Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Pengawal
Aku tak menyangka kalau Reyhan akan berbuat senekat itu, dan aku justru berbalik menanggapinya dengan mesra pulak. Wajahpun kini sudah terasa memanas akibat perlakuan kekasih pertamaku, yang entah mengapa ada rasa bangga saja, saat si Dio hanya bisa melihat kami.
"Kamu baik-baik dirumah, nanti kita akan ketemuan lagi, ok!" cakap Reyhan belum melenggang pergi.
"Iya Rey."
"Dan kamu? Awas saja!" ancam Reyhan pada Dio.
"Kalau begitu aku pulang dulu, bye ... bye!" pamitnya.
"Iya, bye ... bye."
Reyhan sudah hilang dari pandangan mata, dan kini aku mencoba menutup pintu, yang setelah itu berjalan ke arah Dio yang terpaku menatap tajam kearahku.
"Tunggu!" ujar Dio berusaha menghentikan langkahku.
Karena rasa dongkol dihati saat Dio mengusir Reyhan, aku berusaha mengacuhkan dia, untuk terus saja berjalan menghindarinya.
"AKU BILANG BERHENTI," bentak Dio melengkingkan suara.
Seketika akupun berhenti melangkah, akibat kaget atas rasa amarahnya yang bersuara keras.
"Apa maksud kamu berciuman tadi?" tanyanya kepo.
"Maksud kamu apa?" tanyaku balik tak mengerti.
"Gak usah berlagak tak tahu. Anak kecil saja tahu, apa yang menjadi dasar pertanyaanku tadi?" ujarnya serius.
"Yang kamu maksud ciuman tadi?" sautku menjawab.
Dio hanya diam tak menjawab perkataanku, berarti benar adanya yang dia tanyakan.
"Aku tidak ada maksud apa-apa, cuma itu salah satu ciuman kerinduan kami," jawabku santai.
"Ciuman kerinduan? Sampai segitunya?."
"Iya memang, kenapa?" sahutku tidak jadi masalah.
Kenapa Dio jadi kepo begitu yah?
"Apakah semurah itu harga dirimu? Sampai kamu melakukan kayak gituan didepan orang lain? Aku tidak menyangka ternyata kelakuan kamu melebihi wanita nakal diluaran sana. Kamu benar-benar wanita yang tidak bisa menjaga kehormatanmu, berani-beraninya melakukan ciuman tanpa ada sedikitpun rasa malu. Apakah kamu tak ada rasa malu lagi, hah! Apakah cinta telah membutakan kamu, sehingga apa yang bisa kamu jaga, bisa diserahkan kepada orang lain begitu saja. Aku benar-benar kecewa sama kamu, tak menyangka jika wanita baik-baik dan terhormat seperti kamu, begitu murahannya memberikan ciuman begitu saja pada orang lain," ungkap Dio marah dan kecewa.
"Apa hak kamu mengatur-atur diriku? Kamu itu hanya pengawal yang disewa oleh papaku untuk menjaga saja. Mentang-mentang kamu sudah menjadi orang kepercayaan kedua orangtuaku, kamu bisa seenaknya saja ikut campur urusan percintaanku," balasku menjawab kekuh merasa benar.
Adu mulut mulai terjadi. Kesal melihat sikap Dio yang mulai ikut camour urusan pribadi.
"Aku memang ditugaskan untuk menjaga kamu, tapi bukan berarti aku akan membiarkan wanita seperti kamu bisa jatuh kepelukan semua orang, termasuk seperti artis itu. Apakah kamu tak berpikir apa akibatnya nanti? Aku paham bibir kamu pasti sudah sering ternodai, tapi apakah kamu ngak bisa bertobat untuk berhenti melakukan itu? Cinta tak berdasarkan oleh nafsu saja, tapi dengan hati juga, jadi pintaku kamu itu jangan asal-asalan memberikan apa yang menjadi kehormatamu sebagai perempuan," respon Dio yang masih marah.
"Kamu jangan sok menguruiku, dan jangan bicara masalah hati, sebab kamu sendiripun belum pernah mengerti maupun melakukannya. Apa yang aku lakukan itu adalah wajar, sebab dia adalah kekasihku, jadi kamu tak patut untuk marah-marah yang tak jelas begitu," tambahku berkata.
