NovelToon NovelToon
Lily ( From The Hill To The Valley)

Lily ( From The Hill To The Valley)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Careerlit
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Meg Yorah

Lily, gadis muda yang menjadi tulang punggung keluarga. Lily adalah anak kedua dari keluarga Brown, seorang pengusaha yang bangkrut dan meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri. Tidak ada harta yang ditinggalkan. Semua dijual untuk menutupi utang perusahaan. Nyonya Hannah, nenek Lily adalah wanita yang tidak bisa menerima keadaan. Dia tetap merasa kaya walau harus mengontrak di kawasan kumuh di pinggiran ibu kota. Begitu juga kakak Lily, Amber Rose yang tidak bisa melepaskan kehidupan hedon masa remajanya. Dia melakukan apa saja demi uang walau itu salah. Lily berjuang sendiri menghidupi keluarganya dengan cara halal. Adik Lily dan Rose, Corey yang masih SMA bisa dibilang berandalan. Tapi dia sangat menyayangi dan menghormati Lily walau sering membuat masalah yang membuat pusing keluarga itu.

Lily jatuh cinta pada Jared Watson, anak pengusaha kaya yang ternyata hanya memanfaatkan Lily sebagai bahan taruhan. Bagaimana akhir kisah Lily? Kita ikuti bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meg Yorah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Delusi

(POV Hannah)

Aku menyesap kopiku. Kopi murahan. Padahal dulu, kopi yang kuminum minimal kopi Luwak atau Black Ivory. Tapi tentu saja yang jadi favoritku adalah Ospina. Rasanya tentu jauh berbeda dengan kopi instant yang kuminum saat ini.

Aku sudah bilang pada Rose dan Lily untuk membelikanku coffee maker dan kopi Luwak, aku janji akan menghemat kopi itu tapi mereka bilang itu pemborosan. Mereka tidak mau keluar uang sedikit saja untuk kopi yang kusukai. Bahkan, Lily yang biasanya selalu menuruti mauku juga tidak mau membelikanku itu.

Oh Tuhan, aku seringkali kesal kalau ingat masa laluku dan sekarang yang jauh berbeda.

Aku terus berharap akan kembali menjadi orang kaya apapun caranya.

Dan kulihat, sebenarnya Rose sangat berpotensi mewujudkan cita-citaku.

Cantik, cerdas dan tubuhnya yang indah adalah modal untuk menggaet pengusaha kaya raya.

Aku tidak peduli pengusaha itu beristri atau single, yang penting dia mau menuruti semua keinginanku.

Waktu itu Rose pernah dekat dengan laki-laki bernama Bagas. Dia cukup kaya walau tetap saja kami tidak setara. Tapi dulu dia sangat royal pada Rose dan padaku. Selama mereka berhubungan, aku juga bisa menikmati kopi kesukaanku walau dengan coffee maker kami yang lama, yang sekarang sudah rusak. Bagas memberiku uang yang cukup banyak, jadi aku masih bisa beli baju-baju branded walau bukan lagi Briono ato Katon. Well, Fenda dan Gucca sudah cukup untukku.

Orang-orang kampung ini mana tahu barang bermerek. Paling mereka tahunnya Nasi Uduk mana yang enak. Pemikiran terlalu simple yang membuat mereka tidak bisa maju.

Saat bersama Bagas, walau Rose pelit tapi dia sering mengajakku ke mall dan restaurant mewah. Hanya kami bertiga. Karena Lily dan Corey selalu menolak ajakan Bagas. Di rumah mereka hanya makan seadanya. Itu juga yang kumakan kalau Bagas dan Rose tidak mengajakku makan di luar.

