My Baby Girl
Fazza menatap gadis remaja yang selama ini dia nafikan perasaannya sambil tersenyum miring.
Gadis remaja itu tampak malu malu berjalan ke arah mobilnya karena dia sekarang menjadi pusat sorot perhatian teman temannya yang sedang pulang sekolah.
Salah Fazza juga yang menjemputnya masih dengan stelan rapi jasnya walaupun hari sudah sore. Dirinya sudah seperti sugar daddy saja buat remaja SMA itu. Sugar daddy yang sangat tampan dan menawan hati para remaja putri yang ada sana.
"Kalo gini modelnya, aku juga mau."
"Mau dihajar Kinara?"
"Oh iya..... Serem....!"
"Abang sepupu atau omnya Kinara, kan....."
"Hemmm....."
"Yang benar yang mana? Abang sepupu atau omnya Kinara?"
"Dua duanya juga boleh....."
"Tampannyaaa........."
"Mobilnya juga bagus......"
Bisik bisik itu terdengar bagaikan dengungan lebah. Saling bersautan.
Fazza pun membukakan pintu mobil buat Vanda yang terus saja menunduk. Rona merah sudah menjalar di wajahnya. Bibir Fazza masih tersenyum miring. Dia pun berjalan tenang memutari bagian deoan mobil. Kemudian duduk di sampingnya.
"Sekolahnya lancar?" tanya Fazza sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Ya."
"Ngga ada pe er?"
"Ada."
Setelahnya hening. Fazza ngga berkata apa apa lagi. Fokus di depannya. Dia ngga punya banyak.waktu. Setelah mengantar Vanda pulang ke rumahnya, dia harus segera menghadiri meeting penting.
Ada klien dari Dubai yang akan datang.
Sementara Vanda ngga berkata apa apa lagi. Karena laki laki dewasa ini ngga bertanya lagi.
Harusnya dia nanya, kan, pe-er nya susah nggak? Atau pe-er mapel apa? keluh Vanda dalam hati. Lidahnya pun selalu kaku jika berhadapan dengan Fazza Mana jantungnya sudah berdebaran ngga menentu dan otaknya pun mendadak beku.
Ngga disangkanya akan sulit menjalin komunikasi dengan Fazza. Padahal saat melihat interaksinya dengan Kinara, Fazza terlihat ringan dan santai. Tapi saat bersamanya kenapa terasa datar?
Padahal pertunangan mereka sudah berjalam satu bulan. Hanya tiga kali asisten Fazza menjemputnya untuk mengantarkannya ke ruangannya. Menemani dia bekerja, tapi hanya sebentar, karena selalu ditinggal meeting.
Jadinya dia meminta diantar pulang saja ke rumah, dan beberapa minggu kemudian Vanda minta supirnya saja yang menjemput dengan alasan ngga mau merepotkan Fazza dan asistennya.
Sudah seminggu mereka ngga bertemu, karena Fazza berada di luar negeri. Saat sudah pulang pun, Fazza begitu sibuk.
Laki laki dewasa itu menelponnya tadi, mengatakan akan menjemputnya. Kalimatnya singkat, jelas dan padat.
Vanda masih jelas mengingatnya.
"Ha halo?"
"Aku tunggu di depan."
Sambungan telpon pun langsung terputus
Vanda berdecak. Padahal degup jantungnya masih belum tenang. Tadi pun Vanda merasa bukan sedang ditelpon, tapi malah merasa abang sepupu Kinara yang ada di depannya. Makanya dia sangat gugup tadi.
Huuhhh, Vanda menghela nafas panjang.
Dia segera mengirim pesan pada supirnya agar ngga usah menjemputnya. Tapi sepertinya Fazza sudah mengatakan lebih dulu pada supirnya kalo ngga perlu menjemput dirinya, sebelum mengabarinya tadi.
Kembali Vanda menghela nafas. Kali ini lebih panjang.
Tantrumnya di dadanya belum juga hilang. Mendengar suaranya saja sudah membuat jantungnya jumpalitan, apalagi nanti melihat orangnya.
Vanda akui, dia langsung jatuh hati saat melihat ketampanan Fazza. Jantungnya selalu berdebar keras dan dia selalu kehilangan kata jika berada dj dekatnya.
Tapi setelah menjalani hubungan mereka selama sebulan ini, Vanda merasa ada yang salah. Dalam segi obrolan mereka sering ngga nyambung. Pertemuan juga jarang. Vanda merasa ngga bisa sebebas dulu, apalagi ada Kinara yang jadi pawang Fazza. Walaupun sahabatnya itu ngga menghalangi laki laki lain ngobrol dengannya. Tapi tetap saja Vanda merasa sungkan.
Ini adalah pertemuan pertama setelah beberapa hari Fazza pulang dari luar negeri. Laki laki super sibuk itu hanya menchat nya seperlunya saja.
