Mereka dijodohkan dan berani membuat komitmen untuk berumah tangga. Tapi kabar mengejutkan di ucapkan si pria di usia pernikahan yang belum genap 1 bulan. Yudha meminta berpisah dengan alasan cinta masa lalunya telah kembali.
Delapan tahun berlalu Yudha kembali bertemu dengan mantan istrinya.
Tidak ada yang berubah. Wanita itu tetap cantik dan bersahaja tapi bukan itu yang menjadi soal. Matanya memaku pada seorang gadis kecil berambut pirang yang begitu mirip dengannya.
"Bisa kau jelaskan?"
"Tidak ada yang perlu ku jelaskan!"
"Aku sudah mencari tahu tentangmu tujuh tahun terakhir dan tidak ada catatan kau pernah menikah sebelumnya selain..... apa itu anakku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Sikap waspada Nilam langsung muncul melihat Yudha dengan wajah menakutkan berjalan menerjang dirinya. Dia mengira pria itu akan memberinya tamparan atau kekerasan fisik lainnya. Matanya sudah terpejam pasrah saat merasakan kedua bahunya didorong dan tubuhnya dijatuhkan ke ranjang. Detik itu juga dia merasakan bibir kenyal Yudha menangkap bibirnya, dan tangan pria itu bergerak lihai menyentuh bagian sensitif tubuhnya.
"Mas, stop!"
"I can't!"
Sudah kepalang tanggung bagi Yudha. Kepalanya hampir pecah menahan gairah. Dia ingin segera mendapat pelampiasan.
Seharusnya aktivitas bercinta menumbuhkan kasih sayang pada rumah tangga yang gersang, serupa air hujan yang menyirami tanah tandus Padang pasir. Selayaknya penyatuan tubuh itu juga menyatakan hati mereka. Kenyataannya, hal itu tidak berlaku bagi pasangan Yudha dan Nilam.
"Kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini." ucap Yudha tiba-tiba keesokan paginya.
Sangat buruk bukan kenangan yang ada di apartemen ini? Setiap sudut mengingatkan Nilam pada rasa sakit.
Meski sudah delapan tahun berlalu, kenangan buruk itu membekas di memori.
Minta pisah setelah semalam menggauli isterinya bagai harimau kelaparan?
Seketika dada Nilam bagai ditusuk ribuan jarum. Perempuan mana yang tidak sakit hati mendengar suaminya ingin mengakhiri hubungan pernikahan dengan alasan wanita yang dicintainya kembali, di saat pernikahan baru berjalan kurang dari sebulan.
Tidak ingin menyiksa diri jika terus berada di apartemen itu, Nilam buru-buru meninggalkan tempat itu, meninggalkan Yudha dan pak Kadik, tentunya setelah memesan taksi.
Dengan langkah lebar Nilam meninggalkan apartemen dimana bayangan buruk itu seperti kaset rusak menghantuinya.
Tapi langkahnya menuju taksi perlahan menelan saat tahu siapa yang sedang bersandar di taksi yang akan ia naiki.
Alfaaro?
Bayangan masa lalu yang sempat menghantuinya sejak tadi lenyap begitu saja ketika mata mereka bertemu.
"Al?"
"Masuklah!"
"Kamu tahu aku di sini?" tanya Nilam tidak percaya. Pasalnya Alfaaro pamit pulang dari rumah sakit sudah sekitar lima jam yang lalu.
"Aku sudah bersiap tidur, ketika anak buahku mengatakan kamu pergi ke sebuah club'." terang Alfaaro.
"Kamu mengikuti ku?"
"Apa bisa ku katakan tidak jika sekarang kita bertemu di sini?"
Lelaki itu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
Sungguh sangat tampan, di tambah rambut itu sedikit berantakan dari penampilan biasanya.
Entah kenapa tiba-tiba janda satu anak itu tergelak kecil.
"Terimakasih." ucapnya berjalan masuk kedalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh Alfaaro.
"Jadi ini bukan taksi yang ku pesan?"
"Taksi pesanan mu sudah datang tapi ku suruh pulang."
"Aku juga yang meminta mengirim pesan mengatakan sudah menunggu disini." tambah Alfaaro.
"Dasar!" ucap Nilam sambil tersenyum manis.
*******
Mobil yang membawa Nilam dan Alfaaro bergerak stabil menuju rumah sakit. Perjalanan yang tidak terlalu panjang, tetapi tetap saja mobil harus beberapa kali berhenti saat bertemu dengan lampu lalu lintas yang berubah merah.
Hidup di kota besar memudahkan mereka, meskipun sudah hampir dini hari mereka masih bisa memesan taksi.
Di perjalanan menuju rumah sakit Nilam dan Alfaaro sama-sama terdiam sampai pada saat Nilam turun dari taksi, Alfaaro tidak serta-merta mengikutinya.
"Kamu masuk saja, aku langsung pulang." ungkap Alfaaro.
Ada rasa kecewa ketika Nilam mendengar ucapan Alfaaro.
Apa dia berharap Alfaaro menginap?
"Oke."
