Menantu Yang Tidak Diinginkan

Hanya do’a yang saat ini dibutuhkan oleh Fandi agar ia bisa tenang di tempat peristirahatan terakhirnya.

Semua sudah bersiap untuk membawa Fandi untuk dimakamkan.

Setelah dari rumah sakit tadi Fandi langsung dimandikan dan sekarang semua orang bersiap untuk mengantar Fandi ke tempat peristirahatan terakhirnya.

*

Nita baru saja selesai membersihkan halaman depannya, ia melihat Surya menghampiri rumahnya. Semenjak Surya meninggalkan rumah ia belum pernah lagi bertemu dengannya.

“Nita” panggil Surya

Nita melihat ke arah Surya, ia pun menghampiri Surya “Ada apa mas?” tanya Nita

“Kamu tidak mau menyuruh aku masuk”

Nita menghela nafasnya “Masuk mas” ucap Nita “Maaf mas duduknya di luar karna aku tidak mau ada fitnah”

“Tapi aku masih suami kamu Nit” Surya tak terima

“Sebentar lagi sudah bukan mas, bukannya kita hanya tinggal menunggu keputusan saja”

“Tapi surat itu belum keluar dan kita masih suami istri” ucap Surya kekeh

“Kamu lupa sudah menalak aku mas, mungkin secara negara kita belum bercerai tapi secara agama kita sudah bercerai mas”

Surya terdiam, memang benar dia sudah menalak Nita.

“Mas Surya” teriak Fifi

Fifi berlari mendekati Surya dan Nita “Mas ngapain ke sini? Pasti dia kan yang meminta mas ke sini” ucap Fifi sengit

Nita dibuat melongo dengan ucapan Fifi, baru beberapa minggu ia tidak bertemu dengan Fifi dan sekarang bertemu lagi sifatnya sudah sangat menjengkelkan bahkan membuatnya naik darah.

“Fifi kamu ngapain ke sini?” tanya Surya

“Aku ke sini mau cari kamu mas belum genap satu minggu kita nikah mas malah datang bertemu mantan istri mas, apa mas tidak memikirkan perasaan aku” cecar Fifi

Menikah? Dalam benak Nita bertanya-tanya tapi ia tak mungkin menanyakannya secara langsung karna itu bukan urusannya lagi.

“Pasti kamu kan yang merayu mas Surya agar ke sini?!” bentak Fifi

Andai ada kertas Nita sudah menyumpal mulut Fifi yang tidak ada remnya itu dan menuduhnya sembarang.

“Sebelum kamu menuduh aku lebih baik kamu tanya pada suami kamu ini” ucap Nita penuh penekanan

“Sudah Fi kita pulang sekarang” Surya menarik tangan Fifi agar segera keluar dari rumah Nita

 “Tapi mas aku belum selesai berbicara”

Surya tak memedulikan ucapan Fifi, ia menariknya agar menjauh dan tidak membuat keributan di rumah Nita. Sedangkan Nita yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, ternyata mantan suaminya itu menikahi wanita itu.

“Awas kamu ya!” teriak Fifi yang semakin menjauh namun masih terdengar oleh Nita

Nita menghembuskan nafasnya, sakit ketika mendengar Surya sudah menikah dengan Fifi tapi semua sudah terjadi bahkan rasa sakit ini tidak sebanding dengan semua perlakuan ibu dan juga Sury ketika masih bersamanya.

“Semudah itu kamu menikah dengannya mas” ucap Nita lirih

Bukan maksud Nita ingin kembali lagi dengan Surya tapi untuk menghilangkan rasa yang sudah lama ada di hatinya sangat sulit apalagi ia selalu menemani hari-harinya.

Memang sangat sulit untuk membuang rasa cintanya tapi itu lebih baik dari pada ia harus hidup dengan ketidaktenangan dan bisa jadi menyiksanya. Meski ia mencintai Surya tapi semua perlakuan ibunya cukup membuatnya tersiksa, namun untuk menghargai suaminya ia mengesampingkan semua itu karna tak mau nantinya hanya akan ada pertengkaran.

