NovelToon NovelToon
Obsessed With My Handsome Duke

Obsessed With My Handsome Duke

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: Melsbay

Emily terkejut saat menyadari bahwa dia telah transmigrasi ke dalam sebuah novel yang dia baca sebelumnya. Lebih mengejutkan lagi, dia menyadari bahwa dia tidak menjadi tokoh utama seperti yang dia harapkan, melainkan menjadi seorang putri pendukung yang sombong, bernama Adeline. Adeline dikenal sebagai seorang putri sombong dan arogan yang akhirnya mati keracunan karena perselisihan cinta antara protagonis wanita, yang disebabkan oleh ulah antagonis wanita.

"Kenapa aku harus mati konyol?" batin Emily. "Dari pada hanya menjadi pemeran pendukung, sekalian saja aku yang jadi protagonis! Hey, aku seorang putri raja!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melsbay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehangatan Adeline

Nathaniel duduk di ruang kerja, wajahnya terlihat lega setelah berbincang dengan Adeline. Dia merasa lega dan berterima kasih atas dukungan adiknya.

"Adeline, aku benar-benar berterima kasih padamu. Kau selalu ada untukku, bahkan dalam momen seperti ini."

"Tentu saja. Kakak adalah segalanya bagiku. Dan toh, aku senang bisa membantumu." seru Adeline dengan senyuman lembut.

"Maafkan aku juga, Adeline, telah menyita waktu mu saat persiapan pernikahanmu. Aku tahu betapa sibuknya kau." Nathaniel, merasa sedikit bersalah, menyatakan permintaan maafnya.

"Ah, jangan khawatir tentang itu. Persiapan pernikahan memang sedikit menyibukkan, tapi aku selalu punya waktu untukmu." Adeline tersenyum dan menggeleng.

"Terima kasih, Adeline. Aku sangat bersyukur memiliki adik seperti mu" Nathaniel merasa lega mendengar itu.

Adeline tersenyum hangat mendengar itu, lalu mengingatkan Nathaniel tentang pernikahannya yang akan datang.

Adeline tersenyum hangat. "Tentu saja, Kak Nathan. Dan ingatlah, nanti di pernikahanku, Kuil Suci akan hadir bersama semua orang penting dalam hidupku. Dan Elisa juga akan hadir sebagai putri mahkota."

"Aku akan mencoba menjelaskan perasaanku padanya, Adeline. Aku berharap dia mengerti." Nathaniel mengangguk, berharap untuk bisa menjelaskan perasaannya pada Elisa di sana.

"Aku yakin dia akan mengerti, Kak Nathan. Dia pasti sangat menantikannya." Adeline tersenyum penuh keyakinan.

***

Pendeta wanita itu duduk di seberang Elisa dalam ruang tamu kecil di dalam kuil. Dengan tatapan lembut, dia menatap Elisa, yang duduk dengan sikap tenang di kursi bersebelahan.

"Elisa, aku ingin membicarakan persiapanmu untuk pernikahan Putri Adeline. Acara itu sebentar lagi, dan sebagai putri mahkota, kau seharusnya berada di istana kerajaan."

"Saya akan berangkat dengan Paus Suci dan pendeta lainnya. Istana telah mengirimkan gaun dan kebutuhan lainnya untuk saya. Saya cukup berterima kasih atas perhatian mereka." Elisa tersenyum hangat, matanya terlihat kelelahan dengan tanda hitam di bawah matanya.

"Elisa, aku melihat bahwa kamu terlihat kelelahan belakangan ini. Terlalu banyak beban yang kamu tanggung, terlalu banyak waktu yang kamu habiskan untuk membantu dan mengobati rakyat kecil. Kamu butuh istirahat yang cukup." Pendeta wanita itu mengangguk, namun ekspresinya masih penuh kekhawatiran.

"Aku akan berusaha untuk istirahat lebih banyak, pendeta." Elisa mendengarkan dengan penuh perhatian, merenungkan kata-kata pendeta.

