Giani Fifera adalah gadis yang tak pernah mengenal dunia luar. Sejak kecil ia hanya belajar dari rumah, tak pernah mengenal dunia luar seperti kebanyakan gadis seumurannya.
Saat orang tuanya meninggal, Giani tinggal berdua dengan kakaknya Geraldo. Giani bahagia karena kakaknya itu sangat menyayanginya. Namun suasana damai di rumah mereka berubah menjadi neraka semenjak kakaknya menikah dengan Finly Prayunata, anak salah satu konglomerat di Indonesia.
Finly punya selingkuhan. Dan selingkuhannya itu adalah anak angkat papanya. Seorang pria bule keturunan Spanyol-Inggris.
Giani tahu kalau kakaknya sangat mencintai istrinya sekalipun sudah tahu kalau istrinya itu punya selingkuhan. Giani pun bertekad merebut dan menikahi selingkuhan kakak iparnya. Dan untuk bisa melakukan itu, Giani harus merubah penampilannya dari gadis lugu, menjadi gadis dewasa dengan gaya yang sedikit menggoda.
Berhasilkah Giani merebut selingkuhan kakak iparnya itu? Berhasilkah Giani membahagiakan kakaknya Geraldo?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu yang Special
5 tahun bersahabat hanya melalui media sosial, dua wanita cantik itu saling berpelukan, seolah melepas rindu dan rasa penasaran karena selama ini hanya lewat chat, videocall dan telepon.
"Kamu sangat cantik, Giani. Lebih cantik dari yang selalu kulihat di video." Kata Joana ketika mereka sudah duduk saling berhadapan sambil menikmati kue dan kopi.
"Kamu juga sangat cantik dan tinggi. Kayaknya tinggimu hampir sama dengan kak Jero."
"Mungkin karena kami sama-sama, bule." Kata Joana sambil mengedipkan matanya. Keduanya berbicara dalam bahasa Indonesia. Joana memang banyak belajar bahasa Indonesia dari Giani.
"Mungkin juga. Oh ya, kenapa nggak bilang kalau akan ke sini?" Tanya Giani.
"Sengaja ingin buat kejutan. Aku juga nggak tahu kalau visaku akan keluar secepat ini. Aku ada pekerjaan selama kurang lebih 7 bulan di sini. Stasiun TV tempatku bekerja sudah membeli salah satu saham stasiun TV di sini. Makanya aku ditugaskan untuk mengolahnya."
"Oh ya? Keluarga kami juga punya 2 stasiun TV swasta. Kau boleh bertanya pada kakakku."
"Dengan senang hati. Namun aku punya 1 minggu free sebelum akhirnya mulai bekerja."
"Kau mau ku ajak jalan-jalan keliling Jakarta? Kebetulan senin depan aku akan ke Bali jadi bisa sekalian liburan di sana."
"Akan kutanyakan dulu pada pacarku, ya?"
"Kau datang ke sini dengan George?"
Joana mengangguk. George adalah salah satu pimpinan di tempat Joana bekerja. George juga pernah menjadi salah satu pasukan khusus presiden. Makanya Joana banyak tahu segala bentuk bajak membajak, alat-alat untuk menyadap telepon dan lain sebagainya, semuanya dari George.
"Lalu, dimana George?"
"Sedikit lagi ia akan sampai ke sini. Tadi dia masih ada urusan sedikit. Aku lebih dulu datang ke tempat ini karena sudah tak tahan ingin bertemu denganmu."
Giani tersenyum. Ia dan Joana dulu berkenalan secara tak sengaja. Di salah satu akun media soasial, Giani melihat foto profil Joana yang menggunakan kaos real Madrid. Ia akhirnya meminta pertemanan dan Joana menerimanya. Waktu itu usia Giani baru 15 tahun dan Joana 20 tahun. Keduanya langsung merasa akrab. Mulai dari cerita menyangkut bola, sampai akhirnya menjadi teman curhat. Joana, sekalipun usianya lebih tua dari Giani, merasa nyaman juga curhat dengan Giani. Gadis itu begitu polos namun kata-katanya selalu membuat Joana terhibur. Joana bahkan sudah menganggap Giani seperti adiknya sendiri. Joana anak tunggal yang sudah yatim piatu dan sangat mandiri.