Tadi dia sendirian menyusuri lorong kelas karena Kinara sudah pulang bersama Farel. Dan kehadiran Fazza memang selalu berhasil membuatnya melupakan keresahannya. Langsung memaafkan sikapnya yang selalu seenaknya saja datang dan pergi.
Laki laki dewasa itu semakin tampan saja. Balutan jasnya semakin menampakkan aura dewanya yang tak terbantahkan. Hati Vanda memang sudah tergila gila dengan penampilan fisik sepupu Kinara.
Vanda harus memupus kekecewaannya karena mobil Fazza langsung mengarah ke rumahnya. Dia mengira setelan sekian hari ngga bertemu, Fazza akan mengajaknya mampir ke kafe atau ke mall.
"Vanda, bentar," tahan Fazza sebelum tunangan belianya pergi.
"Ya?" Vanda menoleh dengan tangan sudah bersiap akan membuka pintu.
Fazza mengambil sesuatu di dalam jasnya. Dia pun meraih tangan kanan Vanda dan mengenakannya. Sebuah gelang yang sederhana tapi tetap terlihat mewah.
"Makasih." Vanda menatap gelang itu dengan dada penuh debaran. Tadi saat Fazza memakaikan gelang itu untuknya, Vanda sampai menahan nafasnya.
"Jangan lupa kerjain pe ernya," pesan Fazza ketika Vanda sudah membuka pintu mobilnya.
Vanda hanya menganggukkan kepalanya. Dan dia terus berdiri menatap sampai mobil Fazza meninggalkan rumahnya
Kali ini Vanda menghela nafasnya.
Begitu aja, keluhnya dalam hati. Kata kata Fazza mengingatkanya pada kata kata mama dan papanya.
Sebenarnya dia ini pacarnya atau anaknya, sih?
Vanda pun berjalan lunglai ke arah rumahnya yang selalu sepi. Orang tuanya pasti ngga ada di rumah lagi.
Kinara juga lagi sibuk membantu Farel-kekasihnya mempersiapkan diri mengikuti olimpiade sains.
Punya tunangan yang diharapkan bisa mengusir kesepiannya, ternyata hanya mimpi saja.
*
*
*
"Jangan lupa datang dengan tunanganmu," senyum Nathan sambil mengulurkan undangan pernikahan Dirga dan Audrey.
"Gimana hubungan kalian? Lancar?" tanya Zayn kepo.
"Apa dia betah punya tunangan sesibuk lo," sarkas Kaysar menimpali.
Fazza hanya tersenyum tipis. Tapi rasanya ngga ada masalah. Gadis SMA itu cukup memahami kesibukannya. Ngga protes sama sekali.
"Luangkan sedikit waktu buat tunanganmu itu. Sesekali ajak dia pergi," imbuh Nathan. Dia cukup khawatir juga karena kesibukan Fazza yang sangat luar biasa. Dia CEO Perusahaan yang sangat besar. Dhafi sedang mengurangi kesibukannya karena kehamilan Salma, jadinya kerjaan Dhaffi pun dihandle Fazza.
Jangankan tunangannya, mereka saja sulit bertemu Fazza.
"Nantilah."
Sahabat sahabatnya hanya mendengus mendengarnya.
*
*
*
Karena bosan Vanda memilih untuk menikmati hari harinya sepert dulu, jauh sebelum mengenal Kinara dan terikat dengan Fazza.
Sudah biasa dia jalan jalan ke mall sendirian.
BUK
Hampir saja Vanda terjatuh, untung kakinya masih bisa menahan tubuhnya ketika tanpa sengaja dia menubruk bahu seseorang.
"Maaf."
"Ngga apa apa."
Ternyata yang ngga sengaja ditabraknya cowo yang mengenakan seragam SMA lawan tanding voli nya dulu. Dia ngga sendiri. Ada beberapa cowo yang bersamanya. Masih mengenakan seragam mereka.
"Rasanya pernah lihat," cetusnya sambil mengamati Vanda.
"Lo kalo lihat cewe cantik pasti gitu reaksinya," cela salah seorang temannya, kemudian mereka sama tergelak, termasuk cowo yang menegurnya tadi.
Vanda bermaksud pergi meninggalkan cowo cowo itu.
"Kenalkan, gue Ethan," tahannya sambil mengulurkan tangannya.
Vanda terpaksa balas mengulurkan tangannya.
"Vanda."
Ethan tersenyum melihat Vanda cepat cepat menarik tangannya yang dia genggam.
Setelah tersenyum seadanya, Vanda pun melangkahkan kakinya cepat cepat pergi meninggalkan Ethan dan teman temannya yang ngga menahan kepergiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-06-01
1
Elisabeth Ratna Susanti
pasti keren dan tampan banget nih 😍 like favorit plus iklan 👍
2024-04-09
1
N I A 🌺🌻🌹
awas fazza tunangan mu di tikung orang, ga salah juga kalo vanda mencari teman bucara
2024-03-07
1