"Itu sangat baik, Elisa. Ingatlah bahwa kesehatanmu adalah yang utama. Tidak ada yang lebih berharga dari kesejahteraanmu." Pendeta tersenyum, merasa lega mendengar Elisa berjanji untuk lebih merawat dirinya sendiri.

Elisa mengangguk, mengerti akan pesan yang disampaikan oleh pendeta.

Sejak dia kembali ke kuil suci, tidur telah menjadi hal yang sulit baginya. Pikirannya terus-menerus dipenuhi oleh bayangan Putra Mahkota Nathaniel, sosok yang telah mengisi hatinya dengan kebingungan dan kekhawatiran.

Meskipun Elisa telah memutuskan untuk menyerah pada perasaannya terhadap Nathaniel, kesedihan masih melingkupi hatinya.

Setiap kali dia menutup mata, bayangan itu muncul kembali, membawanya kepada kenangan malam yang mereka habiskan bersama. Akhir nya, Dia selalu terbangun dengan air mata menghiasi wajahnya, lalu akhir nya tidak dapat kembali tidur.

Ini adalah pertama kalinya baginya merasakan sesuatu yang begitu kuat terhadap seorang pria. Pada saat yang sama, dia merasakan rasa bersalah yang mendalam. Sebagai seorang wanita suci, dia merasa telah kehilangan kesuciannya dengan cara yang tidak pantas.

Keputusan untuk kembali ke kuil suci adalah keputusan yang benar bagi Elisa, meskipun hatinya masih terluka dan kecewa.

Dia harus memilih kesucian dan tugasnya sebagai saintess, bahkan jika itu berarti harus menahan rasa sakit dan kehilangan yang dalam.

Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi dia juga tahu bahwa dia harus kuat. Baginya, menghadapi perasaannya sendiri adalah tantangan terbesar.

Kediaman Duke Emeric.

Wajah Adeline terlihat lelah namun berseri-seri ketika dia duduk di tepi tempat tidur, menggenggam secarik kain putih.

Dia menatap lembut ke arah Duke Emeric yang duduk di sampingnya, ekspresi cemas tergambar di wajahnya.

"Kau terlihat sangat lelah, sayang," ujar Duke Emeric sambil meraih tangan Adeline dengan penuh kelembutan. "Aku khawatir tentang kesehatanmu. Kau tidak perlu terlalu memaksakan dirimu."

Adeline tersenyum lembut, meskipun raut wajahnya masih mencerminkan ketegangan. "Aku baik-baik saja, Emeric. Hanya sedikit lelah karena persiapan pernikahan ini," jawabnya dengan lembut.

Duke Emeric mengangguk, namun tatapannya tetap penuh perhatian.

"Aku mengerti bahwa persiapan ini penting. Tapi kesehatanmu lebih penting daripada segalanya. Kita harus memastikan bahwa kau sehat sepenuhnya untuk hari pernikahan kita."

Adeline tersentak oleh kepedulian Duke Emeric, dan senyumnya mekar lebih lebar.

"Terima kasih, Emeric. Aku berjanji akan beristirahat lebih banyak dan merawat diriku sendiri," katanya dengan tulus.

Duke Emeric tersenyum lega, merasa senang melihat reaksi Adeline. Dia mencium lembut keningnya. "Aku sangat beruntung memiliki mu, Sayang."

Adeline mengangguk setuju, merasa hangat di dalam pelukan Duke Emeric. Duke Emeric terpesona pada Adeline yang terlihat indah dengan gaun tidur nya, wajah nya bersemu merah dan dia mencium bibir adeline dengan lembut.

Adeline tersenyum lembut setelah Duke Emeric menciumnya, merasakan kehangatan dalam pelukan yang penuh kasih sayang.

"Kau membuatku merasa seperti wanita yang paling beruntung di dunia," ucapnya dengan lembut.

Duke Emeric tersenyum, matanya bersinar penuh kasih saat dia menatap Adeline. "Dan aku akan melakukan segalanya untuk membuatmu bahagia," katanya dengan tulus.

