NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34

Raka menjadi gelisah semalaman. Kilas bayangan Delilah yang menangis di pelukan sang adik membuatnya sedikit terusik. Dia memang menghabiskan waktu cukup lama bergelut dengan si gadis manis yang terus mendesak untuk menerima lamaran pekerjaan. Hingga tak terasa dia pulang sedikit lebih larut ketimbang ja kerja. Pagi hari Raka menghela napas berulang kali, berharap dapat sedikit saja meringankan perasaan si pria. Fera sudah rapi, dia juga sudah bersiap berangkat. Akan tetapi, ponsel Delilah tidak dapat dihubungi.

“Hhhh … sangat tidak sopan jika aku menjemputnya, tapi—” Raka tak melanjutkan kalimat.

Dia beralih menimang sang buah hati. Tak berselang lama, bel pintu berbunyi dan Raka bergegas membuka pintu. Tentu saja, Delilah ada di balik pintu dengan senyum menghias wajah.

“Kemarikan, kau harus segera berangkat, Kak.” Delilah segera meraih Fera dari gendongan Raka.

Seolah tidak ada suatu hal yang terjadi. Si jelita terlihat baik-baik saja seperti biasanya, cerah dan ceria. Tanpa mengacuhkan Raka, Delilah melangkah masuk. Dia langsung menuju dapur, membuatkan Fera susu.

“Delilah, kau tidak apa-apa?” Raka menelisik wajah jelita si adik ipar.

“Kenapa? Apa aku terlihat pucat?” Delilah justru balik bertanya.

“Em, tentu tidak … kau cantik, seperti biasa. Syukurlah jika sudah membaik, aku akan pergi. Sampai jumpa.” Raka melambai berpamitan dan lekas keluar dari pintu.

Si jelita masih berdebar tiap kali Raka memujinya, si rupawan yang sangat ringan dalam kata. Tutur Raka juga lebih lembut dari sang suami. Meski begitu, Delilah yakin jika perasaan yang dimiliki untuk sang kakak ipar sudah usai sejak lama. Bahkan, tak pernah terbersit keinginan untuk memutar waktu sekalipun. Pria itu adalah cinta pertama yang membuat Delilah cukup memiliki luka untuk memilih pria dalam hidupnya. Sudah cukup ia terluka selama ini.

“Aku tidak ingin jatuh di lubang yang sama, pada orang yang sama pula. Jadi, tolong segera temukan pengasuh untuk anakmu, Raka. Aku tidak akan disini lebih lama. Maafkan aku ya, Fera.” Monolog Delilah sendirian.

Semalam, setelah dia ribut berteriak. Nanda menatap manik Delilah dengan mata yang melebar. Si jelita masih memukul dada bidang sang suami yang hening dan hanya menerima pukulan tanpa menghindar atau perlawanan. Sekian lama dia memukul, Delilah terlihat lelah juga dan berhenti.

“Maaf, aku akan berusaha lebih baik setelah ini, Deli.” Suara Nanda terdengar serak, “aku terlalu serakah, ‘kan? Jika menginginkan pekerjaan dan dirimu di saat yang bersamaan. Maaf.” Kalimat yang berhasil membuat mata Delilah basah lagi.

Kemudian Delilah justru memilih memerosotkan diri ke lantai dan menangis di pelukan Nanda. Entah kapan tepatnya, Nanda sudah memindahkan tubuh mungil Delilah ke kasur. Hingga dia terbangun pagi ini tanpa Nanda di sampingnya. Si dokter meninggalkan pesan pada secarik kertas.

Di sisi lain, Nanda sudah berkutat dengan aktivitas pagi. Sekelebat bayangan Delilah yang terus menangis semalam mengekori ingatan si dokter. Dia bahkan memeluk Delilah hingga si istri tertidur. Nanda enggan melepaskan Delilah, memilih membawa sang istri ke dalam pangkuan dan duduk di sofa hingga hampir fajar. Baru dia memindahkan tubuh mungil sang istri setelah mentari menunjukkan cahaya kemerahan dari timur. Sekarang, dia sedang memutar pergelangan tangan yang terasa kebas.

“Engh … aku harus menyelesaikan lebih cepat. Menyusun jadwal ulang dan—akh, bagaimana dengan operasi. Huh, hidupku!” Nanda menopang kepala dengan dua tangan di atas meja.

