Fazza, seorang CEO muda, tampan dan tajir melintir, lebih memilih bertunangan dengan remaja putri yang baru kelas satu SMA yang usianya terpaut cukup jauh-tujuh tahun.darinya.
Fazza datar dan kaku, sedangkan tunangannya mash mengharap perhatian yang lebih darinya.
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditolak
Agni menolak saat Brian akan mengantarkannya pulang.
Cukup lama juga dia menemani laki laki bule ini berkeliling untuk berwisata kuliner.
Agni yang ngga biasa menyantap makanan berat saat malam hari berjanji akan berolah raga nanti malam. Membakar semua lemak yang terserap di dalam tubuhnya akibat semua makanan yang dinikmatinya.
Dia trauma menjadi gendut seperti dulu. Susah payah dia melakukan diet ketat agar bisa memliki body goal seperti ini.
"Kenapa? Takut diculik?" balas Brian santai
"Ada ada aja," tawa Agni berderai.
Brian melirik sesaat pada gadis itu. Tawanya begitu lepas.
Manis, batinnya.
"Aku mau ngumpul dengan sepupuku yang lain," jelasnya setelah puas tertawa.
"Oooh....."
"Mau ikut, sekalian aku kenalkan dengan Bang Fazza dan calon istrinya."
Brian tersenyum merasa gadis DJ itu menyindirnya
"Nanti juga kenal.'
"Aku ngomong gini karena ngga ingin kamu salah paham. Mantan pacar kamu yang naksir sepupuku. Sepupuku sendiri sudah punya calon istri." Lidah Agni lancar saja menjelaskan apa yang ada di pikirannya pada Brian.
Mungkin karena sekarang mereka mulai akrab? Entahlah.
Agni ngga tau juga. Tapi Agni merasa kalo dia harus memberikan peringatan pada laki laki bule ini agar jangan mengganggu Fazza dan Vanda. Berat nanti urusannya.
Kasian, sudah tampan, kaya raya, bule lagi, matanya ijo terang, tapi ngga move on move on.
Padahal perempuan yang membuatnya patah hati sedang mengejar abang sepupunya dengan tidak tau malunya.
"Kalo jadi pacar aku, kamu mau?" tantang Brian sambil melempar lempar kunci mobilnya.
"Aku ngga mau pacaran dengan laki laki yang masih belum selesai dengan mantannya," jawab Agni enteng.
Brian tertawa mendengarnya. Lagi lagi dia ditolak. Gadis yang spesial.
"Aku pulang duluan. Terima kasih sudah ditemani makan, nona," senyum Brian sambil melangkah pergi. Tapi sebelumnya dia sempat mengedipkan sebelah matanya. Suara tawanya masih terdengar renyah dan berderai.
Agni tersenyum melihat kepergiannya. Ada sesuatu yang membuat Brian terlihat beda di matanya.
"Suka?" tanya Nathan yang tiba tiba muncul di dekatnya.
"Nggaklah. Masih belum move on gitu," tawa Agni dengan mencibirkan bibirnya.
"Kalo udah move on mau?" ejek Nathan terkekeh.
"Ya, dipikir nanti," tawa Agni lagi.
Sementara itu Brian sudah berada di dekat mobilnya dengan wajah sumringah.
"Gadis itu yang kamu incar?"
Brian tersenyum miring mendengar suara sinis yang cukup dia kenal.
Tanpa peduli dia menekan kunci mobilnya. Bermaksud segera masuk ke dalamnya dan meninggalkan hal yang ngga berguna di dekatnya.
"Kamu lagi mendekati sepupu Fazza?"
Brian menoleh dengan pintu mobil yang sudah terbuka. Matanya menyorot tajam, tapi bibirnya pun tak berucap sepatah kata pun.
Tiara Jena mendekat. Dia mengalungkan kedua tangannya ke leher Brian. Sikapnya sangat mesra.
"Kita ulang lagi kebiasaan kita dulu."
Brian tersenyum miring. Tapi dia membiarkan saja perlakuan Tiara Jena.
Seingatnya dulu gadis itu yang selalu menggodanya.
