NovelToon NovelToon
MELAWAN IBLIS

MELAWAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi Timur / Iblis / Ahli Bela Diri Kuno / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:906
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meminum Obat Manjur

Pagi itu terlihat tiga orang di atas kapal sedang mengayuh kapal mereka memasuki telaga Makilan.

"Kita ke kiri. Jangan lewat telaga". Seru Sina yang duduk paling depan.

Sepasang kekasih yang duduk di tengah dan belakang segera menuruti perkataan Sina dan mengayuh menuju ke arah kiri.

Setelah berjarak 100 meter dari telaga Makilan, mereka merapat ke pinggir dan turun dengan ringan. Setelah berjalan puluhan meter, ketiganya mendengar suara orang menghardik sangar,

"Hei, kalian!! Berhenti".

Ketiganya berhenti dan menoleh ke arah jalan menuju dermaga dan melihat sekelompok orang berjumlah sebelas pria berpakaian hitam hitam menuju ke arah mereka dengan garang.

"Siapa kalian? Dari mana?" Tanya pemimpin geng yang berkaca mata itu.

"Kami dari ibukota hendak pulang ke rumah". Sahut Sina sambil memberi hormat.

"Bayar keamanan dulu. Mana bisa main lewat lewat begitu saja". Seru pria bernama Bayu yang memimpin para geng pelabuhan itu.

"Maaf saudara, kami tak ada uang sepeser pun. Kalau mau, kalian ambil lah kapal itu sebagai ganti nya". Sina menunjuk ke kapal yang mereka labuhkan tadi.

"Hahaha, kapal itu memang wajib menjadi milik kami. Cepat keluarkan barang berharga kalian atau, kalian tak akan bisa pulang ke rumah, hahahahha". Ancaman pria itu di iringi tawa mereka sambil menatap ke arah Sila dengan pandang mata kurang ajar.

Asok yang sudah tak tahan dengan tingkah tengil mereka berkata membentak,

"Kalian memang tak tau diri. Kakak ku sudah mengalah masih saja kalian tekan. Cari mati ya?"

"Kurang ajar" Seru Bayu sambil melangkah ke depan untuk meninju Asok.

Namun belum sempat mengangkat tangannya, pria bernama Bayu itu sudah terjengkang akibat tendangan Asok tepat di dadanya.

Ke sepuluh anak buahnya yang kaget dan tak begitu memperhatikan kenapa bisa ketua mereka terjengkang hingga sejauh itu segera mengepung mereka bertiga.

Awal awal serangan mereka hanya di tangkis oleh Sina, Sila dan Asok. Namun karena lama kelamaan sikap mereka mulai kurang ajar ke Sila.

Di awali oleh Asok, kesebelas preman tengik itu sebentar saja sudah babak belur di hajar mereka bertiga.

"Ampun, maaf, kami cuma bercanda. Ampun tuan". Seru Bayu yang sudah berdarah di beberapa bagian tubuh dan wajahnya.

Tanpa mengucap sepatah kata pun lagi, ketiganya segera meninggalkan tempat itu, apa lagi banyak orang orang kini berkumpul memerhatikan mereka.

Setelah jauh berjalan berhari hari, akhirnya Sina tiba di rumahnya yang berada di daerah Surabaya. Ketika mereka tiba, pembantu yang menjaga rumah menyampaikan kalau kebetulan sekali Tun Ai bersama keluarganya baru kemarin tiba ke situ dan sekarang sedang pergi berbelanja bersama ke empat istrinya.

Sina dan Sila segera mempersilakan Asok masuk, mandi dan makan karena memang selama perjalanan mereka, ketiga nya hanya mandi kala hujan turun saja.

Sore harinya, barulah Tun Ai pulang bersama empat nyonya rumah dan tiga pembantu mereka.

"Ayah, ah, kami sudah menunggu dari pagi tadi". Seru Sina menyambut ayah dan para ibunya.

"Ah, kau sudah pulang nak? Mana adik adik mu?" Tanya Tun Ai.

"Kita bicara di dalam ayah, banyak yang harus ku sampaikan padamu". Jawab Sina sambil mengambil keranjang bawaan pada ibunya.

Sesampainya di dalam, Tun Ai sedikit kaget melihat terdapat pria asing di sana.

"Kalian ke dapur dulu bereskan semua, nanti aku menyusul". Seru Tun Ai kepada istri istrinya.

Pria yang kini rambutnya sudah sebagian memutih itu segera menuju ke ruang depan dimana putra nya Sina dan putrinya bersama tamu mereka sedang duduk.

"Ayah, maafkan aku". Seru Sila yang langsung memeluk ayahnya sambil menangis terisak isak.

"Sini, duduk lah. Apa yang terjadi? Ceritakan". Tanya Tun Ai menuju kan pandangan nya ke arah Sina.

