Pengorbanan seorang perempuan bernama Alina Bagasditya kepada lelaki yang dicintainya meski hati dan cinta lelaki itu untuk wanita lain.
Dia perempuan bodoh? Memang!
Namun demi kebahagiaan lelaki yang akhirnya menjadi suaminya, dia rela menjadi perempuan bodoh dengan membiarkan suaminya mencintai wanita lain. Baginya, ketulusan cintanya yang dianggap bodoh oleh orang lain adalah cinta sejati.
Mencintai dari balik layar, itu lah Alina.
Alina tetap bertahan meski sakit, apakah suatu hari dia dapat pergi meski itu keputusan sulit?
Kepoin aja....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Mimpi Buruk.
Mobil yang dilajukan Adrian dari perusahaan membelah jalan, baru saja beberapa menit meninggalkan perusahaan Saddam yang kelelahan nampak tertidur.
"Dasar! Apa semalaman dia bergadang?" gumam Adrian menggelengkan kepalanya melihat wajah tertidur Saddam.
Tak lama kemudian.
"ADRIAN...!!!" jerit Saddam namun mata lelaki itu masih terpejam.
"Mimpi apa dia sampe meneriakkan namaku," Adrian menepikan mobilnya, dia merasa kasihan melihat Saddam yang tertidur dengan gelisah dan ingin membangunkan. Keringat bahkan mengucur dari kening temannya itu, mengaliri wajah.
"Dam! Bangun! Kenapa teriak-teriak?" Adrian menepuk pelan wajah Saddam membangunkan nya.
"Urgh..." perlahan tapi pasti kelopak mata Saddam pun mulai terbuka, namun dia masih linglung.
"Kamu okay?"
Grep!
"Adrian! Kamu masih hidup...! Syukurlah! Alhamdulillah ya Allah!" Saddam memeluk tubuh Adrian.
"Hei, lepas! Nanti orang mengira kita pasangan se-gender!" Adrian mendorong tubuh Saddam yang memeluknya erat, isakan kecil terdengar dari bibir Saddam.
"Ya Allah, kenapa aku mimpi buruk?" Saddam melepaskan pelukannya dari Adrian, dia mengusap bulir airmatanya.
"Mimpi apa sih? Kamu tadi berteriak namaku kenceng banget."
"Astaghfirullah, aku mimpi kita kecelakaan dan kamu... ka-mu..." Saddam tak kuat meneruskan kata-katanya.
"Aku meninggal?"
Saddam menghembuskan nafas nya lalu mengangguk, "Iya."
Bibir Adrian tersenyum, "Jodoh dan maut adalah rahasia Allah. Kita sebagai umat-Nya nggak bisa menolak saat semua itu terjadi. Saat aku nggak ada, aku mau kamu__"
"STOP! Jangan ngomong lagi! Aku nggak mau kamu menitipkan Alina padaku! Kau harus sehat dan berumur panjang!"
"Hahahaha! Apa yang kau pikirkan? Alina adalah istriku dan dia pasti mempunyai pemikiran nya sendiri... jadi untuk apa aku menitipkan dia padamu! Lagipula, aku juga masih ingin hidup. Maksud ucapan ku tadi, jika aku nggak ada... aku mau kamu tetap meneruskan kerjasama perusahaan mu dan perusahaan Alina."
"Oh..." Saddam mengusap bulir keringat dari keningnya, dia agak malu karena salah menduga.
"Ya udah, kita lanjutkan perjalanan. Baca bismillah dulu makanya kalau mau tidur!" tegur Adrian dibalas cengengesan dari Saddam.
Mobil pun kembali melaju, kali ini Saddam terjaga sepenuhnya.
.
.
Di tempat lain, Emma sedang menerima telepon dari orang suruhan nya.
"Jadi kau tidak jadi mengotak-atik mobilnya karena Adrian datang sendiri tanpa Alina?"
"Iya Nona, tapi untung saja saya menghentikan aksi saya."
"Memangnya kenapa?"
"Kakak Anda... Tuan Saddam ternyata ikut dengan mobil Tuan Adrian saat mereka pergi dari perusahaan. Entah kemana mereka pergi, saya masih bekerja."
"Apa?!" Emma terkejut, jika benar kejahatan itu terlaksana sudah dipastikan Saddam pun akan ikut celaka. "Kerja mu bagus! Kau selalu berhati-hati. Bahkan saat ini kau selalu meng_untitt mereka dan ternyata masih belum ada yang sadar juga. Aku puas dengan kinerja mu, bahkan penusukan di cafe waktu itu kau pun berhasil lolos."
"Sekarang, apa yang harus saya lakukan lagi?"
"Lakukan seperti biasa, aku akan mencari informasi kenapa Alina tidak kerja hari ini dan tunggu instruksi baru dariku!"
"Baik, Nona."
Sambungan pun terputus.
Emma membuka tas nya, sepertinya dia harus segera mendapatkan Saddam dengan menjebak memberikan obat agar mereka berdua tidur bersama.
"Ya, sepertinya cara ini... sudah waktunya."
Emma pun segera mempersiapkan semuanya, saat Saddam pulang dia akan menjebak kakak angkatnya itu.
.
.
Di Mall, Alina dan Sherin sudah selesai berbelanja. Alina membeli sarung tangan bayi sekaligus kemeja kerja baru untuk suaminya, sementara Sherin membeli kemeja untuk Saddam.
"Lin, cocok nggak sih warna ini untuk Bang Saddam?" tanya Sherin kurang percaya diri.
"Kamu bilang itu ukuran dan warna kesukaan nya, ya pasti cocok lah... kamu jadi bikin surprise malam ini buat Saddam?"
"Iya, kan hari ini dia ulang tahun. Kayaknya dia sendiri lupa deh..." Sherin tersenyum sumringah, dia sudah menyiapkan restoran untuk acara malam nanti.
"Aku udah telepon Mas Adrian tadi, katanya mereka mau ke pabrik produksi dulu baru datang kesini. Tapi rencananya... Mas Adrian akan bawa Saddam langsung ke restoran. Sebaiknya, kamu segera bersiap-siap dandan. Antar aku pulang dulu..."
"Oke, thanks ya Lin... kalian berdua mendukung ku. A-aku tau, sebenarnya Bang Saddam masih belum membuka hatinya untukku... tapi aku nggak mau menyerah. Aku akan tetap berusaha meluluhkan hati Bang Saddam, terus dukung aku ya."
"Tentu saja, peluk..." Alina merentangkan kedua tangan, keduanya pun berpelukan dengan wajah damai.
"Yuk, antar aku pulang dulu!"
"Siap, Bumil!"
Keduanya terkekeh lalu bersiap untuk pulang.
Semoga Saddam bisa membuka hatinya untukmu, Sherin.
Alina selalu mendoakan teman-teman nya, baik itu Saddam atau pun Sherin agar bisa mendapatkan kebahagiaan seperti dirinya dan Adrian.
Sherin adalah salah satu manusia yang beruntung, perempuan itu masih diberikan waktu untuk memperbaiki diri dan bertobat dari segala kejahatan nya.
_____
Nah, udah ya masih hidup Adrian nya 🤭
Biar Sherin yang lawan si Emma deh 🤣
Semangat berkarya thoorr💪🏻💪🏻💪🏻
blum halal udah di unboxing dluan
Sherin kamu amaziiiiing
Pupuklah cintamu lagi ke Adrian jgn mlah memikirkan Sadam di saat Adrian brjuang mmprthankan rmhtga kalian...
lanjuuuuttttt