"Pergi kamu! Jangan pernah datang ke sini lagi! Bapak dan ibuku bukanlah bapak dan ibu kamu!" usir kakak sulungku yang ucapannya bagaikan belati menusuk hati, tapi tidak berdarah.
Kakak kandungku mengusir aku yang datang menemui bapak dan ibu kandungku, tapi bapak dan ibuku hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Inilah kisahku. Kisah seorang gadis yang terjebak dalam konflik keluarga. Memaksa diriku yang masih kecil berpikir dewasa sebelum waktunya.
Aku berusaha menjalani hidup sebaik yang aku bisa dan melakukan apapun semampuku. Selalu berusaha berpikir positif dalam setiap masalah yang menderaku. Berjuang keras menahan semua penderitaan dalam hidupku. Berusaha tetap tegar meskipun semua yang aku hadapi tidak lah mudah.
Bagaimana caraku, menghadapi kemelut dalam keluargaku yang berpengaruh besar dalam hidupku?
Yuk, ikuti ceritaku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Angin Apa?
Mendengar pertanyaan dari Yoga, Zayn pun menyunggingkan senyuman. Aku sangat penasaran menunggu jawaban dari Zayn. Yoga, Cempaka dan Ari juga nampak penasaran menunggu jawaban dari Zayn, terutama Khaira yang merupakan orang yang bersangkutan.
"Kalian tahu nggak, bedanya ikan sama Khaira? Kalau ikan nggak bisa hidup tanpa air, kalau aku nggak bisa hidup tanpa Khaira. Khaira itu menakutkan, karena selalu bikin aku merasa takut kehilangan. Khaira seperti lempeng bumi, bergeser sedikit saja sudah menggoncang hatiku," ucap Zayn menggenggam jemari tangan Khaira dan menatap Khaira dengan tatapan penuh cinta.
"Ciee..ciee..ciee.." sorak Cempaka.
"Klepek-klepek, bet," ucap Yoga.
"Rayuan maut njiirr..." celetuk Ari.
"Duh, aku baper," cetus ku seraya memegang kedua pipiku sendiri.
"Apaan, sih! Gombal!" cetus Khaira memalingkan wajahnya dari Zayn dan dari kami semua dengan pipi yang memerah karena gombalan Zayn dan sorak sorai dari kami.
Aku yang enggak digombali, cuma lihat dan dengar dengan mata dan kepala, eh, salah.. Cuma denger dan lihat dengan mata dan kepalaku sendiri ada orang digombali aja bikin aku baper setengah hidup, eh, setengah mati maksudnya. He..he..he..,
Lalu apa kabar dengan Khaira, orang yang bersangkutan? Kalau aku jadi Khaira, hatiku pasti sudah kayak coklat batangan dimasukkan air mendidih. Langsung lumer, meleleh, mencair.
Jantung ku pasti sudah nggak aman, jedak jeduk, jungkir balik jumpalitan nggak karuan. Klepek-klepek kayak ayam di sembelih. Ha..ha..ha..
"Cup"
Tiba-tiba secara Zayn mengecup pipi Khaira di depan kami semua. Zayn nampak sangat gemas melihat pipi Khaira yang memerah.
Khaira yang mendapatkan kecupan dadakan itu pun membulatkan matanya. Mungkin ia tidak menyangka Zayn akan melakukannya. Dan ini adalah kali pertama kami melihat Zayn mencium Khaira.
Sedangkan aku sampai melongo melihat Zayn yang mencium pipi Khaira di depan mata ku. Sepertinya Zayn benar-benar kasmaran pada Khaira.
Astogee.. Apalagi ini? Adegan 21+? Ah, ya, amplop, eh, ya, ampun.. Khaira yang dicium, kenapa aku yang melongo kayak kebo, dan jadi patung?
"Woahh..udah main cium-ciuman," celetuk Yoga dengan mata yang masih tertuju pada sepasang kekasih itu.
"Gas pol, bro!" celetuk Ari terkekeh kecil.
"Zayn!" pekik Khaira sesaat setelah sadar dari terkejutnya, karena mendengar perkataan Yoga dan Ari. Gadis itu memukul dada Zayn dengan kedua tangannya.
"Sorry! Aku khilaf," ucap Zayn yang malah memeluk Khaira mengulum senyum.
Khaira juga malah menyembunyikan wajahnya di dada bidang Zayn. Sepertinya Khaira merasa malu pada kami.
"CK..CK...CK...pintar sekali memanfaatkan dan mengambil kesempatan," decak Ari geleng-geleng kepala, karena setelah mencium, Zayn dapat memeluk pula.
"Kayaknya Zayn punya kelainan GEN deh. Soalnya kalau deket sama Khaira bawaannya GENit," cetus Yoga tersenyum tipis.
"Khaira kayak pesulap. Karena setiap kali Zayn melihat Khaira, di mata Zayn semua orang menghilang," timpal Cempaka.
"Dua orang ini benar-benar sudah kena virus cinta stadium akhir," celetuk ku seraya menggelengkan kepala pelan.
"Aku nggak nyangka, di luar sekolah mereka kayak gini?" gumam Ari yang nampak masih tidak percaya dengan apa yang di lihat dan di dengarnya sore ini.
"Itu sudah biasa," sahut Yoga enteng.
"Eh, tapi... pemuda yang bersama Khaira di kafe itu..ada hubungan apa kamu sama pemuda itu, Ra?" tanya Ari yang mungkin teringat dengan foto yang heboh di kelas waktu itu.
"Tentu saja pacaran," sahut Yoga enteng.
