Menanti Janji

***

"Kak Juna aku pulang dulu, ingat besok malam jangan lupa datang kerumah! "

"Hem pasti Sri, kamu hati-hati di jalan!

Cup!

Cup!

Cup!

Sebelum benar-benar ingin pulang, ritual cium-cium dan peluk-peluk harus wajib dulu. Sri memeluk lalu mengecup kedua pipi juga bibir Juna. Benar-benar sangat romantis bak sepasang kekasih Romeo dan juliet, ah bikin baper!

Tak hanya dia, pria itu juga tentu melakukan hal yang sama. Hem, jika dipikir-pikir keduanya pasti sama-sama jatuh cinta. Lihatlah mereka sangat menikmati sekali, yah mungkin dalam waktu dekat pertemanan ini akan berubah menjadi pacaran. Tapi bagaimana dengan Nara, apakah Juna benar-benar meninggalkan gadis itu? Oh Tuhan sayang sekali, tidak tau harus bilang apa lagi Jika Nara mengetahui ini semua. Juna sangat keterlaluan, lama-lama bikin murka saja!

"Bye kak Jun! " Dengan bibir yang tersenyum merekah Sri akhirnya berlalu pergi dari sana, Juna menghela nafasnya entah kenapa rasanya suasana hati begitu damai saat kehadiran Sri.

Sesaat pria itu ingin kembali lagi ke kamar, alih-alih terdengar dari luar bunyi bel. Dengan langkah gontai dia segera membukakan pintu itu.

"Hai bro! " sapa seorang pria yang tak lain adalah Doni sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu. Juna sedikit terkejut, mengingat tanpa pemberitahuan Doni sudah menghampirinya. Untung saja dia datang pas Sri sudah pulang, Jika tidak mereka pasti akan diketahui Doni tadinya.

"Eh Don, tumben kesini? Yuk masuk !" titah Juna, bibirnya tersenyum tapi entah kenapa dia tidak senang dengan kedatangan Doni kesana.

"Thank's bro! "

Doni mengangguk lalu mengikuti Juna masuk kedalam, tanpa dipersilakan lagi Doni langsung saja mengambil tempat duduknya.

"Bay the way, gimana kamarmu Don tumben baru nongol aja? " tanya Juna mencoba untuk terlihat baik-baik saja, bagaimana pun dia tidak boleh benci kepada pria itu. Sebab, Doni salah satu sahabat seperjuangan nya saat masih dalam merintis karir . "Hem seperti yang kamu lihat sekarang aku masih baik-baik saja, hanya aja aku banyak kesibukan sama seperti kamu! " jawab Doni begitu ramah dan antusias keduanya sama-sama tertawa ngakak, entah lah pokoknya tanpa ada kelucuan kedua sahabat itu bawaannya tertawa saja saat kumpul seperti ini.

"Eh bro tadi cewek itu siapa sih, kayaknya dia dari apartement mu deh? " tanya Doni yang sempat ketemu Sri saat hendak masuk disana, dia sangat yakin sekali jika wanita itu pasti dari apartement Juna. Jiwa kepo nya jadi meronta-meronta ingin tau, mengingat wanita itu juga sangat cantik.

"Cewek yang mana sih, kok aku gak tau? " sahut Juna baru menyadari, dan tentu untuk menyembunyikan dari Doni terpaksa berpura-pura tidak kenal saja.

"Hais, masa gak tau padahal dia dari apartement mu! " ucap Doni lagi-lagi sangat menyelidik, dia sedikit curiga sepertinya Juna berbohong padanya. Melihat sahabat nya yang gugup, yakin sekali jika wanita itu ada hubungannya dengan Juna.

"Oh itu! Dia teman kerjaku, namanya Sri. Kebetulan tadi mampir kesini! "

Entah kenapa Juna tidak bisa mengela, sepertinya susah sekali baginya untuk menyebunyikan semua ini dari Doni, Ah pokoknya gak mau tau apa pun tanggapan Doni. Ngadu kepada Nara juga bodoh amat!

"Teman apa teman? Klo teman kenalin ke aku dong! " lagi-lagi Doni memancingnya, dia sengaja berkata seperti itu karena ingin tau bagaimana reaksi Juna terhadap kata-katanya.