Semua berakhir ketika Bagas yang ternyata sudah beristri tidak lagi bersama dengan Rose. Rose dilabrak dan dipermalukan oleh istri Bagas dan keluarganya. Aku marah sebenarnya. Rose diperlakukan seolah dia perebut suami orang, padahal Rose tidak tahu Bagas sudah berkeluarga. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Dan setelah kupikir-pikir, seharusnya Rose tetap menjalani hubungan dengan Bagas saja diam-diam. Toh aku tahu pasti, Rose itu sudah tidak utuh bahkan sebelum mengenal Bagas. Sayang sekali Rose memutuskan untuk berpisah dengan Bagas.

Aku sangat tahu kelakuan Rose yang liar dulu. Tapi aku membiarkannya. Selama itu tidak ketahuan, tidak masalah. Kalau ketahuan dia mempermalukan keluarga baru akan kumarahi dia. Dan ini pernah terjadi dulu. Gossip bahwa Rose menjual dirinya santer terdengar, sampai-sampai anak semata wayangku, ayah dari 3 cucuku itu meninggal karena kecelakaan ketika ingin menemui rekannya yang merupakan sugar daddy Rose. Dia meninggal bersama dengan istrinya, Rosi Siregar, anak yatim piatu antah berantah yang berhasil jadi menantuku.

Tuhan mungkin sedang mengujiku dengan kebangkrutan bisnis keluarga kami dan meninggalnya anak serta menantuku. Aku harus pindah dari kawasan elite di Menteng, meninggalkan rumah mewah kami dan pindah ke Kampung Sawah di pinggiran Jakarta. Tinggal di rumah kontrakan sempit dengan 2 kamar, tanpa ruang tamu, ruang keluarga dan dapur yang terpisah. Kamar pembantuku di Menteng sana bahkan lebih luas dari keseluruhan rumah ini.

Aku jarang keluar rumah, bahkan nyaris tidak pernah. Paling aku keluar rumah kalau mau jalan-jalan. Dulu. Waktu Bagas masih jadi pacar cucuku. Aku memamerkan baju-baju brandedku, walau aku sadar orang-orang kampung itu mana tahu hal seperti itu.

Aku selalu berusaha masuk circle ku yang dulu, tapi sayangnya aku sepertinya tidak lagi diterima.

Teman-teman yang kuanggap seperti saudara sendiri kini terasa seperti asing.

Sudahlah, memikirkan mereka membuatku marah.

Aku melihat sekeliling rumah. Ya Tuhan, aku merasa pening seketika.

Kapan aku pergi dari rumah kumuh ini.

Aku sudah lelah bertahun-tahun harus tinggal di sini.

Rose juga, anak itu benar-benar tidak tahu diri. Dia itu cucu kesayanganku. Dulu, semua maunya kuturuti, sampai aku harus bertengkar dengan menantuku bahkan kadang anakku.

Tapi sekarang, ketika dia sudah mulai sukses, dia samasekali tidak menganggapku. Dia pindah ke apartment seorang diri. Tidak mengajakku.

Padahal aku sudah memohon-mohon sampai menangis. Tapi dia tetap tidak mengijinkan aku tinggal bersamanya. Gadis itu benar-benar membuat tensiku naik.

Lily sekarang sudah jadi sekretaris seorang CEO di perusahaan Perancis di Indonesia. Gajinya jangan ditanya, jelas berkali-kali lipat dibanding dengan saat dia jadi office girl dulu.

Tapi dia tidak mau pindah ke rumah yang lebih bagus. Di kawasan yang lebih elite.

Aku sudah bilang padanya, kontrakan yang harga 150 juta per tahun di kawasan Rosewood juga sudah cukup bagiku. Toh gajinya sudah mencapai 2 digit per bulan. Tapi Lily beralasan untuk apa membayar rumah dengan harga segitu. Katanya sama saja dengan memberi cuma-cuma pada orang lain.

"Nenek, please. 150 juta itu bukan uang sedikit."

"Kamu kan bisa pinjem kantor kamu. Nanti cicil pakai gaji kamu." desakku.

"Nggak ah. Orang rumah sama aja. Yang penting kita nggak kepanasan, nggak kehujanan. Rumah ini nyaman, Nek. Lily besar disini. Dan rumah ini murah banget. Cuma 15 juta per tahun. Kita punya rumah dengan 2 kamar. Ada halaman luas."

