Love Me Please

Love Me Please

Bab 1

...⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️...

...HARGAILAH PENULIS AMATIR INI YANG SEDANG BERUSAHA MEMBUAT KARYA...

...HARAP JANGAN BOM LIKE, SPAM, DAN LONCAT BAB...

...⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️...

...Love Me Please...

Di dunia yang kejam ini, dia adalah seorang wanita yang sangat tangguh. Wajahnya yang manis menyiratkan keindahan yang hakiki.

Namanya Latica, dia sering di panggil Ica oleh teman-temannya. Memiliki prestasi yang sangat menonjol di sekolah dan memiliki begitu banyak teman.

Hingga dia juga berhasil meraih keinginannya untuk sekolah di salah satu Universitas Negri yang sangat terkenal. Namun suatu hari dia di nyatakan hilang dan tak pernah lagi muncul.

Kemanakah dia sebenarnya?

.

.

.

.

🖋🖋🖋

...🖋🖋🖋...

^^^🖋🖋🖋^^^

Seorang gadis berjongkok di atas toilet sembari memperhatikan alat di tangannya. Seketika sekujur tubuhnya bergetar hebat saat menyaksikan dua garis merah yang terukir pada benda itu.

"I-ini tidak mungkin, kenapa bisa begini?" Gadis itu memukul-mukul kepalanya sendiri dan berteriak histeris.

Untunglah seluruh penghuni di sana nampaknya sudah pergi menuju libur mereka. Benar, dia adalah seorang gadis berusia 21 tahun yang tinggal di sebuah asrama khusus perempuan.

Terkadang segala sesuatu hal yang terjadi tak pernah seindah espektasi dan realita yang tergambarkan. Seperti yang terjadi pada gadis malang itu.

Namanya Latica, dia seorang mahasiswi yang begitu menonjol di berbagai bidang akademis. Memiliki wajah yang manis dan senyum yang menawan adalah harta berharga yang di milikinya.

Namun, selain memiliki fisik yang cantik dan kemampuan yang mempuni, dia juga gadis yang sangat taat beribadah. Latica hidup demi keluarganya dan bertahan demi mereka semua.

Mengandalkan beasiswa yang dia dapatkan, menjadikannya kuat melangkah bertarung melawan kerasnya hidup.

Latica ternyata hanyalah bunga yang mekar kala itu, tanpa dia sadari terlalu banyak orang yang mengincarnya, entah hanya sebagai bahan kebencian atau memandangnya karena dia memikat.

Hari itu dia melihat kenyataan yang menjungkir balikan semua perjuangannya, dia lahir untuk berjuang bukan untuk menikmati. Karena Latica adalah seorang perintis bukanlah pewaris.

"Hiks hiks, kenapa begini?" Tangisnya pecah di kamar mandi asrama yang kosong, suara kepedihan meraung memenuhi seisi asrama.

Pedih dan sakitnya seolah tak tergambarkan lagi, perih dan deritanya seolah tak terlukiskan lagi. Hatinya telah hancur bersama harapannya yang juga ikut gugur.

"Emak hiks hiks Abah hiks hiks," Tangis Latica memanggil kedua orang tuanya yang tidak ada bersamanya.

Dalam kesedihannya, dia tinggal di kamar mandi selama satu malam. Memikirkan apa saja yang telah terjadi kepadanya satu bulan kebelakang.

.

.

.

Hari itu Latica baru saja di jenguk oleh Ibu dan Ayahnya, dia juga ke luar dari pagar Asrama dan menikmati keindahan kota Bandung bersama mereka.

Saat sore hari, Latica menyempatkan diri untuk mengantarkan mereka ke terminal dan pulang kembali.

Namun waktu yang begitu larut membuat Latica akhirnya berjalan di keramaian dan selamat, namun tak kala mendekati gerbang kampus di mana nampak banyak mahasiswa yang bernyanyi di depannya.

Hati Latica langsung merasa takut, apa lagi melihat botol yang mereka cekik dan tertawa layaknya orang gila.

Di tempat itu memang tempat kostan campuran di mana mahasiswa dan mahasiswi berbaur, namun tidak dengan Latica yang terkesan alim dan tak pernah bergaul dengan kaum laki-laki.

"Swisit! Ada anak farmasi yang cantik nih!" Goda salah seorang pria dan sontak saja membuat Latica langsung berlari menghindarinya.

"Jangan sombong gitu dong Neng, ayo temenin kita dulu di sini!" Seorang pria dengan tato di tangannya merangkul bahu Latica.

"Astagfirullah, menjauh dari saya!" Teriak Latica dan hendak berusaha berlari.

