah yang akan menemaninya sampai kapanpun.

Begitulah janji Putra kepadanya.

"Ayah, udah janji kan mau bawa Kevin ke rumah kak Anna setelah pulang sekolah? Ayo, kita berangkat sekarang," ajak Kevin sembari menarik jemari sang Ayah.

Putra menatap Lin untuk meminta pendapat, namun tentu Lin menyuruh Putra untuk menuruti permintaan sang anak. "Okay, Ayah tepati janji Ayah. Sekarang, kamu ganti baju dan makan dulu. Setelah itu kita pergi ya?" ucap Putra menginteruksi. Kevin mengangguk kecil, kemudian berlari pergi ke kamarnya untuk berganti baju sesuai dengan permintaan Putra.

"Mas, nggak papa mau ke sana sekarang?" tanya Lin sedikit khawatir. Pasalnya semenjak hari dimana Anna dimakamkan, Putra sama sekali belum mendatangi makamnya lagi sejak saat itu.

Lin hanya khawatir bahwa Putra akan kembali bersedih. Ia memang senang bahwa Syifa mendapat hukuman sesuai dengan peraturan yang ada, walau mengorbankan salah satu kebahagiaan Putra, dan membuat lelaki itu berubah sikap selama beberapa waktu.

Meski begitu, duka yang Putra rasakan, tak sebanding dengan rasa tanggung jawabnya sebagai orang tua tunggal bagi Kevin. Ia sadar ia tak boleh berlarut-larut, masih ada Kevin yang selalu menunggunya untuk pulang.

"Lin, aku udah nggak papa. Aku malah yang merasa bersalah karena tidak menemui Anna lagi setelah hari itu," balas Putra dengan senyuman kecil.

Lin mengangguk patuh, memang sudah saatnya Putra mulai berdamai dengan keadaan, supaya bisa lekas pulih. "Kalau begitu, biar Lin yang antar ya mas?"

🪐✨️🌙

Pemakaman hari itu terasa lebih sepi dari biasanya. Gemericik air hujan yang turun, membasuh jalanan dengan semerbak harum yang khas. Setiap tetesnya seakan menghapus derita seorang lelaki yang kini tengah menerobos hujan.

Dibelakangnya, Lin dan Kevin mendorong Putra menuju makam Anna yang masih terlihat basah. Bunga-bunga yang ada diatasnya perlahan layu, menandakan leburnya segala sesak dalam jiwanya.

Kevin beralih ke sebelah makam sang kakak, menaburkan mawar merah segar yang baru ia beli dalam perjalanan kemari.

Putra masih termenung, seharusnya yang ia berikan pada Anna hari ini adalah mainan kesukaannya, bukan kelopak bunga mawar merah yang juga kerap diartikan sebagai tanda perpisahan.

"Kak Anna, Kevin datang lagi," ucap Kevin sembari mengusap lembut nisan Anna yang basah sebab rintik hujan. Tangannya menggenggam sebuah keranjang kecil, tempat ia menaruh bunga mawar tadi. "Hari ini, Kevin datang bareng Ayah. Ada Tante Lin juga, tapi Bunda nggak bisa datang," sambung anak lelaki itu membuat Lin menoleh ke arah sang kakak. Memastikan lelaki itu baik-baik saja saat Kevin kembali menyebut nama itu.

Untung saja, Kevin tak pernah bertanya dimana sang Bunda berada selama ini. Biarlah ia tahu seiring berjalannya waktu, dan Kevin bisa lebih dewasa saat menerima kenyataannya.

Putra ikut mendekat, dengan susah payah tangannya berusaha menggapai nisan Anna. Ada setitik penyesalan dalam hatinya, bahwa ia tak ikut andil dalam pemakaman sang anak.

"Anna, gimana kabar kamu di sana? Putri Ayah bahagia kan? Sekarang Anna udah nggak sakit lagi," gumam lelaki itu dengan senyum getir yang mengembang di pipinya.

Sebentar lagi, kamu juga akan bertemu Bundamu, Anna.

"Anna, Ayah harap kamu bisa memaafkan Bunda ya? Bukan berarti ketika Bunda memutuskan untuk mencelakaimu, dia tidak sayang. Kamu masih anak Bunda, dan dia masih sangat mencintai kamu," sambungnya dengan nada bergetar.

Lin hanya berdiri tanpa sepatah kata. Ditatapnya makam Anna yang kini terlihat cantik dengan taburan bunga mawar. Lin juga berjanji akan selalu membawakan bunga-bunga cantik seperti kesukaan Anna dulu. Karena itu yang hanya bisa ia berikan kepada anak perempuan itu.

"Udah nggak kangen kan sama Kak Anna?" tanya Putra pada si bungsu. Kevin mengangguk guna menanggapi, kemudian berdiri setelah dirasa ia sudah merasa lelah.

"Kevin, kita ke mobil duluan yuk! Hujannya tambah deras," ajak Lin. Memberi ruang bagi Putra untuk menghabiskan waktu berdua dengan anaknya—makam cantik itu.

Sepeninggal Lin dan Kevin, yang tersisa hanyalah keheningan dari hari yang akan beranjak malam. Putra meraih sesuatu di sakunya, sebuah kalung dengan liontin bunga mawar yang sudah ia persiapkan jauh sebelum hari ulang tahun Anna. Namun, bagaimana caranya ia bisa merayakan, padahal raga kesayangannya sudah tak bisa ia genggam?

Putra pun masih belum mengerti.

"Anna, cantik sekali kan kalungnya? Ayah masih bisa mendengar suara tawa senang kamu, seandainya kamu menerima hadiah dari Ayah. Anna, maaf ya kalau Ayah belum bisa menjadi Ayah yang baik. Kalau di kehidupan selanjutnya kita bisa bertemu, Ayah tidak ingin menjadi orang tua kamu. Biarlah kamu bahagia, tanpa ada Ayah di dalamnya." Putra kembali menyimpan liontin itu dalam saku. Dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling makam yang sepi tanpa ada seorangpun di sana.

Sejak pertemuannya terakhir kali dengan sang istri, Putra tak lagi mendengar kabarnya. Bukannya ia tak merindukan wanita itu, hanya saja ia belum siap.

Mungkin suatu saat nanti, satu-satunya kabar yang akan diberikan Syifa, adalah perihal kematiannya.

"Anna, Ayah pamit pulang dulu ya? Kamu pasti selalu nemenin Ayah dari sana, kan? Ayah janji akan sering ke sini untuk membacakan dongeng kesukaan kamu lagi," pamit Putra sembari menatap kosong gundukan tanah itu.

"Ayah tidak akan pernah melupakan kamu. Selamanya, kamu akan menjadi anak perempuan Ayah yang selalu Ayah banggakan. Terima kasih ya sudah mengizinkan Ayah untuk menjadi orang tua kamu, walau hanya untuk beberapa waktu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!