Nita membiarkan dirinya menahan semua itu tanpa ingin memberikan keluh kesahnya pada Surya dan pria itu pun seakan tidak peka dengan semua yang dialami oleh Nita sehingga ibunya bisa melakukan Nita semena-mena.

Tapi semua sudah berlalu, kini Nita sudah terlepas dari semuanya dan ia bisa memulai hidup barunya tanpa kehadiran Surya dan juga Dara. Meski sulit, Nita harus menerimanya karna semua ini sudah keputusannya dan juga Surya.

Percuma ia mempertahankan pernikahannya jika Surya saja lebih mempedulikan wanita lain dan lebih membelanya dari pada Nita istrinya sendiri.

Keesokan harinya Nita sudah menaiki taksi untuk berangkat ke kantornya. Jika dulu apa-apa ia selalu naik ojek karna Dara yang akan mengomelinya karna menurutnya naik ojek lebih hemat dari pada taksi yang mahal dan uangnya bisa disimpan, ucapan itu selalu menjadi alasan untuk Dara agar Nita tak naik taksi.

Sekarang, Nita bukan tak mau naik ojek lagi tapi naik taksi lebih membuatnya sedikit beristirahat sampai ke kantor atau ke rumahnya. Jika naik ojek ia tak bisa bersandar sehingga kalau lelah ia harus menahannya sampai di rumah tapi jika naik taksi ia bisa sedikit bersantai untuk membuat punggungnya lebih nyaman.

Apalagi sekarang Nita juga hanya tinggal sendiri dan biaya untuk hidupnya juga kembali seperti dulu sebelum dirinya menikah dengan Surya. Nita memang selalu menyimpan uangnya takut sewaktu-waktu ia membutuhkannya, meski ia menikah dengan Surya ia tak pernah membanding-bandingkan gajinya dengan gaji Surya. Asal Surya mau bertanggung jawab itu sudah cukup karna seorang laki-laki memang harus bertanggung jawab untuk istrinya, bukan hanya dalam mencari nafkah tapi juga membuat istrinya nyaman.

Nita bukan orang yang suka berbelanja, ia akan belanja jika sudah merasa membutuhkan. Karna Nita tahu bagaimana susahnya mencari uang, ia pun merasakan itu dari kecil. Meski ibu panti sudah melarangnya tapi Nita tak menghiraukannya karna Nita ingin membantu ibu panti.

Jika mengharap dari donasi tentu mereka semua tidak akan kenyang dan kebutuhan mereka tidak akan terpenuhi itulah sebabnya Nita membantu ibu panti dengan berjualan setelah pulang sekolah. Nita meninggalkan panti setelah lulus kuliah, ia diterima kerja dan bisa membeli rumah. Namun Nita tak melupakan dari mana ia berasal, ia selalu menyisihkan uangnya untuk ia berikan pada panti asuhan tempat ia dibesarkan.

“Nita!” panggil Wiwik

Nita melihat ke arah Wiwik yang berlari menghampirinya.

“Nanti makan siang bareng ya” ajak Wiwik

Nita diam tak menjawab ajakan Wiwik.

Wiwik melihat Nita yang hanya diam saja menggoyang bahunya “Kamu mau kan Nit?” tanya Wiwik

“Aku tidak bisa janji Wik, kamu tahu kan kalau aku harus menyiapkan makan siang untuk pak Hengki yang terkadang pak Hengki mengajak aku makan siang bareng. Jujur aku merasa tidak enak tapi mau nolak juga tidak enak” ucap Nita

Wiwik paham dengan Nita, apalagi bosnya ini pria jadi wajar kalau Nita merasa tidak nyaman bukan karna sesuatu tapi Nita juga belum resmi bercerai dengan Surya belum lagi masa iddah yang harus ia tunaikan.

“Kamu juga harus tegas Nit, mungkin pak Hengki memang atasan kamu tapi pak Hengki juga tidak berhak mengatur kamu. Makan siang kan di luar jam kantor, jadi kamu masih bisa menolak itu kalau kamu merasa tidak nyaman”