NovelToon NovelToon
GADIS BERGAUN MERAH

GADIS BERGAUN MERAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita
Popularitas:3.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Meta Janush

Di kehidupannya dulu Arimbi Saraswati sungguh bodoh karena jatuh cinta pada Reza yang ternyata adalah kekasih Amanda dan Arimbi tidak mau menuruti permintaan orang tuanya untuk menikahi Emir dan dia memutuskan untuk tetap bersama Reza. Malangnya, mereka malah tertimpa musibah dan kemalangan berturut-turut. Reza berselingkuh dengan Amanda hingga hamil dan mereka membunuh anak perempuan Arimbi. Amanda juga membunuh kedua orangtua Arimbi dan merebut perusahaan beserta semua kekayaan mereka, membiarkan Arimbi mati.

Tapi Tuhan masih memberinya kesempatan untuk mengubah takdirnya. Setelah diberi kesempatan untuk hidup kembali, dia memulai hidupnya kembali ke masa-masa sebelum dia menikahi Reza, Arimbi merobek bajunya dan menggigit Emir dan mengatakan bahwa dia miliknya. Jadi sekarang mereka harus menikah!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34. MENEBUS KESALAHAN

Walaupun anaknya cacat, Rania tidak akan membiarkan Arimbi atau siapapun menghancurkan harga diri anaknya. Jika bukan karena Emir cacat, mana mungkin orang seperti Arimbi bisa berada dihadapan Emir sekarang.

“Nyonya Serkan, setelah aku merasakan kematian sekali, aku menyadari banyak hal karena aku sekarang sudah mendapatkan kesempatan kedua, aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama.”

“Huh! Satu-satunya cara untuk menebus kesalahanmu hanya dengan menjaga dan merawat anakku dengan baik.” Rania mendengus lalu membalikkan badan dan pergi.

Perlahan Arimbi melihat punggung wanita itu menjauh, dia merasa penasaran tentang apa yang dikatakan Emir pada keluarganya setelah dia pergi dari villa utama.

‘Menebus kesalahan?’ pikirannya mencoba mencerna maksud dari kata-kata itu.

“Ayo pergi! Aku akan membawamu keliling kompleks villa Serkan!”

Sepertinya Emir tidak akan pernah memberitahu Arimbi apa yang telah dia katakan pada keluarganya, jadi arimbi pun tidak akan menanyakannya lagi. Dia tahu jika Emir memang tidak berniat untuk  memberitahunya, tak peduli apapun yang Arimbi lakukan tidak akan bisa membuat Emir membuka mulutnya.

Arimbi pun segera melupakan hal itu, dia lalu menatap kompleks villa Serkan yang sangat luas. Bahkan dengan petunjuk dari Emir, Arimbi masih tersesat. Kompleks Villa Serkan terlalu luas dan terlalu banyak yang harus dihapalnya. Arimbi sangat yakin kalau dia akan tersesat jika dia pergi sendirian.

Ditambah lagi, villa Serkan juga memiliki taman belakang yang sangat indah. Ketika Arimbi mendorong kursi roda Emir melalui jalan setapak ditaman, berkali-kali dia ingin berhenti dan mengamati bunga-bunga disekitarnya tapi dia takut Emir akan marah jika dia berhenti.

Matahari mulai terbenm, langit berwarna kemerah-merahan, “Ayo pergi keluar untuk jalan-jalan."

“Baiklah.”

Menjadi ‘pembantu’ Emir, dia harus menuruti segala perintah pria itu. Setelah berjalan beberapa menit, Emir menyuruh Arimbi untuk berhenti.

“Ada apa?” tanya Arimbi.

“Menunduklah,” kata Emir memerintah.

Arimbi tidak tahu apa yang diinginkan Emir, dengan perlahan dan hati-hati dia menunduk dan melihat mata Emir dengan seksama untuk mencegahnya dijatuhkan lagi hingga pingsan. Melihat ekspresi Arimbi yang muram, Emir mengangkat tangannya tapi tanpa sadar Arimbi malah berdiri, ‘Emir! Jangan coba-coba membuatku pingsan lagi!”

