"Aku tak peduli dengan masa lalu. Yang aku tahu adalah masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya hadir untuk memberi luka, dan aku tak ingin mengingatnya!!" (Rayyan)
"Aku sadar bukan gadis baik baik bahkan kehadiranku pun hanya sebagai alat. Hidupku tak pernah benar benar berarti sebelum aku bertemu denganmu." (Jennie)
"Aku mencintaimu dengan hati, meski ku akui tak pernah mampu untuk melawan takdir."( Rani)
Kisah perjuangan anak manusia yang hadir dari sebuah kesalahan masa lalu kedua orang tua mereka. Menanggung beban yang tak semestinya mereka pikul.
Mampukah mereka menaklukkan dunia dan mendirikan istana masa depan yang indah dengan kedua tangan dan kakinya sendiri?
Atau kejadian masa kelam orang tua mereka akan kembali terulang dalam kehidupan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34.34 Kelakuan Vino
Setelah makan malam baik Rayyan maupun Vino memilih untuk kembali ke kamar mereka masing-masing. Ronald membiarkan saja keduanya mengingat perjalanan yang mereka tempuh siang tadi menguras energi mereka.
"Kamu nggak ikutan istirahat, Jen?"
Sapanya pada Jennie yang masih nampak duduk manis di ruang tengah dengan ponsel di tangannya.
"Belum, Om. Sebentar lagi mungkin, lagipula baru saja selesai makan biar makanannya turun dulu."
"Boleh om ikutan duduk?"
"Silakan, om."
Ronald menatap Jennie sejenak. Gadis cantik itu nampak menampilkan senyum manisnya. Ada sedikit keraguan dalam diri Ronald untuk memulai, namun dirinya juga membutuhkan seseorang yang mampu menyimpan rahasia dan bisa membantunya.
Gadis dihadapannya saat ini adalah gadis yang sama. Gadis yang pernah Sanjaya singgung beberapa waktu lalu melalui sambungan telepon. Awalnya sangat ragu mengingat Jennie yang Sanjaya sebutkan penampilannya tak sama dengan Jennie yang dia temui saat ini. Namun setelah mendengarkan cerita Rayyan tentang siapa gadis itu baru lah Ronald yakin jika mereka adalah orang yang sama.
"Ada sesuatu yang ingin om katakan? Jen liat sepertinya om sedang ada masalah?"
"Kamu memang gadis pintar." Ronald tersenyum, dirinya menimbang beberapa kata untuk memulai ceritanya.
.
.
Jennie termenung dalam kamarnya. Gadis itu telah masuk sejam yang lalu. Namun kedua matanya masih enggan terpejam. Sungguh Jennie tak pernah menyangka jika nasib tragis bukan hanya menimpa dirinya namun masih banyak lagi yang lainnya.
Selain dirinya dan Radit yang merasakan ke kurang beruntungan itu ternyata ada Rayyan yang dimatanya nampak begitu sempurna. Rayyan yang selalu nampak cuek dengan wajah yang nampak datar, siapa sangka ternyata menyimpan banyak luka.
"Pantas saja dia menjadi orang yang tertutup dan irit bicara. Ternyata hidupnya tak baik baik saja." Gumamnya pelan.
Terus terang Jennie bingung harus melakukan apa setelah ini. Setelah semua Ronald beberkan mengenai fakta siapa Rayyan dan juga bagaimana kehidupan lelaki tersebut dimasa lalu justru membuatnya semakin serba salah. Jennie takut tentu saja, takut jika tindakannya nanti dapat menyinggung perasaan Rayyan. Karena untuk bersikap biasa saja dan pura-pura tak tahu apa apa tentu akan sangat sulit di lakukan sekarang.
.
.
Rani gelisah dalam tidurnya. Seminggu lagi adalah hari pernikahannya dengan Ardi. Dia yang sudah pasrah akan nasibnya tak lagi menolak atau hanya sekedar mencari cara untuk menunda pernikahan tersebut. Akan tetapi sudah dua malam ini dirinya selalu bermimpi didatangi almarhum sang kakak.
Dalam mimpinya tersebut, Jovan hanya mengatakan jika dia sangat menyayangi adik nya tersebut. Tapi Rani seolah merasakan hal lain yang ingin kakaknya sampaikan tapi entah apa.
"Kak, ada apa sebenarnya?"
Gadis berkulit putih tersebut terisak lirih. Andai saja sang kakak masih hidup, tentu dia akan mempunyai seseorang sebagai pembela.
"Mungkin ini semua memang yang terbaik untukku. Sejauh apapun aku berlari namun pada akhirnya akan tetap kembali kesini dan menjalani ini. Dulu aku punya alasan kuat untuk kabur dan menghindari perjodohan ini. Tapi sekarang, aku sudah kehilangan alasan itu. Jangankan untuk kabur bahkan untuk mengharapkan keajaiban pun sudah tak mungkin lagi."
"Ray benar, ini adalah jalan terbaik untuk kami. Aku tak ingin lagi egois, karena bagaimanapun dia juga membutuhkan kepastian. Meski hatiku tak pernah mampu untuk menghapuskan namanya. Aku sangat mencintaimu, Ray, sangat."
