Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.
Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.
Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.
Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?
Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Terpaksa Pergi
❤️❤️❤️
Akhirnya dengan berat hati dan derai air mata
Raya harus rela berpisah dengan keluarganya.
Arka memeluk erat tubuh Raya seolah tidak
ingin melepaskannya. Bagaimana bisa dia
jauh dari kakak kesayangan nya itu.
"Apa kakak akan pulang kembali kesini dengan
cepat.? Arka tidak bisa jauh darimu kak.!"
"Arka.. kakak juga berat meninggalkan kamu
dan Papa, tapi tidak ada pilihan lain lagi, saat
ini kakak sudah terikat dengan orang itu."
"Arka takut orang itu akan menyia-nyiakan
keberadaan Kakak, dia bisa saja menyiksa
dan menganiaya Kakak di sana.!"
Raya memegang bahu Arka sambil menatap
adiknya itu penuh haru.
"Itu tidak akan terjadi. Doakan saja semoga
kakak bisa menjalani semua ini dengan kuat."
Arka mengangguk penuh rasa tidak rela.
"Hati-hati..dan jaga diri kakak dengan baik."
Mereka kembali berpelukan erat. Aaron yang
sudah menunggu di mobil tampak mulai kesal
dengan kegiatan perpisahan Raya yang tidak
jua berakhir. Raya berpamitan pada semua keluarganya kecuali ibu dan dua saudari tirinya
karena mereka semua tidak ada di halaman.
Dengan hati yang di rundung nestafa dia
masuk ke dalam mobil, tatapannya masih
tidak terlepas dari keluarganya.
Raya melambaikan tangan kearah mereka
saat mobil yang membawanya mulai melaju
meninggalkan halaman rumah Ayahnya yang
selama ini telah menjadi tempat dirinya hidup
dan tumbuh sampai sekarang.
Raya memalingkan wajahnya ke luar jendela
mencoba menyembunyikan air matanya dari
pandangan Aaron yang tadi menatapnya.
"Kita langsung ke bandara..!"
"Baik Tuan."
Alex menyahut. Aaron melirik sekilas kearah
Raya yang terlihat semakin tidak kuasa untuk
menahan laju air matanya yang terus saja
jatuh membasahi wajahnya. Aaron mendengus
kesal mendapati kenyataan bahwa wanita ini
sangat suka sekali menumpahkan air mata.
"Apa kau akan menangis terus.?"
Akhirnya Aaron tidak tahan lagi melihat Raya
tidak henti menangis. Raya terdiam, mencoba
untuk tidak peduli pada laki-laki itu.
"Kau akan pergi untuk bekerja, bukan pergi
ke medan perang !"
Raya melirik cepat kearah Aaron, bekerja.?
Apa maksud laki-laki ini sebenarnya.?
"A-apa maksudmu.?"
Aaron menatapnya sekilas dengan ekspresi
wajah yang terlihat sedatar tripleks.
"Kau adalah sekretaris pribadi ku.! Apa kau
pikir statusmu lebih dari itu ?"
Raya terdiam, sedikit terkejut dan ada sesuatu
yang menoreh lubuk hatinya. Dia mengusap
kasar air matanya, masih menatap kearah
Aaron yang sedang fokus pada ponselnya.
"Jadi pernikahan ini hanya di atas kertas
saja, kau pikir semua ini permainan.?"
"Jangan berharap lebih pada pernikahan ini.
Itu hanya bentuk pertanggungjawaban ku
saja. Aku tidak ingin keturunan ku lahir di
luar pernikahan.!"
DEG.!
Hati Raya seakan terbakar. Ada rasa sakit yang
kini semakin merobek jiwanya. Tapi bukankah
ini sesuatu yang lebih baik bagi dirinya ? Dia
tidak harus menjalani peran sebagai istri dari
laki-laki kejam ini.! Ini yang di harapkan nya.
"Baiklah, aku pikir itu akan lebih baik bagiku.
Kalau kau menempatkan ku di posisi ini,
mulai sekarang aku pastikan tidak punya
beban apapun menyangkut statusku.!"
