NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar (Aisha)

Di Balik Cadar (Aisha)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:18.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

“Addunya kulluhaa mata', wa khoyru mata’uddunya al mar’atushshalehah”

“Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalihah."

Kelanjutan cerita di Balik Cadar Aisha.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesisir Pantai

Semua orang langsung tertegun mendengar perkataan Anita, termasuk itu Zaidan sang suami yang langsung melihat istrinya kaget.

"Anita! Kamu ini bicara apa? Haruskah mengatakan itu sekarang?" Desi marah.

Anita menyimpan sendok di tangannya sambil menghela napas panjang.

"Maaf ayah. Aku lelah. Boleh aku pulang duluan?"

Semua orang melihatnya semakin heran.

"Tentu saja sayang. Jika kamu lelah, kamu bisa pulang dan beristirahat," jawab Sastro.

"Terima kasih ayah."

"Ayo kita pulang." Anita berdiri sambil melihat suaminya.

Walaupun kebingungan Zaidan tetap menurut. Dia ikut berdiri.

"Kenapa kamu merusak acara makan malam keluarga ini? Kamu tahu sendiri jika sangat jarang kita berkumpul seperti ini?" Desi tidak lagi bisa menahan kekesalannya.

"Menurutku ini bukan acara makan malam keluarga, tapi acara adu prestasi, adu gaya dan adu gengsi."

Semua orang semakin kaget dengan jawaban Anita.

"Anita. Kamu sudah sangat keterlaluan!" Desi berdiri dari duduknya.

"Justru kalian yang keterlaluan sudah membiarkan anak-anak sekecil mereka mendengarkan obrolan yang bahkan mereka mengerti saja tidak," jawab Anita kesal.

"Tidak bisakah sementara kita di meja makan kalian menahan diri dulu untuk tidak membicarakan masalah bisnis dan saling pamer? Bisakah kita memanfaatkan waktu yang sangat jarang terjadi ini untuk saling bertanya kabar dengan obrolan hangat dan santai?"

Semua orang terdiam.

Zaidan memegang tangan istrinya.

"Tenangkan dirimu."

Melly istri Hendrik tersenyum sinis.

"Jangan katakan jika sebenarnya kamu iri."

Semua orang melihatnya.

"Kamu kesal karena suamimu tidak bisa ikut nimbrung mengobrol karena dia bukan pengusaha dan pebisnis. Kamu juga kesal karena sekarang kamu tidak bisa lagi beli barang mewah seperti kami." Melly melihat Anita sinis.

Anita langsung tersenyum melihat istri dari kakak tirinya.

"Aku iri pada kalian?"

Anita lalu menggelengkan kepalanya.

"Jika harus iri, aku akan iri pada suamiku yang lebih mengutamakan urusan akhiratnya, yang memiliki ilmu agama yang baik sehingga dia tak silau akan harta jabatan dan kekuasaan."

Lagi-lagi jawaban Anita membuat semua orang terdiam.

Anita lantas menarik tangan Zaidan untuk pergi meninggalkan mereka semua.

Zaidan mengucapkan salam pada semuanya dan hanya ayah yang menjawab.

Sastro langsung memegang keningnya, melihat istrinya dengan tatapan kesal.

***

Sepanjang perjalanan Anita terdiam, begitu juga dengan Zaidan yang lebih memilih untuk tak banyak bertanya. Dia memberikan istrinya waktu menenangkan diri.

"Maaf," ucap Anita tiba-tiba melihat suaminya

"Tidak apa-apa sayang. Apa sudah lebih tenang?"

Anita mengangguk sambil mencoba untuk tersenyum.

"Syukurlah." Zaidan mengusap kepala istrinya.

"Aku masih lapar," ucap Zaidan sambil memegang perutnya.

"Tadi aku belum menghabiskan makananku," tambahnya lagi.

Anita tersenyum merasa bersalah.

"Sebenarnya aku juga masih lapar."

Keduanya tertawa.

"Mau ke tempat biasa?"

Anita mengangguk dengan semangat.

Zaidan langsung memutar kendaraannya menuju pesisir pantai untuk makan ikan bakar favorit mereka.

Beberapa saat kemudian.

Anita menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami yang duduk di sampingnya, di atas batu di tepi pantai keduanya diam membisu menikmati pemandangan laut di malam hari yang nampak indah diterpa cahaya bulan dan angin yang berhembus sedikit kencang.

"Apa kamu kedinginan?" tanya Zaidan memeluk istrinya semakin erat.

"Tidak."

