Love Me Please

"Saya punya dua syarat. Yang pertama, kamu harus mempu menjaga, dan menyangi Rayyan. Bukan hanya Latica yang harus kamu biayai tapi juga Rayyan, apa kamu sanggup?" Pak Ica menatap Elvin dengan tegas, Elvin mengangguk.

"Itu memang sudah selayaknya saya lakukan, bagaimanapun juga Rayyan akan menjadi bagian dari keluarga saya." Jawab Elvin, pembicaraan mereka berdua nampak semakin serius.

"Kayanya ini udah waktu ngopi, Ica mau bantu Emak?" Tanya Bu Ica, agar percakapan Elvin dan suaminya tidak terganggu.

"Iya Mak, mari." Latica mengikuti langkah sang Ibu menyiapkan kopi dan makanan untuk di suguhkan sebagai teman ngopi.

"Yang kedua, dan yang paling penting. Kamu harus mau tinggal di kampung ini, apa kamu sanggup?" Elvin terdiam, sebagai salah satu kepala rumah sakit di ibu kota, dia harus berpindah tempat bukanlah sesuatu yang mudah. Selain karena pekerjaan, kondisi sang Ayah juga sudah mulai sakit-sakitan.

"Kenapa? Apa kamu tidak sanggup?" Tanya Pak Ica, Elvin menghela nafas berat.

"Saya akan berusaha semampu saya, agar tidak mengecewakan." Jawab Elvin, sekarang dia sedang berfikir untuk mencari solusi atas masalahnya sendiri.

Pak Ica nampak puas mendengar jawaban Elvin, di lihat dari kemampuan dan latar belakang Elvin yang sepertinya bukan orang biasa, mungkin di masa depan akan banyak orang yang mengincar Latica, baik itu hanya sebagai bahan obrolan atau bahkan cemoohan.

"Abah tau Latica memiliki banyak kelemahan sebagai seorang wanita, tapi Abah berharap bila di masa depan akan ada pria yang menggantikan Abah untuk menjaganya. Mungkin sekarang saatnya sudah tiba." Ucap Pak Ica, Elvin menganggukkan kepalanya faham.

"Selesaikan dulu semua urusan kamu di kota, setelah itu baru kamu bisa menghalalkan Latica seperti yang kamu inginkan." Elvin merasakan dadanya sesak saat itu, namun yang di ucapkan oleh Pak Ica juga benar.

"Iya, saya akan berusaha yang terbaik agar dapat membahagiakan Latica dan memenuhi harapan Bapak." Ucap Elvin, Rayyan yang berada dalam pangkuan Elvin, diam-diam mendengarkan percakapan mereka.

Meski Rayyan masih kecil dan belum mengerti apa yang tengah di perbincangan oleh dua orang manusia dewasa itu, namun di masa depan sepertinya hal itu akan menjadi penuntun Rayyan.

Bagi Rayyan yang sejak Lahir tak pernah memiliki sosok Ayah, merasa bila kehadiran Elvin adalah sebuah keajaiban baginya, entah mengapa dia merasa bila Elvin memiliki ikatan yang sangat dalam dengannya.

Sore hari itu Elvin memutuskan untuk kembali ke kota, Latica juga pada akhirnya mendengarkan semua cerita kedua orang tuanya tanpa di skip.

Di perjalanan dia menyempatkan menghubungi seseorang terlebih dahulu, sosok yang selama ini selalu menjadi panutan bagi Elvin. Sekaligus sosok yang sangat dia kagumkan selama ini.

"Halo Kak?" Sapa Elvin tak kala sambungan telpon itu terhubung.

"Tumben adik sibuk ku ini menghubungi Kakak-nya, kenapa?" Tanya sosok suara di balik telpon.

"Kakak bisa pulang ke Indo dulu gak? Aku ada beberapa masalah yang harus di selesaikan." Terdengar helaan nafas dari sebrang telpon.

"Oke, bungsu!" Jawab dari sambungan telpon.

Dia adalah Kakak kedua Elvin sekaligus saudara kembar Elvin, bagi Elvin dia adalah sosok luar biasa yang sampai saat ini tak akan pernah terganti.