Emir meraih tangan Arimbi dan memaksa tubuhnya untuk menunduk lagi. Setelah itu dia menjentikkan jarinya ke dahi Arimbi dengan kuat, membuat wanita itu meringis kesakitan. Ingin rasanya Arimbi protes dan mengatakan pada Emir betapa buruknya dia memperlakukan perempuan tapi dia mengurungkan niatnya karena takut akan mendapat hukuman dari pria itu lagi.

“Apa otkamu itu otak udang? Bagaimana bisa kamu lupa jalan yang kamu lalui setelah melewatinya sekali?” ujar Emir dengan ekspresinya yang kesal.

“Emir! Ini pertama kalinya aku mengelilingi komplek villa ini. Kompleks ini sangat luas dan aku belum terbiasa dengan tempat ini! Kamu lihat tidak betapa luasnya Villa Serkan dan begitu banyak jalan pintas yang bercabang-cabang. Bagaimana bisa aku mengingat semuanya. Apalagi ini adalah pertama kalinya aku melewati jalan ini. Kalian memang benar-benar harus memasang rambu jalan karena disaat ada orang asing yang masuk, tidak mungkin bisa keluar dari labirin ini.”

Emir bukannya merespon ucapan Arimbi, dia malah menatapnya dengan kesal.

“Apa kamu tidak bisa memberitahuku saja mana jalan menuju pintu masuk? Dan tolong jangan menyentil keningku lagi! Sakit tahu! Bagaimana kalau aku membuatmu merasakan apa yang sedang kurasakan agar kau mengerti perasaanku?”

“Aku hanya mengatakan satu hal tapi kamu membalasnya dengan panjang lebar! Ck!”

“Aku tidak merasa kalau ucapanku itu terlalu panjang. Aku hanya menjelaskan padamu supaya kamu mengerti!” ujarnya sambil mengerucutkan bibirnya. Namun saat dia melihat ekspresi Emir yang muram, akhirnya Arimbi pun kembali fokus mendorong kursi roda.

“Salah!” ucap Emir saat Arimbi membawanya ke jalan yang salah.

“Lalu aku harus kemana? Kenapa kamu tidak memberitahuku saja, biar cepat!”

Emir berusaha untuk sabar, ‘Aku harus bisa sabar menghadapi istri baruku ini. Dia masih baru disini dan villa Serkan memang benar-benar luas. Wajar jika dia tidak tahu jalan! Tidak semua orang memiliki ingatan bagus sepertiku!’

Akhirnya Emir pun menunjukkan jalan yang benar pada Arimbi dan dia langsung mengikuti arahan Emir. Dengan petunjuk dari Emir, akhirnya Arimbi berhasil membawa pria bertemperaman tinggi dan suka menyentil itu keluar dari Villa Serkan.

“Pergilah ke padanag rumput disana untuk mendapatkan pemandangan matahari terbenam.”

Sekitar seratus meter dihadapan mereka ada hamparan padang rumput yang dikelilingi oleh pepohonan, membuat seluruh area itu terlihat seperti palet hijau. Setelah Emir memberinya perintah. Arimbi tidak memiliki keberanian untuk menolaknya. Mereka mendengar suara mobil dari kejauhan dan disaat mereka sampai dipadang rumput mereka melihat sebuah mobil yang familiar.

Mobil itu melaju kearah mereka dibawah sinar matahari yang terbenam. Saat itulah mereka melihat orang yang berada didalam mobil itu adalah Reza Kanchana. Setelah memarkirkan mobilnya, Reza keluar dari mobil dan berjalan kearah mereka. Saat Emir menoleh untuk melihat Arimbi, dia bisa melihat Arimbi yang menggenggam erat gagang kursi rodanya.

Wajahnya dipenuhi dengan kebencian yang sangat mendalam. Emir yakin jika Arimbi tidak menahan diri mungkin dia sudah  melempar kursi roda itu pada Reza. Melihat ekspresi Arimbi seperti itu, Emir mulai berpikir, ‘Bukankah Arimbi mencintai Reza Kanchana? Dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada pria itu dan menolak menikahiku karena dia ingin menikahi Reza? Selain itu, rumor yang beredar mengatakan kalau dia bahkan menolak makan karena Reza.’