Keduanya terdiam lagi. Menikmati deburan ombak yang saling bersahutan.

"Sayang. Harta. Tahta dan wanita adalah kesenangan pria," ucap Zaidan tiba-tiba.

"Tapi tidak dengan pria-ku," jawab Anita dengan cepat sambil melirik sang suami sekilas.

Zaidan tersenyum.

"Apa kamu pernah mendengar ungkapan ini?"

Anita melihat suaminya.

"Harta. Membuat pria bisa punya apa saja, tapi juga bisa membuat pria juga kehilangan segalanya."

"Tahta. Membuat pria berkuasa, dari segala penjuru pria akan dipuja, tapi dari segala penjuru juga kita akan di serang dan di cerca."

"Wanita. Membuat pria sibuk memikirkannya, hingga membuatnya lupa mengingat dirinya sendiri."

"Tapi bukan berarti ketiganya yang membuat pria jatuh dan gagal. Karena sebenarnya yang menjatuhkan adalah sikapnya yang salah. Bagi pria yang pandai memegang kendali, ketiganya justru akan memperkuat kehidupannya."

"Tanpa harta yang bermanfaat, tanpa kekuasaan yang bijaksana, tanpa wanita yang shalihah, apa jadinya seorang pria?"

Anita mencerna setiap kata demi kata yang diucapkan oleh suaminya.

"Aku menolak harta dan tahta yang ditawarkan oleh ayahmu, karena aku takut hilang kendali. Aku takut terpana akan keindahan duniawi sehingga aku terlena dan melupakan jika aku akan mati "

"Karena itu aku pikir jika tak apa aku tak punya keduanya yang terpenting aku punya wanita shalihahnya." Zaidan menatap mesra istrinya.

Anita tersipu malu.

"Mungkin akan berat bagimu menghadapi keluargamu yang kecewa pada diriku yang tak bisa memenuhi kriteria sebagai menantu yang diharapkan oleh kedua orang tuamu."

Anita langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku tak akan memperdulikan apapun kata mereka."

"Terima kasih. Tapi bolehkah aku meminta satu hal darimu?"

Anita langsung mengangguk.

"Tetaplah berbuat baik pada mereka, terutama ibumu."

"Jika kamu ingin memberi mereka nasihat yang baik. Lakukan dengan lemah lembut dan sabar, pilihlah waktu ketika orang itu sedang berlapang dada serta jauh dari emosinya, gunakan suara yang lirih yang semoga dengan begitu nasihat yang kita berikan akan masuk ke dalam relung hatinya."

Anita terdiam.

"Dan jika kamu menganggap ini adalah ujian untuk rumah tangga kita. Itu benar. Karena jika hidup hanya diisi oleh sesuatu yang serba mudah untuk dijalani, tak ada masalah yang harus dihadapi, mungkin surga tak akan dijadikan hadiahnya."

1
Amrih Wiludjeng
Luar biasa
Hanni
ah fugarrrrr....ap sy j yg terlalu menghayati bacaannya 🤪🤪🤭
Mom's Virdho
suhu kok di provokasi🤣🤣🤣
Hanni
tolong...tisu...tisu...d mana tisu...tisu...😭😭
Mom's Virdho
aku yg baperr Thor
soalx jau dri suami😚😚
Mom's Virdho
coba di kehidupan nyata,,seinstan ut ya thor
Hanni
sayang k 2 adik² ku telah lebih dulu menghadap-NYA.... alfatihah untuk k 2 alm adik q dan alm ayahanda....🤲
Hanni
masyaallah...indah'a sesama saudara saling menguatkan, mendukung,dan saling membahu....🤗🤗
Mom's Virdho
bapeerrrrrrrr
Mom's Virdho
terharu Thor ti sosweety
Mom's Virdho
bxk bawangx thor
Mom's Virdho
TDK pa2 thor
sy suka ceritax dan akan slalu menunggu kelanjutanx
smangat thor km hebat🙏🙏
Rinisa
Next read dari season 1...🤗
ralis sa
abg kepanasan dex
ralis sa
meriang abg dex
ralis sa
kalu saya kebalikanya kak ap2 saya tnya ke suami kadang2 suami heran sendiri
Berkah Kafa Jaya
Kak Thor Almaira Sy sudah menunggu Karya KKK d BALiK CADAR smp d Penghujung Thn 2024 lo Kak. ayo Kak...
ralis sa
kok aku jadi senyum2 sendiri
ralis sa
mak aku ngk tahan...
ralis sa
jujur amet abgny
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!