"Aaaaakhhh," teriak Dio kesal.
Bhakkk, Dio memukul tembok. Kelihatannya Dio mencoba melampiaskan kekesalan.
"Memang susah bicara sama kamu, mulutku sampai berbusa ngomongpun, pasti kamu itu tak akan mendengarkan kata-kataku. Terserah apa yang ingin kamu lakukan sekarang, yang jelas aku sudah memperingatkan kamu, atas sikap kamu yang murahan itu. Jangan salahkan siapa-siapa, jika suatu saat nanti kamu sendiri yang akan merugi," cetusnya menjawab sambil berlalu pergi menuju pintu, yang ternyata dia akan pergi keluar rumah.
Jebreeet, pintu telah ditutup kasar oleh Dio.
Entah kemana dia pergi, yang jelas ada suara mesin mobil sedang dijalankan.
Benar-benar aneh sikap Dio, sampai segitu dia marah. Padahal kalau dipikir-pikir aku adalah wanita dewasa yang sudah mempunyai kekasih, dan pasti wajar-wajar saja kalau bisa melakukan itu.
Langkah kaki kini menuju tempat pembaringan, dengan maksud hati untuk memejamkan mata yang tadi sempat ngantuk sekali. Sungguh aneh sekali, badanku hanya berbolak-balik dikasur tak bisa tidur. Pikiran begitu melayang-layang memikirkan atas semua ucapan Dio. Apakah memang benar akulah yang terlalu murahan, akibat terbawa suasana keromantisan bersama pacar?.
"Dimana sih letak kesalahanku? Masak gara-gara ciuman tadi, sampai segitunya si bocil itu marah. Ahh, aku memang sudah keterlaluan juga sih, menanggapi ciuman tadi. Ahhh .... ahhh, Dio ini benar-benar ngeselin," gerutuku dalam hati mencoba berpikir, dengan kaki berkali-kali menendang-nendang diudara, tak karuan ke sembarang arah.
"Tapi aku melakukan itu semua, gara-gara dia juga, sebab aku ingin membuktikan bahwa aku dan Reyhan tak bisa diremehkan atas kuatnya cinta kami. Kalau saja Dio tak menghalang-halangi dan tak ikut campur, pasti aku gak akan keterlaluan ciuman semesra seperti itu tadi," gerutu dalam hati.
Tanpa terasa mata telah terpejam tiba-tiba, dan sekarang akupun terjingkat kaget untuk segera bangun.
"Jam berapa ini?" tanyaku dalam hati mengambil handphone.
Terlihat waktupun sudah larut malam sekali, yaitu menunjukkan jam 23.35. Dan seketika mata melihat kearah tempat tidur Dio, dan terlihat kasurnya telah kosong tak ada orangnya.
"Dio belum pulang? Kemana dia?" tanyaku dalam hati sedang khawatir.
Kerena sedikit panik, akhirnya kaki terus saja berjalan cepat untuk menuruni anak tangga segera.
"Dio ... Dio ... Dio?" panggilku binggung.
Ceklek, tiap kamar dan sudut-sudut rumah telah kubuka untuk mencari Dio, tapi b*tang hidungnyapun tak nampak sekali.
"Aaahhh, kamu kemana Dio? Apakah kamu semerajuk itu sampai ngak pulang kerumah?" hati bertanya-tanya gelisah.
"Oh ya, kenapa aku harus mengkhawatirkan dia secara berlebihan? Dia itu 'kan cuma pengawal saja, tapi-?."
"Tapi kalau tidak dicari, bisa-bisa kemurkaan papa akan datang. Aaah ... iiiih, sungguh merepotkan sekali si bocil itu, awas!" Kekesalanku dalam hati.
Tut ... tut ... tut, gawai berusaha menelpon Dio.
Terdengar ada nada dering handphone yang ada didalam kamar, dan akupun langsung mencoba melihatnya, dan benar saja gawai Dio ternyata tertinggal dirumah. Tangan langsung saja menyambar jaket dalam kamar, dan sekarang mencoba menstater mobil untuk mencari keberadaan anak buah sendiri dimana?.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️