Juna memejamkan mata sembari menghela nafas berat, lama-lama bikin geram saja sama sahabatnya yang satu ini. Ya mana mungkin dia kenalin kepada Doni orangnya sudah jadi mangsanya sekarang, biar pun Sri mau tapi tidak mungkin Juna biarkan itu terjadi.

"Ah apa sih Don, mending cari cewek lain! Yang tadi itu mana ada cantik-cantiknya! "

Jawaban yang antusias membuat Doni terkekeh sendiri, bibirnya tersenyum kecil bahkan sudah sangat yakin Jika Juna berselingkuh dengan wanita itu.

"Ya udah lah gak jadi lagi, takutnya ada yang cemburu! Haha, " ucap Doni mengeledek sekaligus menyinggung sahabatnya itu.

Bukan apa-apa sih, cuman Doni merasa kecewa saja terhadap sikap Juna. Ternyata pria itu tidak bisa dipercaya, padahal dia sudah punya keterikatan dengan gadis lain lah ngapain coba masih menggait jalang yang jelas tidak becus. Contohnya saja seperti Sri, wanita itu sudah jelas bahwa bukan wanita baik-baik. Tapi kenapa Juna seperti sudah buta, bahkan sangat mempertahankan agar tidak berpaling darinya. Hais sangat miris sekali pergaulan bebas ini! Faktanya, rela meninggalkan yang tulus demi yang mulus! Hem, payah sekali?

"Apa maksud mu berkata seperti itu Don, kamu gak lagi menyinggung aku kan? "Keadaan sudah mulai rusuh, Juna yang sedari awal tidak senang dengan kedatangan Doni Semakin bertambah kesal saja saat melontarkan kata-kata yang tidak bermutu itu.

"Haha Jun-Jun, udahlah gak usah bersandiwara! Aku tau kok cewek itu pasti selingkuhanmu. Mana ada teman sepagi ini bertamu ditempat cowok, yang ada mungkin aja dia menginap disini semalam! "

Pokoknya Doni terang-terangan saja, dia tidak cocok dengan sikap Juna yang seperti ini. Mana jiwa pria sejatinya yang dulu, kenapa malah menyakiti wanita?

Seratus persen Doni merasakan bahwa Juna saat ini sudah jauh berubah, terlihat sombong dan arogan. Hais, dia seperti kacang lupa kulitnya! Ingat yah kekayaan itu hanya lah semata. Tapi sikap dan akhlaknya itu yang akan di bawa sampai mati!

"Tolong Don jangan memancingku, berhenti mencampuri urusanku! Mending klo kamu gak ada kepentingan, lebih baik cabut aja dari sini, "

Nah kan, sudah ketahuan sikap Juna yang sesungguhnya. Ternyata kebaikannya hanya topeng untuk menutupi kejahatan dan kesombongan nya, Doni benar-benar kecewa telah mengenalnya. Padahal sengaja singgah diapartement Juna, berniat untuk mengabari jika dia telah membeli apartement lain yang tidak jauh berjarak dari tempat Juna. Tapi ya sudah lah, mengurungkan niatnya untuk memberitahukan. Hitung-hitung, Dia harus menjadi mata-mata untuk membuka kebusukan Juna. Kasihan Nara, gadis itu tidak boleh disakiti. Doni tidak akan rela jika itu sampai terjadi.

"Baiklah, aku memang gak ada kepentingan kemari. Makasih udah mengizinkanku masuk, permisi! "

Doni masih terlihat santai bahkan tidak lepas dari senyuman, beda halnya dengan Juna. Pria itu tampak sudah emosi, bahkan saat Doni memukul bahunya tangannya gatal sekali ingin menonjok wajah sahabatnya itu.

"Huh! Dasar gak punya kerjaan, datang-datang cuman mau mengusik ku! ah bikin emosi aja! "

Saat Doni benar-benar sudah menghilang dari sana, Juna mengumpet seperti orang gila bahkan tangannya yang terasa gatal terkepal kuat menonjok dinding yang berdiri tegap dihadapannya. Huh,!

***

BERSAMBUNG...

Lanjut di part selanjutnya yah beb, tetap stay!