Tiara Jena pun mendekatkan wajah mereka. Kemudian langsung mengecup lembut bibir Brian. Lama dia melakukannya, walaupun laki laki itu ngga membalas.
Tapi Tiara Jena ngga peduli, karena laki laki itu ngga menolaknya.
Dia tau hal yang bisa membangkitkan hasrat laki laki itu. Dulu pun dia sering melakukannya hingga Brian takluk dengannya.
Kemudian dia pun menjauhkan wajahnya dari Brian.
"Aku tau, kamu pasti belum melupakan aku." Perlahan dia melepaskan kedua tangannya dari leher Brian
Kemudian dengan anggun, dia melangkah menjauh
Brian mengusap bekas ci uman itu dengan punggung tangannya
"Kamu terbakar, kan," gumamnya dengan senyum miring yang semakin lebar di wajahnya.
*
*
*
"Cuma segitu aja?" kekeh Agni ketika Tiara Jena melewatinya. Dia melihat apa yang sudah dilakukan mantan si bule yang gagal move on itu.
Langkah gadis itu terhenti. Tatap matanya sinis saat beradu dengan netra meremehkan milik Agni-sepupu Fazza.
"Dia biasanya meminta lebih," balas Tiara Jena datar.
Agni semakin terkekeh.
"Kamu memang kelasnya. Bukan kelas sepupuku," ejeknya sambil pergi. Dalam hatinya Agni masih shock melihat ciuman panas keduanya. Walau Tiara Jena yang memulai, tapi tetap saja ada rasa rasa kecewa yang hadir dalam dirinya, karena si bule ngga menolaknya.
*
*
*
"Kak, besok aku mau ikut papa dan mama, ke rumah opa dan oma."
"Kamu ngga sekolah?"
Vanda menggelengkan kepalanya.
"Tiga hari."
"Oooh...." Fazza menghembuskan nafasnya.
Dia juga memang sangat sibuk Mereka pun jarang bertemu. Tapi dirinya tetap menyempatkan dirinya walau sebentar menemui calon istrinya.
Tapi kini tiga hari ngga ketemu? Berat juga rasanya.
Fazza menghembuskan nafas panjang lagi. Saat ini mereka masih berada di dalam mobil, di parkiran rumah Vanda.
"Papa sama mama ambil cuti. Setelah bertahun tahun baru kali ini kami bisa pergi bersama.'
Fazza tersenyum, berusaha memaklumi.
"Paling kita VC malam malam, ya," senyum Fazza lembut.
"Ya. Kak Fazza jangan lupa loh," canda Vanda mengingatkan
"Siap, my lady."
Vanda tertawa dengan wajah meronanya.
*
*
*
"Kenapa wajahmu murung?" Nathan menatap Fazza yang tampak gelisah sambil menatap layar ponselnya ngga berhenti.
"Aku lihat dari tadi si Fazza juga sibuk merhatiin hape. Kenapa? Kangen sama bocil?" canda Zayn yang menggantikan posisi Jeff karena sedang berbulan madu dengan Cleora.
"Besok, kan, pulangnya. Gitu aja ngga sabar," ganti Nathan yang meledek Fazza
Fazza hanya nyengir.
"Si bocil bisa merubah kamu jadi bucin, ya," kekeh Zayn lagi.
"Ngga nyangka, ada juga yang bisa membuat Fazza galau," sambung Nathan.
Fazza pun terkekeh bersama kedua sahabatnya, sampai kemudian perhatian ketiganya teralihkan oleh pintu yang terbuka
Sosok Tiara Jena yang sudah menghilang beberapa hari yang lalu, kini muncul di depan mereka dengan tampilan yang lebih wow.
Nathan dan Zayn saling tatap penuh makna.
"Oke , kita keluar dulu," ucap Nathan yang diangguki Zayn.
Tiara Jena tersenyum senang karena dua sahabat Fazza seakan memberikan kesempatan pada mereka berdua.
"Hai," sapa Tiara sambil mendekat.
"Ada apa?" Dalam hati Fazza memaki karena pintu ruangannya yang meninggalkan sedikit celah.
