Dia Anaku

Disebuah ruangan bawah tanah hanya ditemani cahaya lampu yang minim, ada seorang pria tangan yang diikat kebelakang wajah yang babak belur, menahan rasa sakit kaki yang kena tembak.

Datang seseorang, dia menengok keatas siapakah yang datang ternyata laki - laki yang dia buntuti selama beberapa hari ini.

Davin duduk dikursi yang baru saja diambilkan oleh anak buahnya.

"Siapa yang nyuruh" dengan tatapan layangnya Davin tanpa basa basi mengajukan pertanyaan, pria itu hanya diam saja tidak mau mengaku.

Ck.

Lalu kaki yang terkena tembak ditekan dengan kakinya.

Aaaak. Triak pria itu.

Leher juga dicengkram sambil ditekan keatas.

"Katakan"

"A a aku tidak ada yang nyuruh" kata pria itu terbata.

Semakin kuat Davin menekan kakinya dan menekan leher.

"KATAKAN" suara lantang Davin mengelegar keseluruh ruangan.

Detik berikutnya pria itu pingsan tak sadarkan diri mungkin karena rasa sakit yang terkena tembakan.

"Bre**sek" umpat Davin melepaskan cengkramanya.

"Dia hanya preman pasar bos, tidak ada sambungan telfon yang mencurigakan dihand pone nya"

"Gue yakin pasti ada seseorang yang menyuruhnya"

Keesokan harinya.

Diperpustakaan disekolah Alea sedang berjalan mengelilingi rak buku mencari buku yang dia butuhkan.

Karena buku yang dia cari ada dirak paling atas otomatis dia sampai berjinjit meraih buku itu.

Tiba - tiba ada sebuah tangan yang mengambil buku itu dengan mudahnya, Alea nengok kesamping, dia lagi.

"Makanya jadi cewek jangan terlalu pendek" mata Alea melotot.

"Jangan melotot gitu, mata mau keluar tu" kata Vindra lagi tapi baginya Alea sangat menggemaskan.

Tanpa membalas perkataan Vindra Alea menyerobot buku yang dipegang Vindra dan dia pergi terserah apa katamu.

Alea masih berjalan mengitari rak buku dia masih mencari dan membuka - buka buku dan Vindra pun masih mengikutinya.

"Sudah dibantuain, bukanya terimakasih malah pergi begitu" Alea tarik nafas.

"Terimakasih"

"Terimakasih aja"

"Apa sih mau mu aku tidak minta dibantu ya?" tanya Alea kesal tapi Vindra hanya senderan dirak buku sambil tanganya dimasukan kesaku celana.

"Harusnya diberi hadiah dong"

"Ya nanti aku kasih gorengan" Alea pura - pura membaca buku.

"Kenapa lu menghindari gue?"

"Ya orang macam kayak kamu harus dihindari"

"Gue"

"Bu Tia" Alea pura - pura memanggil bu Tia penjaga perpustakaan dia pergi dari sana.

Beralih ke Anggi.

Saat ini Anggi sama Fira dalam perjalanan menuju restoran, karena kemaren mereka tidak jadi keluar bareng, hari ini rencananya mereka akan makan setelah itu jalan - jalan.

Mobil yang dikendarai Fira telah sampai diparkiran restoran, mereka sambil ngobrol berjalan masuk kedalam.

Mereka mengedarkan pandangan mencari tempat duduk tanpa sengaja Anggi melihat seseorang yang dia kenali.

Deg. Anggi bertemu dengan mantannya Davin.

Begitu pula dengan Davin, dia ada pertemuan dengan kliennya ditempat restoran itu, dia melihat Anggi disana.

"Kita cari tempat restoran lain aja yuk" aja Fira dia mengerti keadaan.

"Tidak usah" tolak Anggi dan mengajak Fira duduk.

"Tapi kamu" Anggi tarik nafas.

"Aku sudah mengalami banyak hal dan aku bisa hadapinya, dan aku sudah pikirkan suatu saat aku akan bertemu denganya lagi dan aku tidak bisa menghindarinya harus aku hadapi, kita pura - pura tidak mengenalinya"

"Terserah kamu, tapi kalau kamu sedang tidak baik - baik saja, kita pergi" Anggi mengangguk, lalu mereka memesan makanan.

Walaupun Davin berbicara dengan klienya dia masih bisa mengawasi Anggi, ingin sekali dia mendatangi Anggi tapi tidak mungkin dia meninggalkan Klienya begitu saja.

Sebenarnya ada rasa sedikit rindu dihati Anggi tapi semua tertutupi rasa sakit yang luar biasa rasa benci.

Fira megang tangan Anggi "Kamu baik - baik saja" Anggi hanya mengangguk.

Pertemuan antara Davin dan kleinya telah usai, mereka berjabat tangan dan klienya mengundurkan diri.

"Dav" panggil seorang wanita cantik sambil melambaikan tangan.

Byuur.

Karena wanita itu terburu - buru dia tidak sengaja menabrak waitrees yang membawa minuman dan minuman itu menumpai Anggi.

"Sorry - sorry" maafnya pada Anggi.

"Nggak papa"

Karena Anggi sudah tidak apa - apa wanita itu kembali berjalan kearah Davin, dia langsung menghambur memeluk Davin begitu aja.

Anggi tidak ingin melihat mereka berpelukan lalu dia kekamar mandi dulu untuk membersihkan pakainya.