"Apa anda sudah gila..? kenapa anda lakukan ini kepadaku..?"
Pertanyaan yang dibarengi dengan lelehan air mata, keluar dari rongga suara wanita cantik Yara Berker. Netra yang digenangi cairan bening itu, nampak berkilat kemarahan terhunus kearah lelaki tampan yang tengah terduduk dikursi kepemimpinannya.
"Mungkin...!" jawab Asker Meltin, sang CEO pemilik gedung pencakar langit termegah, Meltin Grup.
"Pilihan ada ditanganmu, kaulah penentu masa depanmu sendiri." sambung Asker Meltin membalasan tatapan sang bawahan yang berdiri gemetar dengan tangan terkepal didepan sana.
---------
Alih alih mendapatkan harapan yang ia gantungkan kala melamar pekerjaan diperusahaan terbesar dan termasyur dibeberapa belahan dunia, Yara Berker malah harus menelan kesakitan yang ia dapat dari atasannya sendiri.
Kepahitan kala harus mengorbankan hati dan cintanya, demi menjaga nama baiknya dan orang orang terkasih.
Pilihan yang keduanya sulit mau tak mau harus diambil olehnya.
Inilah kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan tidak terduga
Petang ini Altair yang merasa bosan dan tidak ingin kembali kerumah secepat mungkin, berencana mengunjungi butik Reha sekembalinya dari bekerja. Dan kebetulan sekali, saat kendaraannya memasuki pelataran butik, Reha keluar dari dalamnya.
"Al...!" seru Reha yang melihat mobil pria itu berhenti tepat didepannya.
"Kamu mau pulang..?" tanya Altair setelah keluar dari dalam kendaraannya.
"Iya, tapi aku mau keswalayan dulu mama meminta aku berbelanja untuk membuat kue yang akan dikirim kepanti."
"Ayo aku antar..!"
Mereka memasuki kendaraan, lalu menuju ketempat yang dimau Reha.
"Kamu baru pulang bekerja..?" tanya Reha.
"Iya, aku sedang malas dirumah sendirian, semua pergi kerumah paman." jelas Altair.
"Kenapa kamu tidak menyusul kesana..?"
"Rumah paman diluar kota, sedangkan besok aku masih harus bekerja. Lagi pula memangnya kenapa kalau aku mengunjungimu..? apa kamu keberatan..?"
"Bukan begitu..!" sangkal Reha cepat seraya membalas tatapan Altair dengan sinaran tidak enak hati.
"Hanya tumben sekali, biasanya kamu akan meminta berkumpul dikafe Alara jika ada waktu senggang begini atau sedang bosan."
"Semua sedang sibuk. Sherin harus kerumah neneknya, Erdana masih bekerja, Alara juga sibuk karena ini akhir bulan." jelas Alfair.
"Memangnya kamu tidak membaca grub chat..?" tanya Altair kemudian.
Reha menyengir kikuk "aku tidak sempat melihat ponsel pribadiku, hanya tadi menerima panggilan dari mama saja."
Altair menghela nafas dengan kepala yang menggeleng perlahan dan bibir tersenyum "pantas saja..!"
Sesampainya ditempat, Altair langsung meraih sebuah troli dan mendorongnya "kemana dulu..?"
"Ketempat buah buahan..!" jawab Reha.
Mereka melangkah bersama dengan saling bertukar kata, lalu memilih buah yang berkualitas baik dengan bersama juga.
"Ketempat sayuran..!" komando Reha setelah usai memilih buah.
Lagi dengan telaten serta lues, Reha memilih sayuran hijau, dan aneka bumbu pelengkap. Saat dimana matanya menatap gunungan bawang merah, Ide jahil pun keluar dari dalam otaknya.
Dengan mengendap endap, gadis itu menghampiri Altair yang berdiri membelakanginya. dikupasnya bawang merah itu, lalu diulurkan tangannya tepat kedepan indra penciuman Altair.
"Reha..!" seru Altair terkejut menepis tangan gadis itu lalu menutup hidungnya dengan kerah baju hangat yang ia pakai.
Reha terbahak melihat wajah geli Altair.
"Kenapa..? Ini harum sekali..? heem...!" ucap Reha sembari mencium aroma bawang putih itu menggoda Altair.
