NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Asri

Mengejar Cinta Asri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Poligami
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

Mengambil sebuah keputusan membuat cinta terpisah antara Sam dan Asri, adalah suatu kesalahan besar yang di lakukan Sam, saat sudah tak ada beban dalam hidupnya kini Sam berusaha mengejar cinta sejatinya, begitu banyak rintangan yang di lalui tak lupa juga saingan besar untuk memperoleh kembali cinta Asri yang sempat hilang 6 bulan lamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HAMPIR MENANG

Sam kini tersenyum senang, Ia merasa bahwa bukti yang Ia bawa bisa memberatkan Herman sebagai terpidana.

"Jelaskan pada Saya bagaimana orang itu, membunuh rekan Kamu"

"Saya tidak tahu kronologi yang terjadi, Saat handphone Saya tertinggal di meja yang ada di gudang, Saya memutar balikkan langkah saya, ketika Saya masuk ke dalam, Saya melihat rekan Saya sudah mati akibat di gorok lehernya dengan pisau, Saya kaget dan saya langsung bersembunyi supaya Saya tidak ketahuan dan menjadi incaran bagi Mereka, saat Saya sedang bersembunyi, Saya melihat dua orang lainnya sedang menyebar dan menyiram bensin ke setiap sudut, Saya syok Pak, lalu Saya berlari, ingin meminta pertolongan, namun tak lama Saya mendengar keributan, bahwa gudang tengah terbakar"

Lalu jaksa kini bertanya pada Sam.

"Pak Sam dari mana anda tahu bahwa ada kebakaran di gudang penyimpanan?"

"Saya tidak tahu pasti namun Saya mendapatkan kabar dari Pak Faris pemilik perusahaan sebelum perusahaan di akuisisi oleh Herman"

"Akuisisi maksud anda Herman membeli perusahaan pak Faris begitu?"

"Iya pak Jaksa"

"Apakah ini perebutan masalah bisnis, jadi Herman sengaja membakar gudang penyimpanan dan merusak semua alat milik Pak Faris hanya untuk mengambil alih perusahaan pak Faris"

"Saya tidak tahu apa motif beliau, silahkan bapak tanya sendiri dengan orangnya langsung"

Jaksa terdiam memperhatikan mimik wajah Sam dan kemudian Ia melihat mimik wajah Herman juga.

"Baik.. Terdakwa Herman, Anda bilang anda tidak terlibat dalam kasus sabotase ini, tapi dari semua bukti yang penuntut perlihatkan, semua masuk di akal dan nyambung Pak, jadi bagaimana anda mau membuka suara atau tetap pada pendirian anda"

Jaksa sengaja berkata seperti ini, untuk memancing Herman membuka suara.

Bu Heni memandangi wajah suaminya, Ia sangat berharap bahwa suaminya akan mengatakan soal pemerkosaan yang Fahmi lakukan pada putrinya.

Namun pak Herman masih tetap diam, pengacaranya mengatakan jika anda tidak buka suara dan cukup mengatakan bahwa dirinya tidak terlibat dalam kasus ini, mungkin hukumannya akan lebih ringan, namun jika anda mengatakan soal pemerkosaan Putrinya, di pastikan Fahmi juga akan bersaksi di depan podium nanti, itu akan sangat memberatkan hukumannya.

Dengan tiba-tiba Bu heni membuka suaranya.

"Interupsi Pak hakim dan Jaksa"

Semua orang melihat Bu Heni begitupun dengan suaminya, Herman kaget apa yang sedang istrinya ingin katakan.

"Silahkan apa yang ingin anda katakan"

Ucap pak Hakim pada semua orang.

"Saya ingin menjadi saksi"

Namun tiba-tiba pengacara Herman juga mengatakan interupsi.

"Ada apa Pak Pengacara?"

Tanya dengan penasaran Jaksa kepada pengacara Herman

"Bisakah Saya bicara pada rekan saya itu, sebelum Ia mengatakan sesuatu yang salah"

Jaksa sedikit curiga, Ia pun berdiskusi dengan hakim, begitu juga dua hakim lainnya, setelah selesai berunding, akhirnya Hakim memberikan izin bicara kepada pengacara Herman.

pengacara Herman mendekati Bu Heni dan kemudian berkata,

"Bu Heni, tolong jangan katakan soal pemerkosaan itu, itu sama saja dapat menjebloskan suami Anda ke dalam jeruji"

"Tapi keadilan untuk Anak Saya bagaimana Pak?"