Aku mencebik.

"Dulu gaji kamu cuma 4 jutaan, Ly. Wajar kalau kamu ngontrak rumah di sini. Sekarang gaji kamu itu 25 juta loh. Masa iya tetep tinggal di rumah kayak gini." Aku masih terus mencoba merayu Lily.

"Nenek aja yang kerja gantiin Kak Lily." Corey tiba-tiba menyambar obrolanku dengan Lily. Padahal anak itu sepertinya cuek bermain game dari tadi.

"Jangan sembarangan kalau ngomong, Corey. Kamu pikir kalau nenek masih muda, nenek mau hidup kayak gini? Nenek pasti dah kerja juga jadi sekretaris dan tinggal di apartment kayak Rose tuh. Seneng-seneng beli baju branded. Makan enak di resto fine dining. Healing ke Eropa. Bukannya malah nyimpen duit nggak jelas buat apa." sindirku pada Lily.

"Tapi buktinya Kak Rose nggak ngajak nenek tinggal di apartmentnya tuh." ujar Corey.

"Ya itu memang nenek yang nggak mau ninggalin kalian berdua di rumah yang seperti ini, sementara nenek sama Rose tinggal di apartment. Nenek mana tega." kilahku menutupi malu. Corey dan Lily jelas tahu, aku bahkan rela sempat mengancam mengakhiri hidupku agar Rose mengijinkanku tinggal bersamanya. Tapi gadis tidak tahu terimakasih itu tetap tidak mengijinkanku.

Corey menepukkan kepalanya di jidat mendengar tuturku. Dia tahu aku bohong. Tapi dia memilih diam.

Aku kesal setengah mati, masa dia sekretaris baju-bajunya masih seperti Ecenem, Uniqlah paling banter Miaw-Miaw. Ayolah, apa salahnya beli 2 pasang atau 3 pasang baju Lara Piano ataupun Brunelle Cucikaki atau mungkin Ralf Lorong. Tapi tidak, Lily tidak mau memakai baju-baju seperti itu.

Padahal kalau dia pakai baju yang lebih mahal, penampilannya akan lebih berkelas. Dia kan sering bertemu orang-orang penting dan kaya. Aku harap salah satunya jatuh cinta pada Lily dan menikahinya.

Ada yang lebih parah dari itu semua. Lily samasekali tidak tertarik untuk membeli mobil. Padahal itu menunjang pekerjaannya. Mana ada sekretaris naik motor ke kantor.

Kulihat Lily memijat keningnya. Dia selalu seperti itu kalau aku sudah membicarakan tentang uang.

Sekarang memang sih, makanan di rumah ini jauh lebih enak. Lily juga sering membawakan makanan enak dari luar. Kami juga sering makan di luar. Tapi aku tetap ingin pindah dari sini. Lingkungan ini bukanlah tempat di mana seharusnya aku berada. Aku kan masih bisa dibilang orang kelas atas karena dulunya orang kaya.

1
Ratna Shinta Dewi
Saran aja ni kak. Untuk bahasa asing dan bahasa daerah dikasih terjemahan. Semangat
Ratna Shinta Dewi
nama panjang Mpok Odah, Saodah bukan wkekwk
Meg Yorah: Bukan Kak..
Raudah nama panjangnya mah..hehe
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
secara wajar, manusia menyukai keindahan, nenek lebih sayang ke Rose krn cantik, tp ketulusan Lily memenangkan hati nenek
Ratna Shinta Dewi
jangan makan daging rendang nenek, gak baik buat nenek2, buat saya aja xixixi
Meg Yorah: Hehehe... Makasih komentarnya, Kak. Alhamdulillah, ini komentar pertama yang saya dapat. Tolong terus dukung saya ya, Kak. Terimakasih.
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
warga kok baik bgt sih, masak ada tetangga begitu 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!