"Mbak, yang sabar ya." Laelah hanya bisa memeluk guna memberi kekuatan.
Sebelum bertemu dan mengetahui sosok Rayyan yang selalu Rani ceritakan padanya, Laelah akan banyak bicara jika melihat Rani terpuruk bahkan sampai menangis seperti saat ini.
Tetapi setelah pertemuan waktu itu, mulutnya seolah terkunci untuk hanya sekedar menasehati Rani. Dia dapat melihat cinta yang terpancar dimata keduanya.
"La."
"Iya."
"Kenapa ya, kak Jo akhir akhir ini selalu datang dalam mimpi, mbak?"
"Bangg Jovan?"
"Iya, dia datang dengan tersenyum tapi mbak merasa seolah-olah ada yang ingin dia sampaikan pada mbak tapi entah apa."
"Mbak, mungkin semua itu hanyalah bunga tidur. Bangg Jo datang untuk melihat mbak. Karena itu, ada baiknya kalau mbak nggak bersedih lagi."
"Tapi.."
"Sudah ya mbak, sebaiknya mbak jangan banyak berpikir. Minum air nya dulu mbak, setelah itu mbak tidur lagi ya. Ini masih terlalu malam untuk kita terjaga." Laelah menyodorkan segelas air minum pada Rani.
.
.
Jennie mengernyap kan kedua matanya perlahan. Gadis itu terlonjak ketika menyadari jika hari telah beranjak siang.
"Ya ampun, kenapa jadi kesiangan begini." Di tepuk nya jidatnya sendiri pelan.
Padahal semalam dirinya telah bertekad untuk bangun pagi agar bisa ikut jogging bersama Rayyan dan Vino, namun apa daya. Ketika terbangun jam telah menunjukkan pukul 7 pagi.
Dengan langkah gontai, Jennie masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Berulang kali merutuki dirinya sendiri yang semalam susah terpejam hingga larut malam. Alhasil segala rencana yang telah tersusun di otak kecilnya menjadi berantakan.
Sementara itu di meja makan nampak telah duduk dengan tenang semua penghuni villa minus Jennie tentunya. Pak Tyo bahkan nampak sedang berbincang dengan Ronald entah tentang apa sementara Vino tengah sibuk menghubungi sang istri.
Rayyan nampak beberapa kali menoleh ke arah kamar tamu tempat Jennie tinggal. Tak biasanya gadis itu bangun hingga siang hari.
"Kau kenapa?" Vino menyenggol pelan siku Rayyan yang kebetulan paling dekat dengannya.
"Hem, tak ada."
"Mungkin dia terlalu capek karena perjalanan kemarin. Sudah tenang saja, dia pasti baik baik saja." Godanya sambil menaik turunkan alisnya.
"Ckck, kau ini. Aku hanya heran saja, tak biasanya bukan dia belum keluar kamar jam segini."
"Kau hanya terlalu khawatir, sebentar lagi juga dia pasti keluar. Tenang saja."
"Selamat pagi, maaf saya kesiangan." Suara Jennie yang tiba-tiba muncul membuat keduanya bungkam.
"Neng pasti kelelahan karena perjalanan kemarin, jadi wajar saja kalau tidurnya sangat nyenyak." Bu Tyo tersenyum sambil menyodorkan piring berisi nasi goreng dihadapan Jennie.
"Yang lain sudah selesai sarapan, tinggal neng saja yang belum."
"Hehe, iya bi. Terimakasih, kalau begitu saya makan ya."
"Kau tak ingin menyuapi nya atau gimana gitu?" Bisik Vino pelan tepat ditelinga Rayyan membuat lelaki tersebut mendelik kesal.
Vino tergelak, sangat menyenangkan melihat wajah kanebo kering yang kesal. Sementara Ronald menggelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka.
"Oh ya Ray, sepertinya hari ini aku tak bisa menemanimu ke lokasi. Aku harus pulang, putraku merindukanku."
"Putramu atau istrimu?"
"Ya, sekalian kan Ray. Aku merindukan mamanya. Makanya buruan, biar kau bisa merasakan bagaimana nikmatnya merindukan istri dan anak." Vino kembali tergelak.
"Benar nggak Jen?"
"Ha, apa?" Jennie yang sedang asyik menikmati nasi gorengnya tentu saja gelagapan mendapatkan pertanyaan mendadak dari Vino. Gadis itu bahkan menatap Vino dan Rayyan bergantian membuat tawa Vino semakin meledak.
"Kurang warass." Umpat Rayyan seraya beranjak dari tempatnya dan berlalu ke lantai atas dimana kamarnya berada.
karena mereka berdua sama-sama menempati posisi istimewa di hati Rayyan
yang penting Daddymu selalu bersikap baik padamu toooh
koneksinya gak main-main seeeh
aaahh aku telat bacanya ya, harusnya pas maljum kemaren 😅😅😅
pasti rayyan bahagia dpet.jackpot yg masih tersegel.
wkwkw bisa langsung hamil itu kan thor, kasian para orang tua pingin punya cucu, bakal jadi rebutan pasti.
ok lah makasih ry udah buat rayyan dan jenie bahagia disini