Tanya Bu Heni yang ingin keadilan untuk Putrinya.

"Bu Heni untuk saat ini, jangan dulu mempersoalkan keadilan Tini, Kita harus Fokus membebaskan Herman dari tuduhan, ibu mengerti kan?"

Bu Heni terdiam kecewa, tapi memang benar yang di katakan oleh pengacara itu, kebebasan suaminya saat ini uang utama.

Fahmi menunggu giliran untuk bicara, namun setelah itu pengacara Herman mengatakan,

"Pak Hakim, Bu Tini ingin bersaksi bagaimana keseharian Herman di rumahnya"

Fahmi kaget mengapa alasannya seperti itu, yang Dia pikir, Bu Heni akan menuntut dirinya.

"Silahkan saksi menuju podium depan"

Setelah berada di podium depan, Bu Heni merasa tak tahu harus bicara apa, karena ini sama sekali bukan Kemauannya.

"Silahkan Bu Heni Sanjaya, kesaksian apa yang ingin anda beri"

"Saya sebagai Istri Herman, hanya ingin mengatakan, suami Saya sangat menyayangi keluarganya, apapun yang dilakukannya hanya untuk Kami, jika memang suami Saya bersalah nantinya, Saya harap beri hukuman yang ringan untuk Suami Saya"

Lalu jaksa bertanya lagi.

"Anda ini istrinya kan, berarti Anda pasti tahu soal perampokan uang saudara Sam yang di lakukan oleh suami Anda?"

Bu Heni terdiam sesekali matanya melihat Tini, Sam, juga Herman, lalu Ia menjawab,

"Iya.. Saya mengetahui itu"

"Lalu kenapa Anda biarkan tindak kejahatan itu di lakukan"

"Saya baru mendengarnya kemarin saat suami Saya tersandung kasus, waktu itu Saya tidak tahu, Saya hanya tahu tiba-tiba Sam memutuskan untuk kembali dengan Putri saya"

Asri dan Bu Anita menyimak persidangan dari luar ruangan dengan telivisi yang ada di hadapannya.

"Lalu apa ibu percaya jika saudara Herman Sanjaya adalah dalang kasus sabotase kebakaran?"

Bu Heni pun menjawab dengan suara yang kurang percaya diri.

"Mungkin, tapi saya tidak tahu motif tujuannya apa?"

Jaksa menyimak jawaban Bu Heni dengan seksama.

Setelah itu Bu Heni pun kembali di kursi hadirin di samping Tini.

Lalu jaksa bertanya lagi pada tiga orang itu.

"Kenapa anda membunuh orang yang sedang bekerja di gudang?"

"Karena Dia mengetahui keberadaan Kami, karena panik, akhirnya Saya memutuskan untuk membunuhnya, karena jika tidak Saya tidak akan mendapatkan apa-apa dari Herman"

"Herman bicara apa pada anda?"

Tanya lagi jaksa kepada tiga orang itu.

"Dia mengatakan tidak ingin menerima kegagalan, jika gagal Kami semua tidak akan di bayar"

Lalu salah seorang melihat Sam dan kemudian Sam memberi isyarat, untuk menampilkan audio rekaman saat Herman sedang menghubunginya.

"Silahkan putar suaranya"

Dan Mereka semua yang ada di persidangan mendengar rekaman itu, dan ini bisa menjadi bukti yang memberatkan herman untuk kedua kalinya.

Herman sangat tak menyangka ternyata Sam lebih pintar dari yang Ia duga, Herman merasa kalah cepat dengan tindakan Sam.

Dan kemudian jaksa bertanya lagi pada terdakwa.

"Herman Sanjaya, apakah itu suara anda"

Herman terdiam, sepertinya semua bukti sudah mengarah padanya, merasa sudah pasrah, akhirnya Herman mengatakan,

"Ya...itu memang Saya"

"Lalu kenapa tadi anda bilang tidak pernah terlibat dam kasus ini?"

Tanya jaksa dengan suara meninggi, namun Herman hanya terdiam tak menjawab.

"Kenapa Anda lakukan itu semua, punya masalah apa anda dengan pemilik perusahaan itu"

Herman masih berdiam, tak ingin menjawab apapun, namun Jaksa kini bertanya dengan suara lebih meninggi.