Namun, tatapan Adeline tiba-tiba menjadi serius. "Sekarang, kita harus membicarakan Kak Nathan," ucapnya dengan penuh kekhawatiran.

Duke Emeric menatapnya dengan heran. "Apa yang terjadi pada Nathan?" tanyanya, merasa khawatir.

Adeline menggelengkan kepala, ekspresinya sedikit sedih.

"Kak Nathan sedang bingung karena dia baru pertama kali jatuh cinta, dan cintanya itu kepada Elisa," ujarnya dengan penuh empati. "Namun sepertinya ada kesalahpahaman yang membuat Elisa melarikan diri dari nya."

Wajah Duke Emeric terlihat serius saat dia mendengar cerita itu.

"Nathaniel pasti sedang mengalami masa sulit. Tapi aku yakin dia orang yang bijaksana dan akan menyelesaikan perasaannya sendiri," ujarnya dengan keyakinan. "Aku harap semuanya akan berakhir baik-baik saja."

Adeline tersenyum kecil, merasa lega karena mendapat dukungan dari Duke Emeric. Dia merasa beruntung memiliki suami yang begitu pengertian dan penyayang.

Dalam pelukan Duke Emeric, dia merasa bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa mereka hadapi bersama-sama.

***

Elisa membuka matanya perlahan, disambut dengan pusing yang menghantui kepalanya. Tiba-tiba, seseorang menyodorkan segelas air padanya.

Dengan hati-hati, dia mengambilnya dan meminumnya, merasakan kesegaran yang mengalir ke tenggorokannya. Tangan yang membantunya menegakkan tubuhnya terasa hangat saat Elisa berusaha menenangkan dirinya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya suara yang akrab, membuat Elisa merasa seperti mendengarsuara yang selalu ada dalam khayalan dan mimpi nya.

Elisa mencoba untuk fokus, merasakan aroma yang dikenalnya dengan baik. Hangatnya pelukan itu mengusir sebagian dari pusingnya.

Ketika dia akhirnya menoleh, dia disambut dengan wajah yang dia kenal begitu baik: Nathaniel, dengan ekspresi khawatir yang melintasi matanya yang biru.

Dia menelan ludah, terkejut dengan keberadaan Nathaniel di sana. "Yang Mulia... Kenapa saya berada di sini?" tanyanya, suaranya penuh keheranan dan kebingungan.

1
salwi
/Chuckle/
Melsbay
Halo... terima kasih sudah menjadi pembaca setia. Untuk mendukung author, mohon di like, subscribe, komentar, kasih bintanng dan di vote ya... terima kasih banyak...
Melsbay
mohon di like, subscribe, bintang dan follow akun ya gaess ya...😇 biar authir lebih semangat up karya dan jangan lupa di komen juga ya😇😇😇 Sankyuuu...
Olive
/CoolGuy//CoolGuy/
Niaa🥰🥰
Luar biasa
Niaa🥰🥰
😁😁🥰🥰
Melsbay
mohon bantu support author dengan like, subscribe, follow dan bintang ya... jangan lupa dikomen ya, teman2... sankyu😇😇😇
Bird
👣👣👣
Keyzie
👣👣👣👣
Pembaca Setia
update terus ya thor👍👍
Pembaca Setia
gentle👍👍
Pembaca Setia
/Hey//Facepalm/
Ryfca
🥰🥰🥰
Vallleri Abel
up up up
Suryavajra
Saintes itu apa kak?
Melsbay: sama sama😄
Suryavajra: wah keren.. insight baru.. thanks kak
total 3 replies
Suryavajra
buat aku, author yang bisa bikin cerita kerajaan itu sesuatu banget.. keren ah kak.. baca pelan2 ah 👍👍👍
Suryavajra
wow.. produktif sekali kak.. udah keluar karya baru lagi 👍👍👍👍👍
Ryfca
🥰🥰🥰🥰
Keyzie
keren👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!