Mulai lah pemuda itu menceritakan perjalanan mereka dari awal meninggalkan rumah di kaki gunung brahma dulu hingga mengalami musibah bertubi tubi sebelum akhirnya mereka bisa sampai ke rumah adik dari nenek mereka di desa Mayong.

Tun Ai hanya mendengarkan dengan ekspresi yang berubah ubah, apalagi kala Sina menceritakan kemalangan yang menimpa Sila yang membuat kesuciannya terenggut.

"Ini lah Asok yang sudah banyak membantu kami ayah. Dan meskipun keadaan adik Sila sudah seperti ini, dia masih ingin mempersunting Sila ayah". Ucap Sina setelah menceritakan semua pengalaman mereka.

"Bagaimana keadaan Silya sekarang?" tanya Tun Ai dengan nada datar.

"Adik aman bersama Saloka dan kek Dhulaga. Dia harus tinggal disana untuk menyempurnakan pengobatan nya". Jawab Sina.

"Jelaskan tentang mu anak muda". Tun Ai menatap tajam ke arah Asok yang menundukkan pandangan nya kala melihat sorot mata tajam dari pria setengah tua itu.

"Saya Asok paman. Saya yatim piatu berasal dari india. Di jalan saya kebetulan bertemu Sila dan Sina. Dan jujur, saya,, jatuh cinta pada Sila". Setelah menjawab demikian, Asok terdiam beberapa saat.

"Bagus, kau memiliki keberanian dan tanggung jawab. Kalian istirahat lah. Nanti malam kita makan bersama sambil mengobrol kembali". Seru Tun Ai yang langsung bangkit menuju ke belakang.

***~###~***

"Bagaimana rasanya setelah kau meminum ini?" Tanya Dhulaga kepada Silya yang duduk berdampingan dengan Saloka.

"Tubuh ku terasa lebih ringan dan panas kek. Auhh,, panas,," Seketika gadis itu lemah dan pingsan di pangkuan Saloka.

"Bagaimana ini kek? Kenapa dia?" Tanya Saloka panik.

"Tenang lah. Dia tak apa apa. Memang reaksi mustika hijau ini seperti ini. Mari angkat dia ke dipan. Biarkan dia istirahat semalam ini". Seru Dhulaga yang langsung bangkit membantu mengangkat Silya bersama pemuda itu.

Setelah meletakkan gadis itu, keduanya duduk sambil makan daging dan telur ular besar yang di bawa Saloka.

"Setelah ini, hanya perlu pengetesan terakhir buat Silya, jika memang obat ini bisa sementara menolongnya, maka kalian harus segera mencari akar obat itu. Jangan sampai benda mustajab tersebut duluan di pergunakan oleh orang orang jahat".

"Ya kek, jika memang Silya sudah boleh pulang, minggu depan kami akan berangkat ke Nusantara dulu sebelum melanjutkan penyelidikan tentang obat pusaka tersebut".

"Tak perlu menunggu minggu depan Saloka, besok atau lusa pun kalian sudah boleh meninggalkan tempat ini. Berhati hatilah kalian. Karena lawan kalian bukan orang sembarangan".

"Baik kek. Lalu apa yang akan kakek lakukan sepeninggal kami nanti?"

"Aku akan meninggalkan tempat ini untuk bertapa ke himalaya". Jawab kek Dhulaga sambil menunduk memejamkan matanya.

Ketika malam tiba, keduanya beristirahat dan keesokan paginya, ketika Saloka bangun, dia melihat Silya sudah selesai menghidangkan makanan untuk mereka dengan wajah sehat berseri.

"Kau sudah bangun kanda? Mana kakek? Kok belum bangun juga sudah jam segini?"

"Wah, kau cantik sekali dinda. Entahlah, semalam kami ngobrol hingga larut, mungkin kakek masih tidur. Bagaimana keadaan mu dinda?"

"Aku baik saja kanda. Sangat baik. Yuk makan".

Pemuda itu pun menuju ke kamar mandi dan sesaat kemudian, mereka berdua pun sarapan bersama pagi itu.

Selesai sarapan, mereka saling mengobrol tentang obat yang di minum Silya semalam. Ternyata memang obat itu membawa efek yang sangat bagus untuk kesehatan gadis itu.

Rasa pening dan sakit di tengkuk yang selama ini sering di derita Silya hilang seketika. Bahkan perasaan nya tubuh dan dadanya seperti plong tanda badan yang sehat sekali.

"Kenapa kakek belum bangun juga? Ayo kita lihat kanda". Keduanya menuju ke kamar belakang dan mengetuk pintu Dhulaga.

Hingga lama mereka mengetuk dan memanggil namun tak ada jawaban sama sekali. Akhirnya Saloka memberanikan diri membuka pintu yang ternyata tidak di kunci itu.

Begitu keduanya masuk, kek Dhulaga tidak berada di kamar nya. Ketika mereka hendak keluar, Silya melihat secarik kertas besar tergeletak di sudut ruangan di atas meja.

BERSAMBUNG. . .

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!