Azura Az-Zahra gadis cantik yang sudah dinikahi oleh seorang CEO sejak kecil. Kedua orang tuanya sudah meninggal sejak dia berusia 1 tahun karena kecelakaan. Sejak itu dia tinggal bersama paman dan bibinya yang mempunyai seorang putri berumur 2 tahun lebih tua darinya.
Bagaimana bisa Zahra sudah menikah sejak masih kecil?.
Siapa yang sudah menikahi Zahra sejak kecil?.
Dan bagaimana perlakuan paman dan bibinya selama ini?
ikuti terus ceritanya ya, dijamin konfliknya ringan dan gak buat pusing 🤗🤗🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungabunga2929, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Setelah lama berfikir akhirnya Zahra memutuskan untuk ikut dengan Xavier.
Menurut Zahra sekarang dia sudah menjadi seorang istri, jadi dia harus ikut bersama suaminya sekarang.
Walaupun Zahra sendiri belum percaya dengan pernikahan ini, tapi dia harus belajar menerima kenyataan.
Bibi Nita yang mendengar Zahra akan ikut dengan laki-laki yang merupakan suaminya mencoba menahan Zahra agar tidak pergi.
"Kamu tidak bisa pergi begitu saja Zahra, selama ini paman dan bibi sudah merawat dan menjagamu secara gratis".
"Jadi kamu harus memberi kami imbalan terlebih dulu baru boleh keluar dari rumah ini" ucap bibi Nita.
Zahra yang mendengar ucapan bibi Nita merasa semakin kecewa.
"Selama ini aku tinggal disini selalu mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan ternyata selama ini juga bibi mendapat uang dari suamiku yang aku sendiri pun tidak tahu".
"Apa semua itu belum cukup untuk membayar biaya sewaktu sebagai bayaran selama tinggal disini?" marah Zahra.
Xavier yang mendengar ucapan bibi Nita langsung memberi kode kepada Leon untuk menyerahkan cek yang sudah dibawanya.
Xavier tahu, pasti kejadian seperti ini akan terjadi. Karena dia tahu sifat paman dan bibi Zahra dari dulu sangat materialistis.
"Ini saya akan memberikan sebuah cek, untuk mengganti biaya hidup dan juga membayar jasa kalian karena sudah menjaga nona Zahra" ucap Leon sambil meletakan cek didepan Hendra dan Nita.
Nita yang melihat sebuah cek dengan nominal 10 milyar langsung tersenyum senang.
"Nah kalau begini baru benar, sekarang silahkan kalau kalian ingin membawa Zahra keluar dari rumah ini".
Paman Hendra yang juga melihat nominal yang diberikan ikut angkat bicara.
"Benar, kalian boleh membawa pergi Zahra. Kami sudah tidak ingin mempunyai urusan dengan Zahra lagi".
Zahra yang mendengar ucapan paman dan bibinya merasa sangat sedih.
"Ternyata selama ini mereka tidak tulus merawatku. Mereka tega menukarku dengan sebuah cek itu" batin Zahra.
Zahra yang sudah merasa sangat malu dengan kelakuan paman dan bibinya langsung masuk kekamar untuk mengemasi barangnya.
Setelah siap, Zahra langsung keluar untuk segera pergi dari rumah ini.
"Ayo kak, aku udah siap" ucapnya.
Xavier langsung menggenggam tangan Zahra dan membawanya masuk kedalam mobil. Sebelum itu Zahra berpamitan kepada paman dan bibinya terlebih dahulu.
"Terima kasih kalian sudah mau merawatku selama ini. Walaupun akhirnya aku tahu kalian tidak tulus selama ini. Tapi tidak papa aku tetap bersyukur kalian sudah mau menampungku selama ini".
"Aku pamit pergi dulu, semoga kalian selalu sehat dan bahagia. Sampaikan salamku kepada kak Claudia kalau dia menanyakan ku" ucap Zahra.
Melihat Zahra yang kembali meneteskan air mata, Xavier langsung melirik Leon untuk membawa barang-barang Zahra dan segera pergi dari sini.
Saat berada didalam mobil Zahra hanya diam saja, Xavier yang melihat itu hanya membiarkannya saja. Xavier tahu pasti Zahra masih merasa terkejut setelah mengetahui bahwa dirinya sudah menikah.
Sampai dimansion, Xavier langsung membawa Zahra kekamarnya. Kamar yang didominasi warna hitam, sesuai kepribadian pemilik kamar.