‘Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka? Kenapa Arimbi terlihat sangat membenci pria itu?’

Emir yang tenggelam dalam pikirannya, memiliki ribuan pertanyaan tentang hubungan kedua orang itu yang terlihat tidak sesuai dengan rumor yang beredar.

“Tuan Emir! Arimbi!,” Reza menyapa mereka dengan tersenyum sopan.

Mencoba menahan segala kebenciannya, tanpa sadar Arimbi melihat kebawah dan saat itu juga dia menatap pupil mata gelap Emir. Dia mengedipkan matanya dan bertanya-tanya, sejak kapan Emir menatapnya?

Emir bersikap tenang seperti tidak melihat apa-apa dan menoleh kearah Reza. Dia pun tidak menjawab sapaan Reza.

“Tuan Emir!”

Semua orang di Kota Mtero tahu kalau Emir tidak menyukai orang berada didekatnya, jadi Reza berhenti sekitar tiga langkah dari Emir. Saat Emir melihat matahari yang terbenam, dia menyayangkan matahari terbenam yang terlihat indah itu akan segera berakhir.

“Tuan Kanchana! Ada apa anda datang tak diundang?” tanya Emir datar dan dingin.

Emir bahkan tidak menatap Reza saat dia bicara, membuat Reza merasa kesal dengan sikap Emir yang acuh tak acuh dan betapa rogannya Emir.

Meski begitu, Reza tidak berani mengatakan sepatah katapun. Lalu, Reza mengalihkan tatapannya pada Arimbi dan menatapnya dengan lembut, “Saya dengar anda membawa Arimbi bersama anda dan saya merasa cemas karena dia akan membuatmu marah, jadi saya berniat untuk membawanya pulang. Tuan Emir! Jika arimbi telah membuatmu marah, saya harap anda bisa memaafkannya untuk saya.”

Setelah Reza mengatakan itu, barulah Emir menatapnya. Dia mengerucutkan bibirnya dan dengan sarkas dia berkata, “Untukmu? Lantang sekali kamu mengatakan itu?”

Reza pun tak bisa lagi berkata-kata.

1
٩(๛philocalist³˘)۶♥
okelaa
Suhadhanie Nur Ezah
ihhh jijik aku dgn si eric....masih lg die bhubgn dgn si mia...lepas puas2 nnt sibuk cri si ava....
Suhadhanie Nur Ezah
la...mcm tu je die pnye hubungn...knp x nikh je dlu.. si eric tu bkn betul2 nk kn si ava...dh mcm amnda pulk si ava nie...
Lilo Stitch
*Aku bukan Kau
Fadilah Azzahra
Lumayan
Lilo Stitch
good aku suka kata" arimbi
Lilo Stitch
rino bukan rini
Ambarwati Dwi
duuhhh lama bngt thor ga up up
Meta Janush IG@Meta_Janush: hari ini up ya
total 1 replies
Lilo Stitch
*hamil toloooonggg byk typo 😭😭😭
Lilo Stitch
*brengksek
Lilo Stitch
byk typp
Lilo Stitch
*mendengkur
Lilo Stitch
ibu ato mama? klu uda panggil ibu jgn ada panggilan mama lg. jd bingung aku bacanya
Lilo Stitch
lancang ato lantang yg benar?
Lilo Stitch
*wakil bukan wakit, sorry ada bbrp typo
Sri Rahayu
bodohnya kamu Jonathan dibohongi org.Cabal....kamu hanya dimanfaati oleh mereka setelahnya akan dilenyapkan seperti paman dan bibinya Ava, juga orgtua Eric....kamu akan menyesal Jonathan 😠😠😠
Supry Atun
ayah ibu tidak tau.yang tau author ava 🤣🤣🤭
Supry Atun
lanjut thor seru tapi aku agak bingung thor hehehe.
Meta Janush IG@Meta_Janush: jangan bingung2 😁😁
total 1 replies
Yunita Widiastuti
hadeeeewww jo jo jo
Yunita Widiastuti
👀👀
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!