"Kamu salah. Kau tetap istriku sampai semua perjanjian itu terpenuhi.! Dan kewajiban mu
tetap harus di laksanakan.!"
Raya menautkan alisnya, tatapannya kini
mulai terlihat panas dan gerah.
"Apa maumu sebenarnya.? Katakan padaku
apa yang kau inginkan.?"
Aaron melirik, mereka saling menatap. Mata
Raya terlihat mulai sembab karena terlalu
banyak menangis membuat rona merah di
kedua pipinya semakin nampak menarik.
"Pernikahan ini adalah nyata. Tapi tidak boleh
terlihat di dunia luar. Kau hanyalah sekretaris
pribadiku di mata dunia.! "
Raya nampak terhenyak. Apa sebenarnya yang
di rencanakan oleh pria ini. Dia mencoba untuk
mencerna maksud perkataan Aaron barusan.
"Semuanya sudah jelas tertuang dalam surat
perjanjian. Aku akan kembali membebaskan
dirimu kalau semua sudah selesai.! Tapi aku
ingatkan jangan menaruh harapan lebih pada
pernikahan ini, kau fokus saja pada tugasmu
memberikan keturunan untukku.!"
Tegas Aaron sambil menatap tajam wajah
Raya yang langsung pucat pasi. Jadi pria
ini benar-benar berharap mendapatkan
keturunan dari dirinya.? Baiklah, sekarang
sudah jelas semuanya. Oke.. Raya akan
mengikuti permainan laki-laki ini.
"Baiklah.! kalau kau punya aturan, aku juga
berhak mengajukan permohonan bukan?"
Wajah Aaron masih tetap tanpa ekspresi.
Raya menatap geram wajah pria yang sudah
sah jadi suami nya itu dari samping.
"Kau tidak punya hak untuk itu. Semua hal
harus ada di bawah kendaliku !"
Tatapan Raya semakin menyala, dasar pria
licik, kepala batu.! Rasa bencinya kini seakan
sudah menelan dirinya bulat-bulat.
"Aku tidak peduli pada aturan mu yang seenak
jidatmu itu. Tempatkan aku di rumah biasa
yang sederhana. Biarkan aku mengurus diriku
sendiri.! Aku tidak suka banyak pelayan.!"
Aaron kembali melirik, keduanya saling melihat,
ada sedikit reaksi aneh di wajah tampan nya
namun tidak lama kembali terlihat datar.
"Baiklah, itu bisa ku pertimbangkan. Hanya
Griz yang akan menemani keseharian mu.!"
"Tidak ada kontak fisik diantara kita.!"
Aaron melirik dengan cepat, kali ini reaksi
wajahnya benar-benar nyata. Ada seringai
penuh arti yang tercipta di bibirnya. Dia
bergerak menggeser duduknya mendekat
kearah Raya yang langsung beringsut.
"Itu tidak bisa ku kabulkan. Sekarang aku
punya hak penuh atas dirimu. Tubuhmu
adalah milikku seutuhnya.!"
Desis Aaron sambil mendekatkan wajahnya
ke dekat telinga Raya yang membulatkan
matanya di penuhi rasa tidak terima.
"Kau tidak bisa merubah perjanjian begitu
saja. Pernikahan ini hanya untuk memastikan
apakah aku akan mengandung atau tidak,
jadi selama proses itu berlangsung kau tidak
boleh menyentuh ku.!"
Geram Raya sambil memundurkan wajahnya
hingga kini membentur jendela mobil, tapi
sialnya Aaron malah semakin mendekat.
"Semua ini memang tidak ada dalam surat
perjanjian. Jadi aku bebas melakukan nya
sesuai keinginan ku, kapan pun. Lagipula
aku harus memastikan kau memberikan
keturunan padaku.!"
Bisik Aaron dengan suara berat nya yang
membuat bulu kuduk Raya berdiri, wajahnya
kini sudah berubah merah padam menahan
desakan emosi yang memenuhi jiwanya.