"Jawab Herman Sanjaya"

Pengacara herman merasa situasi ini cukup panas, Ia takut kliennya itu mengatakan motif sesungguhnya.

"Interupsi Pak hakim dan jaksa"

"Kenapa Pak pengacara?"

Tanya hakim berbicara dengan berwibawa.

"Hak klien Saya untuk tidak berbicara apapun, jadi tolong jangan memaksa klien Saya Pak jaksa"

karena persidangan sudah hampir 2 jam, Lalu ketiga hakim memutuskan untuk mengakhiri sidang saat ini.

"Sidang akan Kami tutup, untuk kelanjutan dan keputusan akhirnya akan Kami lanjutkan di persidangan berikutnya Minggu depan"

Dan hakim pun mengetuk palu tanda sudah telah di tutup hari ini.

Semua orang merasa kecewa karena sidang ini tanggung tak ada jawaban apapun, semua orang saling bicara menanyakan keputusan apa yang akan di ambil oleh hakim.

Lalu Sam berjalan sambil menatap wajah Herman dengan sinis.

Setelah selesai sidang pengacara Herman mendekati Herman lalu berkata,

"Pak Herman, hampir saja Bapak menceritakan soal Fahmi, Pak ingat jangan terpancing oleh Jaksa, Dia sangat pintar mencari celah"

Dan kemudian Herman melihat istri juga Putrinya, lalu Ia mendekati mereka dan berkata,

"Mah...Tini, terimakasih ya kalian sudah datang menemani Papah"

Namun Bu Heni terlihat marah, Ia berkata,

"Kenapa Pah...papah tidak ingin menuntut keadilan untuk Putri Kita?"

"Mah. Bukan begitu, pengacara pasti sudah memberitahu Mamah bahwa ini dilakukan untuk kebebasan Papah mamah tidak ingin kan papah di penjara"

"Tapi bagaimana dengan keadilan untuk Tini"

"Papah akan pikirkan nanti Mah, yang terpenting papah bebas dahulu"

Kemudian Mereka pun keluar dari ruang persidangan.

Setelah keluar dari ruang persidangan Sam langsung menghampiri kekasihnya itu.

"Asri.. "

Asri langsung memeluk Sam dan berkata,

"Aku sudah menyaksikan semuanya, jadi keputusan itu belum di sahkan"

Sam menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan pelan.

"Ya.. begitulah, sidang keputusannya Minggu depan sayang, doakan saja ya semoga keadilan berpihak pada Kita"

Ketika Bu Heni, Tini dan Herman keluar dari ruang persidangan, Mereka di kejutkan dengan pemandangan dari Sam dan Asri yang tengah mengobrol dengan berdekatan.

Tini marah dan kini matanya memerah berkaca-kaca, lalu Ia mendekati Asri dan kemudian menjambak rambut Asri dengan kuat.

"Aduh.."

Asri kesakitan karena jambakan dari Tini, Bu Anita kaget melihat putrinya diperlukan seperti itu.

"Lepaskan Putri Saya"

Bu Anita marah dan dia menampar Tini dengan kencang.

"Jangan sentuh Anak saya, sekali lagi Kamu ganggu Anak Saya, kamu akan berhadapan dengan Saya"

Begitu juga Sam, Ia menjadi marah matanya terbelalak lebar, dan kemudian Bu Heni datang melerai pertikaian.

"Cukup.. Tini apa yang Kamu lakukan, jangan seperti itu Nak"

"Dan Anda, tidak perlu sampai menampar Anak Saya"

Bu Heni ikut marah, karena putrinya di tampar di hadapan orang banyak.

"Jangan salahkan Saya, Putri anda duluan yang menyakiti Anak Saya"

Lalu Bu Heni menatap wajah Sam, dan kemudian berkata,

"Sam.. bawa kekasih Kamu jauh dari pandangan Tini, jika tidak ingin Dia di sakiti Tini, luka hati Tini akan terus bertambah jika Ia selalu melihat Asri ada di di hadapannya"

Sam mengerti dengan perkataan Bu Heni, lalu Sam mengajak Asri Bu Anita juga Farhan keluar dari gedung pengadilan ini.

1
Nur Yawati
lnjut
Arya wijaya: Thank you Kaka atas like nya di setiap episode.. terimakasih banyak sudah mampir terus.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!