Sungguh, dia juga sangat ingin memiliki waktu luang. Namun, apa daya jadwal pekerjaan seorang dokter memang cukup padat. Belum lagi jika dia menerima pasien gawat darurat yang membutuhkan segera penanganan. Entah jam berapa pun dia harus siaga berlari kembali ke meja operasi.

Nanda meremas rambut frustasi.

“Ah, Matthew!” Dia tiba-tiba teringat sahabat yang menginginkan menjadi dokter utama, tetapi belum juga terwujud.

Tak menunggu waktu, dia segera melesak ke ruang dimana Matthew berada.

***

Raka tak kalah frustasi, dia merasa diteror oleh si perempuan manis. Dia menginginkan Raka untuk segera menjawab agar bisa menemui Fera dan mencoba berinteraksi dengan si bayi. Sangat terlihat tidak sabar untuk memulai. Sedangkan Raka belum ada waktu untuk mengambil hari cuti lagi. Dia tak bisa mempercayakan Fera begitu saja pada orang asing.

Dia kini menerima panggilan si perempuan manis, “iya baik. Saya mengerti. Tapi tolong beri saya waktu berpikir ya, Nona.”

“Saya paham, tapi jangan terlalu lama. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, Tuan.”Suara diujung telepon tak ingin kalah.

“Oke, tiga hari lagi akan saya kabari. Saya harus menyelesaikan urusan kantor terlebih dahulu sebelum mengambil cuti lagi, ya?” Raka menawar pada si perempuan.

“Baik, terima kasih banyak. Semoga hari Anda berjalan dengan baik.” Suara lembut di seberang sambungan telepon mengakhiri percakapan panas hari ini.

Raka tak menyangka si manis begitu gigih. Dia menggelengkan kepala pelan. Lalu menggaruk tengkuk yang tak terasa gatal dengan canggung.

“Hhhh … siapa yang tau kapan kakek akan kembali?” Raka menghembuskan napas berat, “lalu kapan pekerjaan ini akan selesai?” Kembali Raka dengan nada frustasi meremas rambut dan mengacak-acaknya.

Dia sedang mempersiapkan masa pensiun sang kakek. Disusul hari resmi Nanda yang akan menggantikan posisi atau jabatan sesuai dengan perjanjian yang mereka sepakati dulu. Terdengar helaan dan hembusan berat napas Raka.

“Lebih baik aku susun dulu dan menyampaikannya pada Nanda, saat dia senggang” Raka bergumam sendirian.

Di lain sisi, Delilah sedang menikmati waktu kencan dengan si bayi mungil yang kian menggemaskan. Dia banyak tertawa bersama Fera, meski si bayi tak banyak mengeluarkan suara. Entah mengapa sudah cukup membuat hati si jelita hangat.

“Lihat, bajumu sudah tidak bisa dikancingkan. Kamu gendut!” Delilah mencubit gemas pipi gembul Fera yang merah.

Kemudian dia menenggelamkan wajah di perut gemuk Fera dan menggelitikinya gemas. Jemari mungil yang kerap dia rindukan jika tak berjumpa sehari saja. Wangi bayi yang selalu ingin dia hirup.

“Makhluk kecil yang akan tumbuh seperti dia.” Delilah bergumam sendirian, kalimat yang dia dengar dari seseorang.

Setelah itu Delilah terkikik sendirian, wajah si jelita bersemu merah. “Fera, apa kau mau saudara sepupu? Hm … apa aku perlu singgah selamanya, meski dia begitu menyebalkan. Tapi, kau terlalu lucu untuk kulewatkan, ‘kan?” Delilah berbisik pada Fera yang memandangnya.

Alasan saja, tak bisakah si jelita jujur pada perasaannya sendiri sekarang? Siapa yang bisa menolak pesona Nanda, apalagi si pria terus berusaha sabar dan membujuk sang wanita. Belum cukupkah bukti, jika Nanda memang mencintainya? Cukup rumit, karena Raka diam-diam juga tengah terus memperhatikan si jelita.

***

Ting tong!

***

Selamat menjalani hari, semoga suka part ini ya ... Jangan lupa support author dengan like dan komentar, thank you ... See you next part 💗

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!