Rocky, pria macho dari keluarga konglomerat, dikelilingi oleh wanita-wanita cantik dan berkelas.
Namun nasibnya begitu mengenaskan, pasalnya sang mami memilihkan seorang gadis untuk menjadi isteri yang sangat jauh dari ekspektasinya.
Ketidak pedulian Rocky pada sang isteri berubah drastis, begitu sadar seorang pengusaha tambang ternyata menginginkan isteri yang ia remehkan.
Bisakah Rocky mempertahankan pernikahannya?
Ikuti kisahnya ; ISTERIKU, CANDUKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Nasihat Riani
"Lisa, tidak apa-apakan Kakak tinggal sebentar? Sepertinya Mama memerlukan bantuanku," izin Mathias, saat melihat ibunya melambaikan tangan kearahnya.
"Tentu Kak, pergilah," sahut Lisa tak berkeberatan, ia menoleh sebentar pada Mathias dan mendapatkan pria mapan itu tengah tersenyum lembut padanya sebelum pergi.
"Mama memanggilku?" Mathias mendekati ibunya yang menurunkan kedua kakinya dari tepi sofa.
"Bantu Mama kekursi roda lagi," pinta Riani, sembari menjulurkan tangannya pada Mathias.
"Pelan-pelan Ma," Mathias memapah tubuh ibunya, membiarkan sepenuhnya bobot sang Mama bertumpu pada lengan kokohnya.
"Terima kasih Sayang," Riani tersenyum lembut kala dirinya sudah berhasil duduk dengan nyaman dikursi rodanya.
"Iya Ma," Mathias ikut tersenyum lembut.
"Sebenarnya Mama tidak perlu berterima kasih, ini memang kewajibanku membantu Mama. Mama harus menjaga kesehatan dengan baik, jangan terlalu banyak berfikir, supaya kondisi kesehatan Mama segera pulih," imbuhnya lagi, mendorong pelan kursi roda menuju taman samping agar sang mama leluasa mengirup oksigen, dari sana mereka bisa melihat setiap pergerakan Lisa dengan begitu jelas.
"Maafkan Mama, Sayang," lirih Riani. Wanita itu mendongak keatas hingga sandaran belakang kursi rodanya menjadi tumpuan kepalanya, menemukan wajah putranya yang sedang menunduk memandang padanya.
"Maaf untuk apa Ma?" Mathias mengusap lembut punggung tangan ibunya yang tengah menyentuh lengannya.
"Kalau saja Mama tidak sakit ketika itu, tentu kamu tidak akan kehilangan gadis itu," Riani kembali bersuara lirih, memandangi Lisa dari kejauhan.
Mathias terdiam sesaat. Ingatannya kembali melayang kemasa beberapa bulan yang lalu, saat tumor ganas payu dara sang mama harus segera diangkat. Ia sendiri yang membawa ibunya berobat ke Singapura karena Jonathan ayahnya sedang berdinas.
Pasca pengangkatan payu dara sebelah kiri Riani, ternyata ibunya itu masih mengeluhkan rasa sakit yang luar biasa, sehingga rumah sakit Singapura memberi rujukan agar Mathias membawa ibunya itu kerumah sakit yang ada di Jepang.
Ditengah situasi itu, selama dua minggu ia tidak sempat melakukan kontak dengan orang kepercayaannya.
Beberapa hari berikutnya, rasa cemas yang teramat sangat menyergapnya kala mendapat kabar Lisa menghilang bak ditelan bumi. Gadis biasa itu, yang bahkan tidak dipandang sebelah mata oleh keluarganya sendiri karena rupanya, membuat dunianya seakan berhenti berputar.
Berawal dari rasa iba, melihat teman adiknya itu diperlakukan bagai sapi perah oleh keluarganya, dan bagaimana gadis itu setiap hari dikejar-kejar para debt collector yang menagih hutang ayahnya yang seorang penjudi dan ibu tirinya yang berbelanja kebutuhan pribadinya tanpa berfikir bagaimana cara membayarnya nanti.
Sibuknya berkerja serabutan sana sini, mencuci pakaian tetangga, membantu menjual ikan para tengkulak, mengantarkan pesanan sayuran masak, bahkan melakukan upahan harian membersihkan rumput liar dibelakang rumah megah rumah keluarga Colin, membuat Mathias akhirnya bertekat bulat melindunginya.
"Itu bukan salah Mama, aku rasa ini sudah takdir, ini memang jalannya," Mathias tersenyum getir, berusaha menghibur dirinya sendiri dengan ucapannya itu.