"Pacaran? Tapi..sekarang kamu pacaran sama Zayn. Apa kamu sudah putus dengan pacar kamu itu, Ra?" tanya Ari menatap serius Khaira yang sudah tidak lagi dipeluk Zayn.
"Orang mesra gitu, gimana ceritanya putus?" cetus Cempaka.
"Hah?! Kalau Khaira masih belum putus sama cowok itu, berarti kamu selingkuh sama Zayn, dong? Zayn, kok, kamu mau aja dijadikan selingkuhan Khaira, sih?!" tanya Ari yang lebih terdengar seperti protes.
Zayn menghela napas panjang mendengar pertanyaan Ari. Kemudian pemuda itu mengikat poninya ke belakang dan membuka kacamatanya.
"Apa aku terlihat seperti selingkuhan Khaira?" tanya Zayn menatap Ari.
"Ka..ka..kamu.." Ari menunjuk pada Zayn dengan jari telunjuk yang bergetar dan bibir yang terbuka. Ari seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Zayn yang cupu menjadi seorang pemuda yang rupawan setelah mengikat poninya dan melepaskan kacamata besar dan tebalnya.
"Aku adalah cowok yang di kafe itu," sahut Zayn tersenyum tipis.
"Ka..kamu menyamar?" tanya Ari dengan tatapan tidak percaya.
Zayn akhirnya menceritakan kepada Ari, kenapa dirinya berpenampilan cupu. Ari mendengarkan cerita Zayn dengan mata yang masih tak berkedip menatap Zayn. Ari mungkin belum percaya, kalau ternyata Zayn menyembunyikan wajahnya yang begitu rupawan.
"Begitu ternyata. Aku benar-benar tidak menyangka kamu sangat tampan. Dan kalian, sejak kapan kalian tahu wajah asli Zayn?" tanya Ari seraya menatap Yoga, Cempaka, dan aku secara bergantian.
"Setelah mereka jadian. Khaira juga baru tahu wajah asli Zayn setelah mereka jadian," jelas Yoga.
"Ternyata selama ini kalian menyimpan rahasia," ucap Ari yang hari ini mendapatkan kejutan besar.
Seperti yang dikatakan oleh Zayn, pukul lima sore, kami pun bersiap untuk pulang ke tempat tinggal kami masing-masing. Kami berjanji untuk belajar bersama lagi esok hari.
Aku mengayuh sepedaku pulang ke rumah. Meskipun dari pagi hingga sore berada di sekolah dan alun-alun kota, tapi aku tidak merasa lelah sama sekali. Aku malah merasa senang dan perutku juga kenyang karena makanan yang diberikan Zayn cukup banyak.
Tiba di rumah, aku terkejut karena melihat bapak ada di rumah. Terakhir kali kami bertemu adalah saat Kak Lena mengusir aku. Bukan aku tak mau mencari tahu dimana tempat tinggal kedua orang tua ku. Bukan pula tidak berniat untuk mengunjungi mereka. Karena apapun yang terjadi, mereka adalah orang tua kandung ku.
Namun situasi dan kondisi ku tidak mungkin untuk mencari tempat tinggal mereka. Waktu ku sudah habis untuk belajar, dan bekerja. Uang yang aku miliki pas-pasan. Aku juga nggak pernah pergi kemana-mana selain ke sekolah dan ke sawah. Tidak tahu dan tidak mengenal dunia luar. Jadi, aku tidak bisa mencari tempat tinggal kedua orang tua ku yang baru.
Entah angin apa yang membawa bapak kemari untuk menemui aku. Aku harap bukan masalah lagi. Aku sedang fokus untuk ujian akhir sekolah, aku tidak ingin pikiran ku kacau karena memikirkan masalah keluarga lagi.
Aku ingin lulus dan mencari pekerjaan agar aku bisa mandiri dan berdiri di atas kakiku sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain, apalagi mengemis bantuan pada orang lain. Termasuk pada kedua orang tua kandung ku sendiri.
Mengingat apa yang sudah terjadi sejak aku diusir Kak Lena waktu itu, jujur, aku sudah tidak mengharap apapun lagi dari kedua orang tua ku. Aku hanya berharap bapak mau menjadi waliku saat aku menikah nanti. Hanya itu.
Aku menghampiri dan mengalami, eh, menghampiri dan menyalami, lalu mencium tangan bapak dengan takzim.
Meskipun kejadian tempo hari membuat hatiku hancur. Aku masih tetap bersikap takzim pada bapak dan tidak pernah membenci bapak, karena bagaimanapun beliau adalah ayah kandung ku.
Tahukan, apa itu takzim? Takzim adalah sikap penghormatan, kepatuhan, dan penghargaan yang tulus terhadap seseorang yang dianggap memiliki kedudukan, pengetahuan, atau kelebihan tertentu.
"In, kamu tahu, 'kan, Om kamu yang kerja di bank?" tanya bapak memulai pembicaraan.
"Iya, Pak," sahutku yang tentu saja tidak akan lupa. Karena Om ku yang bekerja di bank itu adalah orang yang paling sering memberikan uang padaku.
"Kamu, 'kan, sudah mau lulus, bagaimana kalau kamu ikut kursus komputer? Nanti dibiayai sama Om kamu yang kerja jadi bendahara bank itu. Setelah lulus, kamu bakal dimasukkan sebagai pegawai bank sama Om kamu. Gimana, mau nggak?" tanya bapak menunggu jawabanku.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
trus kabarbindah yg dijodohkan dan udah nikah bagaimana ??
apa akan di lanjutkan di cerita indah yg sudah dewasa nanti ??
terimakasih author.ditunggu karya berikutnya