Seorang gadis berusia 20 tahun, yang bekerja sebagai pelayan di sebuah Mension mewah milik keluarga Angkasa.
Suatu hari, gadis bernama Dara itu, tak sengaja di nodai oleh putra satu-satu tuan Angkasa, yang menyebabkan ia hamil.
Karena kehamilannya, ia terpaksa di nikah sirihkan oleh laki-laki yang telah menodainya.
Ayo ikuti kisahnya, apakah Dara mampu bertahan dalam rumah tangga menjadi istri sirih sekaligus istri simpanan? Apakah dia bisa melalui ujian rumah tangga yang di penuhi banyaknya rintangan? Ataukah ia akan memilih pergi saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa
"Tidak, Dara baru saja melahirkan anakku. Mana mungkin aku menceraikannya sekarang. Mami pulang saja dulu bersama Anim. Nanti aku akan pulang bersama Dara," jawab Adam tak ingin mendengarkan perkataan siapapun sekarang ini. Ia hanya ingin mengikuti kata hatinya saja.
"Adam!!! Kau mencoba untuk melawan Mami!!! Kenapa kau begitu yakin jika bayi itu adalah anakmu bodoh!!! Makanan apa yang sudah di berikan oleh mereka padamu, sampai kau bisa sebodoh itu!!!" Yunda tak bisa mengontrol emosinya yang semangkin meledak-ledak.
"Maaf Mi, tapi ini kehidupan Adam. Mami tidak bisa terlalu dalam mencampuri urusan rumah tangga Adam Mi,"
PLAKKK
Untuk yang kedua kalinya Yunda menampar putranya. Tapi kali ini lebih parah karena wajah Adam mulai mengeluarkan cairan berwarna merah karena terkena kuku panjang Maminya.
"Yunda!! Kau benar-benar sudah keterlaluan Yunda. Mari kita pulang!!" Sentak Angkasa menarik tangan istrinya keluar dari ruangan Dara.
"Jangan!! Aku tidak mau pulang kalau tidak membawa Adam, lepas!!" Yunda masih berteriak.
"Ikut dengan Ayah pulang Anim!" Kata Angkasa tegas saat melewatinya yang berdiri didekat pintu tertegun melihat Adam yang terluka akibat terkena cakaran Mami Yunda.
Anim sebenarnya masih ingin tinggal dan mengajak Adam pulang bersamanya. Tapi karena Angkasa yang mengajaknya pulang, ia tak punya pilihan lain selain mengikuti langkah kedua mertuanya dengan berat hati.
Ibu Ida menarik nafas dalam melihat Adam masih berdiri diam di tempat sama seperti Yunda menamparnya tadi.
Perlahan ibu Ida juga mulai melangkah keluar dari ruangan itu untuk memberikan Adam dan Dara kesempatan berbicara.
Jujur saja ia tak suka dengan Adam karena laki-laki itu darah daging Yunda. Tapi melihat kesungguhan Adam tadi tak ingin menceraikannya putrinya, ibu Ida tak tega, apa lagi Adam dan Dara sudah mempunyai buah hati yang harus di lengkapi oleh kedua orang tua.
Setelah ibu Ida keluar dari ruangan Dara. Dara masih terdiam menatap Adam yang seperti membatu di tempatnya.
"Kenapa anda melakukan semua ini?" Tanya Dara.
Laki-laki itu beranjak dari tempat melangkah mendekati Dara, "Bagaimana keadaanmu? Apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Adam. Ia juga tak menjawab pertanyaan Dara barusan.
Jujur saja dia sendiri tak tau kenapa dia begitu kekeh mempertahankan rumah tangganya bersama Dara, ia hanya mengikuti kata hatinya. Dan hatinya berkata untuk mempertahankan Dara demi anak mereka yang baru saja lahir. Entah itu benar karena 'anak' ataukah ada yang lain. Dia sendiri masih keliru dengan keinginan hatinya, karena dalam masa yang sama dia juga masih mencintai Anim.
Dara mengangguk, "Aku sudah merasa lebih baikan." Dara mengusap goresan bekas kuku Yunda di wajah Adam.
Bola mata mereka berdua kembali bertemu dengan posisi tangan Dara masih berada di wajah Adam.
"Apa ini sakit?" Tanya Dara masih menatap dalam bola mata Adam.
"Tidak" singkat Adam menjauhkan sedikit wajahnya dari Dara karena tak ingin jika Dara medengar detak jantungnya yang berdetak kencang seperti ingin keluar dari tempatnya mendapat elusan dari tangan Dara.
,,,
Prang! Prang! Prang!
Anim melempar semua barang-barang yang berada di kamarnya sambil berteriak.
"Kau tidak bisa melakukan ini padaku Adam!! Tidak bisa!! Aku tidak aklan membiarkan kau membawa Dara datang ke Villa ini!! Aku tidak mau!!" Anim berteriak kencang dalam kamarnya. Saat ini ia sedang berada dikamar Villa Adam.
Tiba-tiba Anim merasa seperti sejuk di bahagian bawahnya. Ia memegang bawahnya dan melihat tangannya. Ternyata darah segar melekat di jarinya.
"Darah..." Gumam Anim.
Tiba-tiba saja ia merasa pitam.
BRUK
Anim jatuh tak sadarkan diri. Beruntung ada pelayan yang mendengar tadi keributan dalam kamarnya. Pelayan itu memberanikan diri membuka pintu kamar, ternyata Anim sudah terbaring dilantai tak sadarkan diri.
Pelayan langsung menghubungi tuannya, tapi nomor ponsel Adam tak aktif. Pelayan itu terpaksa menghubungi nyonya Yunda dan meberitahu jika Anim pingsan di kamar.