"Kau..benar-benar licik.! Aku benci, aku
sangat membencimu.! "
Desis Raya sambil memalingkan wajahnya
ke luar jendela, dasar manusia tidak punya
hati. Dia benci, benar-benar membenci nya.
Namun reaksi sebaliknya justru terjadi pada
Aaron. Bibir pria itu terangkat keatas, hawa
panas kini membakar wajahnya, ada kepuasan
tersendiri dalam hatinya melihat wanita yang
sangat membencinya itu mencak-mencak,
wanita itu terlihat sangat menggemaskan.
Aaron kembali ke posisi duduknya semula.
duduk santai sambil merebahkan tubuhnya
ke sandaran jok, berusaha memejamkan mata.
Mereka terdiam, tidak ada lagi pembicaraan.
Raya sedang mencoba untuk menenangkan
diri. Dia harus kuat, harus tenang dan tidak
boleh terbawa emosi dalam menghadapi
manusia licik yang satu ini. Bos jahat !
sekaligus suami kejamnya.!
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu
jam akhirnya mereka tiba di bandara. Alex
langsung membawa mobilnya ke landasan
khusus pesawat pribadi.
Begitu keluar dari mobil Raya tampak terdiam menatap sebuah jet pribadi yang sangat mewah
dan besar telah terparkir gagah di hadapannya.
Dia masih berdiri mematung ketika Aaron mulai
berjalan melangkah ke arah pesawat tersebut.
Aaron menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang, melihat kearah Raya yang masih saja
berdiri, rambutnya yang tergerai bebas tampak
melambai indah tertiup hembusan angin yang
cukup kencang. Dan gaunnya yang pas di badan terlihat berkibar seksi hingga menampakkan
lekuk tubuhnya yang indah dan menggiurkan.
Darah Aaron mendidih seketika saat melihat
beberapa petugas bandara sedang menganga,
dengan bebasnya menikmati pemandangan
indah yang tersuguh di depan mata mereka.
Dengan wajah yang sudah sedingin kutub
utara Aaron berbalik, melangkah mendekat
kearah Raya yang terkejut saat tangannya di
tarik kasar oleh pria itu hingga langkah nya
harus terseret paksa.
"Apa yang kau lakukan.? lepaskan tanganku.!"
Raya mencoba menarik tangan nya dengan
kekesalan yang kini mulai menguasai dirinya.
"Kau sadar yang kau lakukan.?"
"Apa pedulimu.? lepaskan tanganku.!"
Aaron tidak peduli, dia tetap menarik paksa
tangan Raya hingga akhirnya kakinya tidak kuat
lagi mensejajari langkah lebar laki-laki itu.
"Aaaa...!"
Dia memekik kuat saat kakinya terkilir karena
sepatu yang di pakainya. Aaron terkesiap, dia
baru menyadari perbuatannya. Apa yang ada
dalam otaknya sebenarnya.? Raya berjongkok
sambil meringis memegang tumitnya yang
terasa nyeri dan ngilu.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya.? "
Geram Raya sambil melotot kearah Aaron yang
kini ikut berjongkok. Alex dan Griz berdiri di
dekat mereka berdua, hanya bisa melihat
interaksi dua orang majikan nya itu. Tanpa
permisi Aaron melepaskan sepatu dari kaki
Raya membuat wanita itu melebarkan matanya. Namun sebelum dia sempat memprotes nya,
Aaron sudah mengangkat tubuhnya ke dalam gendongan. Dengan sigap Griz membawakan
sepatu milik majikan nya itu.
"Turunkan aku, kau selalu saja seenaknya.!"
Teriak Raya sambil menekan dada Aaron yang
tidak bereaksi, dia mulai melangkah tenang ke
arah pesawat yang sudah menderu bersiap
untuk lepas landas. Raya akhirnya terdiam,
hanya bisa berdecak sebal di telan kekesalan.
Lagipula kakinya kini mulai terasa berdenyut
nyeri hingga membuat dia kembali meringis.