"Sepertinya George sudah datang." Joana langsung berdiri dan menyambut kekasihnya itu. George adalah pria mapan yang berusia 39 tahun. Ia masih terlihat sangat tampan dan gagah.
"You are a very beautiful little girl!" Kata George sambil memegang tangan Giani.
"Thank you!" Kata Giani dengan wajah yang bersemu merah.
Beryl yang baru datang langsung terkejut melihat ada dua orang bule seperti dirinya. Giani langsung memperkenalkan mereka pada Beryl.
"Aku tak menyangkah kalau kamu punya teman bule. Mereka terlihat sebagai pasangan yang luar biasa." bisik Beryl.
"Mereka memang luar biasa." Kata Giani senang. Sementara George menikmati kue dan kopi, Giani memesan tempat untuk makan siang mereka. Beryl pun menawarkan diri untuk ikut bersama mereka. Jadilah mereka berempat berangkat ke restoran yang sudah dipesan.
Saat mendekati restoran, Giani mengecek ponselnya. Ia terkejut saat melihat kalau gps mobil Jero dan Finly ada juga di restoran ini. Giani pun memberitahukan pada Joana melalui pesan. Joana tersenyum lalu mengirim pesan balasan sambil tersenyum.
*********
"Jer, ayo kita ke hotel saja. Aku kangen banget ingin bersama denganmu!" Rengek Finly sambi memegang tangan Jero.
"Aku nggak bisa, Fin. Aku ada rapat jam setengah tiga nanti." Kata Jero beralasan. Pada hal ia ingin cepat-cepat menemui Giani karena ia sudah janji akan menjemput Giani di restoran sore ini. Mereka janjian akan menonton bioskop.
Finly duduk membelakangi pintu masuk, sementara Jero duduk berhadapan dengan pintu masuk.
"Memangnya kamu nggak kangen dengan aku?"
"Kangenlah."
"Kalau begitu, ayo ke hotel. Aku janji kita nggak akan lama."
"Fin, kamu kan tahu kalau aku belum bisa bercinta denganmu selama masih terikat pernikahan dengan Giani."
"Aku sudah nggak sabar, Jer. Malas ah, berhubungan dengan Aldo terus. Dia terlalu lembut. Kurang menantang kayak kamu!"
Jero hanya tersenyum. Tepat di saat itu ia melihat Giani masuk bersama Beryl dan sepasang bule.
"Ah...!" Giani pura-pura hampir jatuh karena sepatunya, untunglah Beryl dengan cepat menahan tubuh Giani.
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Beryl khawatir.
"Kakiku sakit, kak" Giani meringis menahan sakit di kakinya.
Joana yang sudah memberitahukan pacarnya mengenai sandiwara Giani, pura-pura ikut prihatin.
Seorang pelayan datang mendekat. Giani menyebutkan namanya dan pelayan itu langsung menunjukan meja mereka yang berada tak jauh dari meja Jero dan Finly.
"Kakiku sakit untuk berjalan." Rengek Giani yang masih memegang tangan Beryl.
"Aku gendong saja.?" Tanya Beryl.
Giani mengangguk.
Sambil membungkuk sedikit, Beryl mengangkat tubuh Giani membuat Jero yang melihatnya jadi panas. Ada rasa tak rela melihat tubuh Giani ada dalam gendongan Beryl. Apalagi tangan Giani yang melingkar manja di leher Beryl.
"Kamu kenapa, sih?" Finly mengikuti arah pandang Jero.
"Kok, mereka bisa ada di sini?"
Jero langsung berdiri. Ia mematikan rokok yang ada ditangannya, meneguk air putih sebanyak mungkin untuk menghilangkan bau rokok karena memang Giani tak suka. "Fin, aku pergi dulu ya? Ada Giani. Takut nanti dia lapor ke mama." Lalu tanpa menunggu jawaban Finly, Jero langsung melangkah ke arah meja Giani dan teman-temannya. Beryl sementara memijat kaki Giani.