Langkah Nilam terasa berat saat menapaki lantai rumah sakit. Sebenarnya dia sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba ingin Alfaaro tetap bersamanya.
Tidak sampai lima menit Nilam sampai ke ruang rawat Mylea.
Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah sang sahabat yang sudah terlelap damai di samping Mylea.
Senyumnya terbit melihat bagaimana sang sahabat yang memeluk tubuh putrinya.
Ting.
Tidur, Besok aku janji akan datang pagi-pagi.
Hanya membaca pesan tapi entah mengapa pipi Nilam terasa memanas.
Nilam hendak menaruh ponselnya saat satu motivasi kembali terlihat.
Tapi lali ini tidak seperti harapannya pesan itu bukan dari Alfaaro melainkan dari Maulida.
Kenapa Yudha Nilam, pengurus apartemen mengatakan kamu membawa Yudha dalam keadaan tidak sadarkan diri?
Ternyata membawa Yudha ke apartemen mereka adalah kesalahan besar.
Kini Nilam tidak tahu harus mengatakan apa pada mantan ibu mertuanya?
Jika tahu akan ketahuan seperti ini akan lebih baik membawa Yudha pulang kerumah ibunya saja langsung.
Waktu sudah semakin mendekati pagi tapi belum sedetikpun Nilam tertidur.
Mengapa sejak kembali bertemu dengan mantan suaminya hidupnya jadi tidak tenang seperti ini?
Hingga sampai benar-benar pagi, Nilam tidak sempat tidur.
Matanya tidak dapat terpejam, pikirannya kacau.
Sampai pada Lisa pergi ke kantor, Nilam masih duduk menunggu suster melepaskan infus Mylea sebelum pulang.
"Kamu tidak mendengar nasehatku?"
Suara familiar membuat Nilam menyadari jika dia baru saja melamun.
"Nilam, nikah yuk! Supaya aku bisa memastikan kamu tidur tepat waktu."
"Kamu sudah datang?" tanya Nilam. Tidak mungkin dia menanggapi perkataan Alfaaro sebelumnya. Pemuda ini benar-benar bikin jantungan. Meskipun Alfaaro mengatakannya sambil berbisik.
"Om Je," Mylea langsung mengambil alih perhatian Alfaaro.
"Sudah siap pulang?" tanya Alfaaro yang mendapat jawaban anggukan semangat oleh Mylea.
"Ayahnya tidak menjemput?"
Bahkan Nilam tidak tahu lelaki itu sudah sadar atau belum?
Tidak mendapat jawaban dari Nilam Alfaaro mengerti.
"Kalau begitu bisa langsung pulangkan?"
Nilam mengangguk dan mulai menyiapkan barang-barang Mylea sebelum di jemput pak Kadik, sementara Mylea sudah di gendong oleh Alfaaro.
Nilam heran saat Alfaaro malah membawa Mylea ke arah mobil pria itu.
"Al, mobil nya disana." tunjuk Nilam pada mobilnya.
"Aku ingin di temani Mylea ke suatu tempat. Bolehkan? Sekalian denganmu jika tidak keberatan."
******
Nilam tidak menyangka tempat yang dimaksud Alfaaro adalah sebuah pemakaman.
Bukan pemakaman umum, tapi pemakaman yang cukup elite.
Kini mereka berdua sedang menemani laki-laki yang tidak lain adalah Alfaaro berziarah.
"Ini ibuku." tunjuk Alfaaro pada sebuah batu nisan yang tertuliskan nama Phalosa (Lily)
Di sekitar ada makam yang Nilam yakini semuanya keluarga Alfaaro karena dari bentuk batu nisan sama semua.
"Ini juga mamaku. Istri pertama Papa dan ini Papaku."
Alfaaro menunjuk satu makam tepat di samping ibunya yang dikatakan Papanya dan samping berikutnya adalah mamanya istri pertama Papanya.
Itu berarti ibu Alfaaro istri kedua?
Ternyata keluarga Alfaaro sungguh rumit.
Batu nisan bertuliskan nama Sean Pramajha itu berada di tengah, di apit oleh kedua istrinya.
Alfaaro menepati janjinya untuk pergi berziarah sebelum melamar Nilam secara resmi.
"Ternyata kalian keluarga besar yang harmonis."
Itu benar, Alfaaro tidak pernah menyesali takdirnya terlahir di tengah-tengah keluarga besarnya.
Dia mendapatkan banyak cinta, dari keluarganya, Nenek dari ayahnya, nenek dari papanya bahkan dia juga begitu di sayangi oleh Nenek dari ayah tuan Udgam. Sosok wanita yang sudah menjaganya bak berlian.
Meskipun dulu ibunya mendapat label pelakor, tapi hanya keluarganya yang tahu seberapa berharga Ibunya untuk mereka semua.
"Setelah ini, aku akan melamar mu secara resmi, aku kesini berniat mengenalkan keluargaku, dan kini aku ingin lebih mengenal keluargamu. Nilam. Apa kamu bersedia?
msh bs memaafkan menantu yg sdh menabrak cucu sendiri.
miris.
harusnya cerai adalah yg benar dilakukn yudha