Xavier belum sempat merubah dekorasi didalam kamarnya karena dia mengira masih ada waktu 2 hari lagi sebelum membawa Zahra ke mansionnya.
Xavier sudah tidak tinggal bersama kedua orang tuanya, dia sudah memiliki mansion sendiri sejak berumur 20 tahun.
Zahra yang melihat nuansa kamar Xavier merasa sedikit takut. Bagaimana tidak tidak ada warna lain dikamar ini, hanya ada warna hitam yang dia lihat.
Bahkan seprei dan bantalnya juga berwarna hitam.
"Kenapa semua berwarna gelap, apa kak Vier tidak takut selama ini tinggal di kamar dengan nuansa seperti ini" batin Zahra.
Melihat Zahra yang seperti terkejut saat masuk kedalam kamarnya Xavier langsung menyadarinya.
"Kalau kamu kurang nyaman dengan desain kamar ini, kamu boleh merubahnya sesuai dengan keinginanmu".
"Kamar ini juga kan akan menjadi kamar kamu juga. Aku tahu kamu masih merasa bingung dan juga terkejut dengan kenyataan ini. Tapi aku harap kamu tidak pergi meninggalkan aku".
"Setelah kamu berumur 18 tahun kita akan menikah lagi secara sah dimata hukum. Karena dulu saat kita menikah kamu masih umur 10 tahun, jadi kita perlu melakukan ijab kabul lagi" ucap Xavier.
Zahra yang memang masih belum mempercayai ini semua, berusaha untuk menerimanya. Mungkin ini semua sudah takdir dan garis hidupnya harus seperti ini.
"Kak, maaf ya kalau aku masih belum bisa menjadi istri yang baik. Tapi aku janji pelan-pelan akan belajar. Aku juga belum mengenal Kaka, lagian ini kali kedua kita bertemu".
"Jadi aku masih harus mengetahui Kaka lebih jauh lagi. Aku harap Kaka akan mengerti maksud aku" ucap Zahra dengan ragu.
"Aku akan menunggu kamu sampai kamu bisa menerima dan mencintai aku. Selama kurang lebih 7 tahun bahkan hampir 8 tahun aku sabar menunggu kamu, masa aku mau nyerah gitu aja" ucap Xavier dengan tersenyum.
Mendengar ucapan Xavier Zahra langsung tersenyum. Sepertinya laki-laki yang sudah menjadi suaminya sejak dulu adalah laki-laki baik dan sangat mencintainya.
Zahra akan belajar membalas perasaannya pada kak Vier.
Dua hari kemudian adalah ulang tahun Zahra. Hari ini, Xavier berencana mengadakan acara ulang tahun Zahra dengan sangat meriah.
Tadi pagi, Zahra dan Xavier sudah resmi menikah secara negara. Tapi mengenai pernikahan Zahra meminta untuk masih dirahasiakan.
Dia tidak ingin dikeluarkan dari sekolah jika semua orang tahu kalau dirinya sudah menikah. Sebenarnya bisa saja Xavier membeli sekolah itu agar Zahra bisa lebih leluasa jika ada masalah atau apapun.
Tapi Zahra menolak, dia tidak ingin diperlakukan istimewa jika sekolah itu milik suaminya. Akhirnya Xavier hanya menuruti keinginan istrinya.
"Kak, kayanya acara ulang tahun aku gak usah dirayain deh. Aku gak biasa dengan pesta-pesta seperti itu" ucap Zahra mencoba membujuk suaminya.
"Kamu yakin sayang, biasanya kan gadis seumuran kamu, suka kalau ulang tahunnya dirayakan secara meriah gitu" ucap Xavier mencoba merubah permintaan Zahra.
"Gak kak, aku lebih suka kalau kita merayakan ulang tahun secara sederhana di mansion Kaka. Gimana Kaka setuju kan?" tanya Zahra.
"Bukan mansion Kaka sayang, tapi mansion kita. Sekarang kan kamu udah resmi sebagai istri Kaka. Jadi, semua kekayaan yang Kaka miliki, adalah milik kamu juga" tegas Xavier.
Zahra yang mendengar nada tegas suaminya merasa sedikit takut. Akhirnya dia hanya menurut saja.
Xavier yang melihat raut ketakutan di wajah istrinya langsung memeluknya.
"Maaf karena Kaka sudah membuatmu takut sayang" ucap Xavier.
Zahra yang mendengar panggilan baru dari suaminya langsung merasa malu. Dia belum terbiasa dengan panggilan sayang yang suaminya ucapkan.