Dan hal itu menyebabkan Aaron semakin
mempercepat langkahnya. Dengan hati-hati
Aaron membawa Raya masuk ke dalam
pesawat, dengan terpaksa akhirnya Raya
melilitkan tangannya di leher pria itu karena
takut terjatuh.
Tiba di dalam pesawat Aaron mendudukkan
Raya di kabin depan. Semua awak pesawat
tampak sibuk, dua orang pramugari langsung
membawakan obat-obatan dan alat kompres.
Aaron langsung mengangkat kaki Raya agar
naik ke pahanya.
"Ma-mau apa kamu..aaa..sakiitt..!"
Raya memekik kuat begitu Aaron meletakkan
kakinya di pahanya, sementara dia dalam posisi berjongkok. Semua orang tampak menatap
tidak percaya, Tuan berharga mereka mau
melakukan semua itu, memperdulikan
wanita ini sampai segitunya.
"Tinggalkan tempat ini.!"
Suara Aaron yang dingin membuat para awak
pesawat terperanjat, mereka langsung serempak
menunduk setelah itu berlalu pergi dari ruangan
itu. Tangan Aaron mulai bergerak menyentuh
kaki Raya membuat tubuh gadis itu seperti
tersengat arus listrik. Bersentuhan langsung
dengan Aaron menimbulkan trauma di hati
Raya kembali bangkit. Matanya menatap
tajam wajah Aaron yang terlihat datar saja.
"Ja-jangan..! Jangan menyentuhku.! Biarkan
Griz saja yang melakukan nya.!"
Suara Raya terdengar bergetar pelan, wajah
Aaron terangkat, keduanya saling menatap
kuat, ada sorot ketakutan yang terpancar
dari mata indah Raya yang sangat membius.
"Hanya aku yang berhak menyentuhmu.!"
DEG !
Jantung Raya berpacu dengan kencang. Dia
menggelengkan kepalanya kuat saat tangan
Aaron kini benar-benar menyentuh kakinya,
mulai mengurut nya perlahan. Kulit sehalus
sutra itu kini dalam genggaman nya. Darah
Aaron mulai memanas, ada gelenyar aneh
yang kini merasuk menjalar ke seluruh nadi
dan aliran darahnya. Sial ! apa yang terjadi
dengan dirinya.? Kenapa selalu saja begini
saat menyentuh wanita ini.! Dia seolah tidak
bisa mengendalikan dirinya. Dia akan hilang
akal dalam sekejap. Ini bahaya, dia harus
segera menuntaskan kegiatannya.
"Aaa... pelan-pelan..sakiitt...!"
Raya merintih sambil memejamkan matanya
saat Aaron mulai melakukan gerakan yang
lebih ekstrim, hal itu membuat Aaron kembali
menatapnya terpana. Suara rintihan Raya
semakin membawa dirinya pada hasrat liar
yang semakin di tahan semakin membuat
dia hilang kendali. Di tambah lagi sekarang
tangan Raya mencengkram kuat pinggiran
jok pesawat menahan rasa sakit. Hal itu
malah membawa Aaron pada fantasi liarnya
mengingat kembali malam panas itu.
"Aaaa...sakiitt..apa yang kau lakukan.?!"
Raya spontan memukul keras bahu Aaron
saat laki-laki itu melakukan satu gerakan
cepat menghentak dan menimbulkan rasa
sakit yang tak terperi. Tanpa sadar Raya
menyusupkan wajahnya di bahu pria itu
karena rasa sakit yang di rasakannya.
Tubuh Aaron kini semakin panas saat tangan
Raya mencengkram kuat bahunya. Aroma
tubuh Raya yang menguarkan wangi lembut
dan menenangkan kini memenuhi indra
penciumannya membuat gairahnya semakin
menggebu menguasai tubuh nya. Dengan
cepat dia mengangkat tubuh Raya ke dalam
gendongan nya di bawa melangkah masuk
ke dalam kamar pribadinya...
***
Happy Reading...
pasti lebih seru