Sifat Elvin dan Alvin Bagaskara juga memiliki perbedaan yang sangat jauh, Elvin memiliki sifat yang terkesan kalem dan selalu mengikuti segala aturan yang ada dan hidup lurus. Tapi berbeda dengan Alvin, Alvin adalah seorang pecandu alkohol dan juga sangat suka bermain wanita.

Alvin sendiri di kirimkan ke luar Negri sekitar 4 tahun silam, setelah Alvin melakukan kekerasan dan juga mengkonsumsi Nark*oba, saat itu Ayah Alvin sangat terpukul begitupun dengan Fika. Keluarga Bagaskara saat itu berada di ambang kehancuran, namun saat dalam test darah Alvin malah menghilang dan alhasil di gantikan oleh Elvin.

Tentu saja hasil test darah itu menunjukkan negatif, karena Elvin yang melakukan test darah tersebut dan keluarga Bagaskara juga dapat di selamatkan. Namun Tuan Bagaskara yang merupakan sosok yang tegas pada akhirnya mengirimkan Alvin ke luar Negri dan belum pernah kembali sejak hari itu.

Dengan kepergian Alvin, Tuan Bagaskara hampir gelap mata dan akan mencoret Alvin dari kartu keluarga. Namun untunglah Fika dan Elvin berhasil menenangkan ayah mereka, namun tetap saja banyak orang yang hanya mengatahui bila Tuan Bagaskara hanya memiliki dua anak yaitu Elvin dan Fika.

Sedangkan di tempat lain, seorang pria dengan tato naga besar di punggungnya nampak tertawa setelah menerima panggilan telpon dari sang adik. Alvin Bagaskara seorang pria yang di takuti banyak orang, karena kesannya yang sangat mendalam setelah berhasil menghabisi sebuah organisasi mafia dalam satu malam.

"Ayo para gadis manis ku, kemarilah!" Alvin duduk bertelanjang dada di atas sebuah sofa mewah, 4 orang wanita cantik nampak menghampiri Alvin.

"Tuan, anda semakin tampan." Puji salah seorang wanita berbaju merah, dengan kedua belahan dada yang terlihat jelas serta rok yang kurang dari satu jengkal.

"Heh, ayo cium aku!" Ucap Elvin, para gadis itu mulai mengecup bibir Alvin bergantian, namun bukannya merasa puas, Alvin nampak sangat benci dan akhirnya melempar keempat wanita itu dari tempat duduknya.

"Sama sekali tidak enak! Enyahlah!" Teriak Alvin, dia mengenakan sebuah jas dan meninggalkan tempat itu.

"Aduh, akhir-akhir ini kondisi mental Tuan memang tidak baik. Meski dia sering membuat banyak wanita melayang namun dia tak pernah sekalipun benar-benar menikmati tubuh wanita." Ucap seorang wanita memainkan belati di tangannya.

"Dari mana kamu tahu bila dia tak pernah menikmati tubuh wanita?" Seorang pria berkaca mata duduk di atas meja wanita itu.

"Aku tahu be*go! Karena aku pernah jadi salah satu gadisnya, dan aku tidak pernah merasakan bila miliknya itu bangun." Ucap wanita itu tertawa geli.

Terkenal karena sering gonta-ganti wania tapi semua itu hanya untuk menutupi kelemahannya sendiri, dia tak pernah bisa membangunkan birahinya saat bersama wanita sejak sebuah kejadian menimpanya.

Alvin membawa sebuah tas besar, rambutnya yang hitam serta kulitnya tang kecoklatan akibat terlalu sering berjemur di bawah terik matahari nampak tak menghilangkan kesan tampan dari pria itu.

Gundukan roti sobek nampak padat memenuhi bagian perutnya, lehernya yang panjang di hiasi dengan banyaknya semburat dengan otot yang menambah pesonanya sebagai seorang pria dewasa.

Alvin pada akhirnya membeli sebuah tiket pesawat dan duduk di sebuah kursi kelas VIP dalam sebuah pesawat megah, dengan semua layanan yang bersifat eksklusif dan penerbangan menyenagkan akhirnya dia lalui untuk pulang kembali menuju kampung halamannya.