"Papi sudah setuju dengan konsep yang udah kamu modif." Tiara Jena kali ini menyandarkan wajanya di bahu Fazza.
Karena posisi Fazza yang menunduk, otomatis gadis itu kembali membungkukkan tubuhnya dengan satu tangannya dengan berani merangkul Fazza.
Satu tangannya yang lainnya kini membentangkan berkasnya di atas meja.
Fazza berdehem, kemudian melepaskan rangkulan itu sambil berdiri.
"Silakan duduk di sana."
Tiara Jena tersenyum.
Dia malah mengalungkan kedua tangannya di leher Fazza karena kini posisi mereka berhadapan. Wajahnya mendekat dengan mata terpejam.
Tapi yang dirasanya kemudian rasa sakit karena cengkeraman di dagunya yang cukup kuat. Sepasang matanya sampai terbelalak.
"Faz...za....," kagetnya saat dagunya terdongak. Matanya menatap ngga percaya pada sinar mata mencekam di depannya.
Kakak laki lakinya pernah mengatakan kalo Fazza adalah laki laki yang sopan, ramah walau dingin dan datar. Ngga pernah mengatakan kalo Fazza adalah laki laki yang kasar.
"Dengar! Kalo kamu ingin bicarakan soal kerjaan, lakukan secara profesional. Tapi jika kamu ingin melakukan secara jalang, aku tau orang yang bisa melakukannya."
Tiara Jena merasa merinding. Baru kali ini dia merasa sangat takut dengan ancaman laki laki. Karena baru kali ini ada yang menolaknya dengan kasar.
Tubuhnya terdorong ke belakang setelah mematung beberapa saat. Untung dia bisa menyeimbangkan tubuhnya agar ngga jatuh
Kali ini sosok Fazza tampak menakutkan. Berdiri kokoh menatapnya dengan sorot amat merendahkan. Jauh dari tatapan Fazza yang dia kenal selama ini.
"Fazza.... Aku... aku mencintaimu.....," ucapnya dengan nafas yang masih tersengal.
"Aku tidak. Bersikaplah profesional atau kerjasama ini kita hentikan."
"Sekali saja kita berci uman. Setelah itu aku ngga akan mengganggumu lagi."
Fazza yang sudah berniat akan duduk tersenyum miring.
"Hanya perempuan yang kusuka saja yang akan aku cium."
"Karena itu...., aku mohon...., sekali saja. Mungkin penilaianmu padaku akan berubah. Kamu akan bisa membandingkan rasanya," ngeyel Tiara Jena ngga mau menyerah. Sudah telanjur malu Dia seorang good kisser. Dia akan buat Fazza bertekuk lutut dengan ciumannya. Seperti Brian.
Fazza kembali tersenyum miring.
"Bibirku sangat mahal untuk disentuh seorang jalang." Terpaksa Fazza mengatakannya. Gadis di depannya sangat nekat.
Tiara Jena mematung dengan tubuh gemetar. Baru kali ini dia dimaki jalang.
"Keluarlah!" usir Fazza sambil mengendorkan dasinya.
Sementara di luar ruangan, Zayn dan Nathan yang sedang mengintip tertawa tanpa suara.
"Harusnya dia bertemu Bara," bisik Zayn pelan.
"Bara pasti ngga akan menolak," balas Nathan.
Keduanya pun berjalan ke arah meja asisten Fazza, Roky, yang sedang menatap heran dengan tingkah kedua sahabat bosnya.
Ngga lama kemudian pintu ruangan Fazza terbuka dengan kasar.
Tiara Jena sempat terkesiap melihat adanya tiga laki laki muda yang sedang menatapnya dengan sorot mata tak terbaca.
Dia merasa yakin kalo ketiganya tau apa yang sudah terjadi.
Tanpa peduli, dia terus melangkah pergi dengan menanggung rasa malu dan sakit yang luar biasa tertanam dalam hatinya.
dajjjaalll banget itu c tiara.. bukan bikin fazza tertarik malah makin benci malahan
mana lgsg tamat. hadehh