"Kamu kekasih yang baik untuk Giani. Wajah kalian terlihat sangat berjodoh." Kata Joana saat melihat Jero yang mendekat. Suaranya terdengar agak keras.
Beryl tersenyum senang sementara Giani pura-pura tersipu.
"Honey!" Sapa Jero setelah berdiri di dekat meja.
"Kak Jero? Apa yang kau lakukan di sini?" Giani pura-pura terkejut.
"Aku..., kenapa kakimu?" Jero langsung mengalihkan pembicaraan. Ia langsung menarik Beryl untuk berdiri dan ia duduk di tempat Beryl sambil memegang kaki Giani.
"Who are you?" Tanya George. Pria tampan itu sebenarnya sedang berpura-pura juga.
"I'm Jeronimo, the husband of Giani." Kata Jero sambil memegang tangan Giani.
"Oh, aku kira Beryl adalah kekasih Giani. Soalnya mereka terlihat sangat cocok." Kata George membuat wajah Jero memerah.
"Ini sepupuku." Kata Jero sambil menatap Beryl. "Sayang, mereka siapa?"
"Ini temanku Joana dan pacarnya George. Mereka dari Amerika."
Setelah basa-basi sebentar, merekapun memesan makanan. Jero lupa kalau Finly masih di sana dan menatap mereka dengan sangat marah.
Selesai makan siang, Joana dan pacarnya pamit untuk pergi kembali ke hotel dan diundang makan malam di rumah Giani.
Beryl mengantar Joana dan George ke hotel, sementara Giani dan Jero di mobil yang sama.
"Kakimu sudah sembuh?" tanya Jero melihat Giani yang berjalan biasa saja saat mereka ke tempat parkir.
"Sudah. Pijatan kak Beryl sangat enak. Beruntung banget ya yang jadi pacarnya."
"Maksudnya?"
"Dia tampan, lembut, kaya, jago pijat juga."
"Kamu suka sama Beryl?" Tanya Jero sambil mencengkram stir mobil menahan barah di dada.
"Hanya cewek buta yang tidak menyukai pria bule tampan seperti dia."
"Jadi, kamu kategori perempuan buta atau tidak?"
Giani menoleh ke arah Jero. "Kakak cemburu ya kalau aku bilang suka sama Beryl."
"Ngapain juga aku cemburu?"
"Aku suka dengan Beryl!"
Dreet....! Jero menginjak rem mobil secara mendadak. Entah kenapa ia jadi marah mendengar pengakuan Giani.
"Ada apa, kak? Kayaknya kakak marah ya?" Tanya Giani menahan tawa karena wajah Jero terlihat merah menahan marah.
"Ng...nggak." Jero menjankan lagi mobilnya.
"Aku suka Beryl karena dia baik. Namun selama kita masih menikah, aku akan bersikap wajar padanya." Kata Giani pelan.
"Kalau kita sudah bercerai, kau akan membangun hubungan bersama Beryl?" Tanya Jero walaupun sebenarnya hatinya bagaikan dicubit menanyakan pertanyaan itu.
"Tergantung."
"Tergantung apanya?"
"Tergantung bagaimana Beryl mau berjuang untuk mendapatkan aku."
Jero hanya diam. Ia tak mengerti dengan perasaannya.
*******
Malamnya, Joana dan George datang ke rumah Jero dan Giani setelah dijemput oleh Beryl. Mereka makan malam bersama. Joana dan pacarnya sangat memuji masakan Giani yang sangat enak. Mereka juga memuji rumah Jero dan Giani yang sangat indah dan mewah.
Setelah Joana, George dan Beryl pulang, Giani segera masuk kamar mandi dan mandi. Ia keluar sambil melilit handuknya ditubuh. Giani membuka walk in closet. Tiba-tiba Jero memeluknya dari belakang.
"Sayang, palo kangen nih!"
Giani membalikan badannya. "Maaf, kak. Aku lagi datang bulan."
Datang bulan? Jadi benihku gagal tumbuh dirahimnya
Jangan lupa ya...like komen
tpi lebih enak dibaca kata memelihara diganti dg kata " merawat" ☺☺☺