"Coba sini, ciumlah." titah Reha kemudian mendekat dengan tangan terulur kepada Altair.
"Tidak mau..!" tegas Altair lalu memutar badan menghindar.
"Al, ini enak sekali baunya."
"Tidak Reha, sudah aku mual." tegas Altair menjauhkan tangan Reha. Gadis itu semakin terbahak saja.
"Reha sudah, aku mual sekali." ucap Altair memelas, dengan mata yang memerah dan mulut yang menahan agar tidak memuntahkan isi perutnya.
"Iya iya..!" ucap patuh Reha dengan masih terkekeh sembari meletakkan bawang merah itu ketempatnya.
"Cuci tanganmu, aku menunggu disana." perintah Altair sembari bergegas menunjuk deretan rak yang berisikan tepung juga bahan untuk membuat kue yang lain.
"Oke, sekalian aku ketoilet ya..?" Reha pun berlalu setelah mendapat jawaban dari Altair.
Sementara pria itu langsung mempercepat langkahnya mendekati tempat yang ia maksud tadi. Mengambil sesuatu dan melihat lihat.
Sampai dimana ia membalikkan tubuhnya, dan menangkap sosok wanita yang masih amat ia cintai. Tubuhnya menegang dengan netra yang tidak juga berkedip terarah kewanita itu.
Hingga mata mereka saling bertemu, terkunci satu sama lain barang sesaat. Lalu sama sama melangkah saling mendekat dan bertegur sapa.
Saling mengusir kerinduan didada, menahan keinginan untuk saling memeluk dan menahan diri untuk mengungkapkan isi hati.
Dadanya berdenyut nyeri, menerima kenyataan wanita itu sudah lagi tidak bisa ia gapai. Dan semakin berdenyut sakit, kala harus melepas kepergian wanita itu sebelum menghabiskan waktu bersama guna mengusir rasa rindu didada, saling bercengkrama seperti dulu.
Altair menghela nafas berat, disaat raga wanita itu menghilang dari bingkai mata. Diaturnya nafas guna mengusir rasa sesak yang menghimpit dada.
"Syukurlah kamu baik baik saja...!"
Ungkapan kelegaan kala bisa melihat sosok itu berdiri sehat dan masih tetap sama cantiknya seperti dulu.
"Al...!" seru Reha yang membuatnya terperanjat.
"Ya...!" jawab Altair sembari menetralkan air wajahnya "sudah..?" tanyanya kemudian.
"Sudah..!"
Altair mengangguk dan tersenyum "belanja apa lagi..?"
"Tepung, gula, margarin, susu. Em, bahan bahan kue yang lain." jawab Reha sembari meraih gula yang berada didekat Altair.
"Oke...!"
Aksi memilih barang yang dibutuhkan mereka lakoni, sembari bertukar canda yang mengundnag tawa dari keduanya. Namun tetap saja tidak bisa mengusir rasa yang berkecamuk didada Altair, dan itu tertangkap dimata Reha.
"Kamu kenapa Al..?" tanya Reha.
Altair menyatukan kedua alisnya "kenapa..? memang salah satu bagian dari wajahku ada yang hilang..?" candanya mengalihkan akan maksud pertanyaan Reha.
Reha memutar bola matanya, dan Altair terkekeh.
Hampir dua jam mereka menghabiskan waktu berbelanja, lalu membayar dan melangkah beriringan menuju kekendaraan.
"Besok pagi jangan menjemputku ya..? aku mau kepanti dulu, mungkin kebutik akan siang hari." beritahu Reha.
"Oke...!" jawab Altair "sorenya aku kebutik ya..? keluargaku baru akan kembali lusa malam."
"Iya, dan lusanya juga harus kebutik. Bersiaplah untuk menjadi model gratisku." balasan Reha.
Altair pun menyanggupi dengan diselingi tawa renyahnya.
"Berikan penilaian bintang lima kalian ya kawan..? Juga Like, Vote, koment, dan tekan tombol Love dilayar. Terimakasih 🙏🙏"
Sebenernya lbh suka yara sama altair..
Asker kyk psikopat iih serem..
Pliss thor endingnya balik sama altair aja,,
Atau klo ttp sama asker, ilangin tuh psikopatnya, serem & nyebelin bgt 🤣