"Aduh, kok galak gitu si." Pria itu melantur, aroma alkohol begitu menusuk memenuhi indra penciuman dan membuat Latica berontak dan akan pergi.

Namun saat langkahnya hendak berhasil, rambutnya justru di tarik dan tubuhnya terjungkal ke belakang. Kepalanya berdenyut membentur bahu jalan dan seketika itu juga iblis seolah datang dan membuat para pria itu semakin menggila.

"Lihat bagian depannya yang padat," Suara itu terdengar samar dalam ingatan Latica, hingga Latica kembali meraung kesakitan saat rambutnya di tarik ke belakang dan di gusur dengan paksa.

Tubuh Latica yang kecil di tarik ke sudut sebuah tempat yang jauh dari jalanan, satpam kampus juga tak menyadarinya saat Latica terus berteriak meminta tolong.

Seluruh orang seolah tertidur dan tak ada yang mendengarnya saat para pria itu menyatroni tubuhnya dengan paksa, rasa perih dan siksaan itu adalah neraka paling kejam yang pernah ada.

Kesakitan dan kesuciannya di renggut dengan cara yang tak pantas. Apa salah Latica hingga semua itu harus menimpanya? Dosa apa yang Latica buat hingga membuatnya harus menanggung malu yang tak berkesudahan?

"Hiks, Hiks, kenapa harus aku?" Teriak Latica dengan hati yang seolah tercabik oleh kenyataan yang begitu pahit.

Sebuah kater sudah dia siapkan di atas nadi lengannya, ingatannya jatuh pada gambaran Emak dan Abahnya di kampung. Mereka selalu bangga dengan apa yang di raih Latica, Latica tak sanggup bila melihat mereka bersedih.

"Aaah!" Teriak Latica melemparkan benda itu ke sudut ruangan, akan bagaimana jadinya bila Latica melakukan bunuh diri di sana?

"Emak, Ica harus gimana?" Tangis Latica, dia tak punya wajah hanya sekedar untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Rasa malu pada diri sendiri dan merasa jijik dengan tubuhnya saat ini.

"Kenapa kamu masuk ke dalam tubuh ku!" Teriak lagi Latica, dia memukul-mukul perutnya hingga terasa begitu sakit.

.

.

.

Satu minggu kemudian, pada akhirnya Latica menghilang dari kampus dan kota tersebut. Dia melarikan diri dari kenyataan dan memilih untuk kembali pada pelukan kedua orang tuanya.

Apapun yang terjadi, dan bagaimanapun nantinya, Latica pasti akan menerima semua keputusan yang akan di berikan oleh kedua orang tuanya.

Dengan menaiki Bus Latica kembali ke kampung halamannya, sebuah perubahan yang sangat jauh berbeda. Warna kehitaman nampak di sekeliling mata Latica, wajahnya pucat dengan kesedihan yang tak pernah di lihat oleh kedua orang tuanya.

"Nak, kamu akhirnya pulang?" Sang Ibu langsung memeluk Putrinya, sebagai seorang Ibu, beliau dapat merasakan dengan jelas adanya perbuhan pada tubuh sang anak.

"Ayo masuk dulu Nak," Ibu membawa Latica masuk ke dalam kediamannya yang sederhana, rumah yang hanya terbuat dari anyaman bambu dengan lantai kayu serta tanah adalah rumah tempat Latica kembali.

"Kamu kenapa Nak?" Setelah di rasa tenang, Latica di datangi sang Ibu ke kamarnya. Latica yang masih belum berbicara sejak dia datang membuat kekhawatiran tersendiri pada hati kedua orang tuanya.

"Mak, Ica tidak berani Mak." Latica memeluk sang Ibu dengan hati yang hancur, merasa akan adanya keganjilan hingga tanpa sadar air mata sang ibu jatuh beruraian.

"Tidak apa Nak, katakanlah." Sang Ibu membelai rambut Latica dengan penuh perasaan, jiwanya sebagai Ibu meronta menahan pilu saat tangis dan derita sang anak terdengar.

Latica menceritakan segala hal yang sudah terjadi kepadanya tanpa ada yang terlewat, isak tangisnya kian menjadi saat tangan sang Ibu terus mengusap kepalanya tanpa henti.

"Sudah Nak, sudah." Sang Ibu memejamkan matanya, merasakan adanya sebuah batu yang menghimpit dirinya.

Bunga yang dia jaga dengan tangannya sendiri ternyata telah rusak oleh keegoisan manusia, tak dapatkah kalian melihat bagaimana derita seorang Ibu yang tersakiti?

Terpopuler

Comments

Yura Anita

Yura Anita

thor di ica di perkosa bergiliran ?

2024-06-02

1

Ani

Ani

baru baca 1 bab udah nyesek banget

2024-04-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!