Dadanya serasa sesak, kala menyadari sudah tidak ada harapan untuk menggapai cinta yang terenggut sebelum ia sempat mengungkapkannya pada gadis belia yang selalu ia lindungi dengan diam-diam itu.
"Setidaknya--, dengan melihatnya baik-baik saja, aku merasa lebih baik, Ma. Nyonya Marta sepertinya menjaganya dengan sangat baik, selain penampilanya berubah lebih menawan, dia juga diberi kesempatan melanjutkan kuliah." Mathias masih tersenyum getir.
"Dan sayangnya--," Mathias mendesah pelan.
"Putra nyonya Marta yang menjadi suami Lisa adalah pria buruk," Mathias mengepalkan tangannya, sangat geram, mengingat pria itu masih punya hubungan dengan wanita lain.
Riani mengusap lembut lengan putranya untuk menenangkannya.
"Terima kasih, Mama berkenan mengijinkanku mengajak Lisa kemari," ucap Mathias kemudian, dengan rautnya yang kembali tenang.
Riani mengangguk pelan, kembali mengembangkan senyum lembutnya pada putra kesayangannya itu.
"Mathias, Mama tau ini tidak mudah untukmu, sangat sulit. Tapi berjanjilah setelah ini jangan mendekati Lisa lagi, perempuan itu sudah berstatus isteri pria lain. Mama khawatir kamu akan mendapat masalah karenanya. Kamu itu putra Mama yang baik, kebanggaan Mama," Riani menatap putranya penuh harap.
"Dan jangan pernah membuat sejarah dalam keluarga kita, menjadi perusak rumah tangga orang, apapun alasannya," nasihat Riani lagi.
Wanita paruh baya itu menggenggam erat tangan putranya, berusaha menyalurkan dukungan moralnya sebagai seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya.
...***...
Tuing! Wush! Kletak! Tak! Tak!
Untung saja Dirly refleks menghindar. Bila terlambat sepersekian detik saja, jidatnya pasti menjadi sasaran benda yang melayang dari jendela mobil Rocky yang terbuka.
Dirly yang penasaran segera meraih benda pipih yang teronggok diaspal.
"Ponsel? Untung tidak pecah," Dirly membolak balik ponsel malang itu.
"Kenapa tidak diangkat? Ini kan si pacar aktris-mu yang sedang menelpon?" Dirly membawa ponsel itu mendekat pada Rocky yang berwajah kusut.
"Buang saja! Dia terus saja berisik dengan panggilannya, tidak tau apa kalau aku sedang sibuk mengurus isteriku yang dibawa pria lain!" kesal Rocky, sambil keluar dari mobil lalu membanting pintunya dengan kasar.
"Kenapa lama sekali? Nanti mereka sempat ngapa-ngapain didalam," Omelnya lagi.
"Ya ampun Bos, kamu kok fiktor amat sih?" kaget Dirly seraya menggeleng.
"Emang mau ngapain lagi kalau lagi berdua-duaan, heuh!"
"Berarti si Bos gitu ya sama si Angelia?" duga Dirly dengan matanya yang membulat.
"Enak saja, jangan sembarangan kalau ngomong! Aku nggak pernah celap-celup asal. Takut sama penyakit raja singa seperti ayahnya Lisa, hiiii," Rocky bergidik ngeri mengingat kondisi sang ayah mertua.
Tin! Tin! Tin!
Rocky dan Dirly menoleh kearah mobil yang berhenti didekat mereka.
"Kak Daniel, mau kemana?" pekik Grasse, menyembulkan wajah cantiknya dari jendela mobil disampingnya.
"Daniel? Heh, sejak kapan panggilanmu berubah?" Rocky menyikut lengan Dirly yang hendak menjawab pertanyaan Grasse.
"Itu Lisa yang memanggilku dengan nama belakangku, dan Grasse hanya meniru," Dirly menyempatkan diri menyahut, kalau tidak mulut Rocky tidak akan berhenti mengomel.
"Ke rumahmu Grasse, katanya Lisa ada dirumahmu," Dirly beralih pada Grasse yang menanti jawabannya dengan sabar.
"Wah kebetulan sekali Kak, Lisa memang diundang kak Mathias secara khusus kerumah untuk merayakan hari ulang tahunnya. Ayo ikutan, kak Mathias pasti senang," Grasse tersenyum senang tanpa curiga, tidak menyadari wajah Rocky mengeras dan merah padam.
Bersambung...👉
siap-siap cap pelakor kan di sandang 😜😂